Nungguin yaa?Maaf yah kalau lama, agak sibuk belakangan ini. Soo happy reading.
Btw part kemarin kaga jadi ngasih cast nya Devan, soalnya aku terlanjut terbawa suasana sama alurnya:)
~♥~
Rena menatap iris Arya dalam, mencoba mencari kebohongan di sana namun yang ia temukan hanyalah sorot penyesalan.
"lo jahat," dengan mulai terisak, gadis itu perlahan-lahan bicara.
"kenapa di saat gue udah mulai percaya, lo malah jatuhin ekspektasi gue."
Arya menahan napas, bukan ini yang dia mau tapi hal ini yang ia bayangkan.
"Ren, dengerin gue dulu."
"APA LAGI?! LO MAU NGOMONG APA LAGI HAH! LO KASIAN SAMA GUE? Hebat banget tau gk, lo-" Rena kehabisan kata-kata untuk menjabarkan seberapa tersakitinya ia.
Beberapa hari belakangan, Arya benar-benar berhasil membuat dirinya dilema. Sikap yang laki-laki itu tunjukan benar-benar seperti sosok cowok remaja yang tengah kasmaran, kepeduliannya, tatapannya, nada bicaranya, bahkan hal-hal kecil seperti senyum lembut yang kerap ia tunjukan untuk Rena.
Membuat gadis itu sukses di kelabui.
"gue belum selesai Ren, dengerin dulu!" Arya berujar tegas, membuat Rena mendengus keras.
"apa lagi yang mau lo jelasin?"
"gue emang kasian sama lo, gue emang iba karena berpikir, setelah gk sengaja liat papa lo nginep di rumah tetangga gue yang statusnya janda waktu itu, gue langsung mikirin perasaan lo sebagai anaknya. Gue gk tau kemana perginya mama lo dan keluarga lo yang lain, gue gk tau hanya ada kalian atau justru ada orang lain lagi, tapi intinya pikiran gue hanya tertuju sama lo."
Rena ingin kembali berucap, namun buru-buru Arya menyela.
"iya! Dulunya gue mikir gitu. Pemikiran yang saat ini sangat gue sesali karena udah merendahkan harga diri lo bahkan gk menghargai sama sekali," berhenti sebentar, Arya kembali melanjutkan setelah menghela napas, "gue gk seharusnya deketin lo karena rasa kasihan, gue akuin itu adalah pemikiran paling bodoh. Sewaktu pertama kali kita ketemu pas gue nyamperin lo ke rumah, gue di buat sadar. Lo sama sekali gk butuh belas kasih orang lain."
Rena masih diam mendengarkan, bahkan ketika Arya menatap dirinya lekat dengan mata menyorot sendu.
"lo butuh kasih sayang dan perlindungan, lo udah berjuang sampai saat ini dan gue pikir harus ada seseorang yang ngasih lo pujian dan hadiah akan hal itu, semakin di pikirin semakin bikin gue lepas kontrol, lo butuh sandaran dan gue gk rela kalau orang itu bukan diri gue sendiri."
Maju perlahan, Arya dengan tenang menarik pergelangan Rena dan kemudian menyingkap kain yang menutupi bekas goresan milik perempuan itu.
"gue mungkin gk bisa ngukur seberapa sakit beban yang lo emban saat ini, tapi-" sembari menyentuh pelan goresan baru yang beberapa menit lalu Rena buat, laki-laki itu ikut meringis ketika mendengar gadis-nya terisak.
"gue bisa ngerasain sedikit rasa sakit yang lo terima, Ren."
Tepat di saat itu Rena lepas kontrol, ia tidak lagi menahan isakan. Melainkan membiarkan air matanya mengalir turun membasahi kedua pipinya, suaranya pun terdengar pilu membuat Arya tak tahan untuk tidak menarik perempuan itu kedalam dekapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENA
Teen FictionArya memperhatikan gadis itu, "suka, dia manis." "permen juga manis," sahut Rena kembali. "tapi dia lembut," jawab Arya tetap kekeh. "gulali lembut tuh." "gk, gulali sifatnya lumer kalau kena air." ~♥~ "kenapa kita gk bisa bareng?" tanya Arya mulai...