part 51

660 69 15
                                    


Haiii semua...

Ya allah aku bingung mau nyapa kayak gimana lagi :)

Eum apa kabar?

Ohiya, aku butuh krisar kalian di setiap part, yaa minimal kalau ada typo di kasih tau biar aku bisa jadi lebih baik lagi.

Udah sampe sini nih bacanya, gimana pendapat kalian tentang alurnya? Udah ketebak gk ending dari ARENA kayak gimana?

Yuk sama-sama cari tau, happy reading.

~♥~

Siang itu seluruh siswa kembali terlihat sibuk, dua hari berlalu yang berarti perayaan ulang tahun sekolah telah berakhir, dan di hari ketiga ini adalah penutupan.

Beberapa stan terlihat mulai dibongkar, termasuk milik kelas 12 MIPA 3 kelas Arya dan kedua sahabatnya.

Dengan cuaca yang tidak begitu panas, Arya dan Devan terlihat sedang membantu melepas ikatan tenda dan membongkar rangka stan.

Dengan kemeja yang terbuka semua kancingnya dan dikeluarkan memperlihatkan kaus dalam, rambut agak acak-acakan di tambah dengan urat tangan yang tercetak jelas jika kedua laki-laki itu sedang mengangkat benda berat, sungguh adalah penampakan yang benar-benar sayang jika di lewatkan namun merasa bersalah jika terus diperhatikan.

"ini taro mana?" Arya bertanya pada Gina, gadis itu yang menjadi koordinator.

"bawa ke gudang aja Ar, tapi minta tolong ke Afkar aja, itu udah tugas dia."

Arya mengerti, setelah memberikan kerangka besi pada teman sekelasnya, Arya kembali lagi untuk membantu Devan menyusun kursi.

"Kenan kemana dah? Heran gue tuh anak bisa aja ngilang di saat lagi kerja gini," gerutu Devan mulai merasa gerah, pasalnya sejak pagi ia sudah stay di sini membantu yang lain sementara Arya baru setengah jam yang lalu.

"ngga tau, ngapelin Karin kali," ujar Arya asal, karena memang tidak tau dimana keberadaan sahabat ajaibnya tersebut.

Selang beberapa saat kemudian pekerjaan kedua cowo ganteng tersebut selesai, Devan merosot pada salah satu kursi dan menyeka keringat yang menetes.

"Aah gue cape banget gila, pegel semua."

Arya terkekeh pelan, menyambar sebotol air mineral yang memang telah di sediakan lalu meminum hingga setengah, sisanya lagi ia guyurkan ke atas kepala membuat Devan berdecak.

"sengaja banget tebar pesona, mau cari incaran baru lo?"

"gerah ege, habis ini balik yok."

Devan mengangguk saja, tiba-tiba menangkap penampakan Kenan yang tengah berlari dari tangga menuju ketempat mereka berada sekarang.

"siap-siap Ar, dia dateng."

Arya spontan menoleh, tepat ketika Kenan tiba dihadapan mereka. Laki-laki itu terlihat ngos-ngosan, di kedua tangannya ia sedang membekap sesuatu yang sedikit terlihat adalah hewan berbulu.

"lo dari mana anjir, bukannya bantuin malah kelayapan!" omel Devan merasa kesal.

Kenan masih saja mengatur napas, sangat kesusahan agaknya. Arya tebak pasti laki-laki itu berlari dari lantai 3 ke sini.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang