part 42

735 59 1
                                    


Huohohoo...

Kembali lagi dengan aku, si author yang suka gantungin readers dan ngasih harapan palsu.

Apa kabar kalian? Aku berharap semoga baik yah.

Bagi yang lagi sakit, entah sakit fisik, atau mental, G canda.. Maksudnya sakit yang fisik atau sakit hati, semoga cepat sembuh dan ketemu hidayah:)

Biar sadar kalau move on adalah jalan terbaik agar terlepas dari bayang-bayang si dia. Eyaaa

Yok ah dari pada banyak cang cing cong entar malah jadi bencong.
Kuy baca.

Happy reading^^

~♥~

Siang itu udara terasa sejuk dengan awan gelap tampak menyelimuti langit, tanda hujan bisa saja turun kapan pun. Maka untuk jaga-jaga beberapa orang membawa payung.

Pada kamar, Rena kini duduk menghadap jendela. Ia masih berada di kediaman Arya dan berencana pulang sebentar lagi, laki-laki tersebut memintanya menunggu selama ia pergi ke rumah Kenan untuk mengambil beberapa barang, maka dengan patuh gadis itu mematuhinya, duduk diam dan bersandar pada kursi.

Tiba-tiba pintu kamar dibuka, menampakan Alena di sana sembari membawa segelas teh hangat.

Rena membalas ssnyuman ramah wanita cantik tersebut, kemudian Alena mengulurkan apa yang ia bawa pada Rena.

"diminum yah, di luar dingin biar badan kamu anget terus, kata Arya kamu alergi dingin."

"makasih bunda, ngga begitu parah cuman kalau udah kambuh suka pusing."

Alena mengangguk paham, kemudian ikut duduk di kursi samping Rena. Memandangi halaman rumah depan yang mulai dibasahi oleh hujan.

"bunda udah tau semuanya, dan bunda turut prihatin," ujar Alena.

Rena agak tersenyum paksa dengan kepala menunduk, tatapannya jatuh pada permukaan gelas yang masih mengepulkan asap tanda minumannya masih agak panas.

"bunda bukan kasian sama kamu, tapi khawatir."

"Arya yang bilang?"

Alena menggeleng pelan, "perempuan itu tetangga kita, beberapa kali bunda liat papa kamu keluar masuk rumah itu tapi ngga pernah terpikirkan kalau dia orang tua kandung Rena."

Gadis itu tersenyum kecut mendengarnya, jadi benar Arya memyembunyikan hal tersebut darinya.

Seolah peka, Alena buru-buru menambahkan.

"Arya pasti punya alasan, bunda juga mungkin bakalan kecewa kalau ada di posisi kamu sekarang, tapi percaya sama dia. Anak bunda itu anak baik kok meskipun kadang suka nakal."

"Rena percaya kok, lagi pula hanya Arya orang yang beneran peduli."

Mulai masuk pada topik ini, Alena perlahan menyandarkan tubuhnya.

"Rena sayang sama Arya?"

Ditanyai pertanyaan semacam itu membuat gadis tersebut terdiam. Bingung harus memulai dari mana.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang