part 31

670 72 0
                                    


Double update yeayy...

Ohiya, ARENA jadwal up nya tuh tiap hari yah, tapi menyesuaikan dengan kesibukan aku, pengennya sih bulan september end, tapi kalau emang gk sesuai target juga gapapa.

Terimakasih buat yang udah baca dan vote cerita ini, karya aku gk sehebat karya orang lain, gk se nge-feel cerita di luaran sana, but aku sebagai penulis tentu udah berusaha ngasih yang terbaik.

Kalau ada typo atau narasi yang kurang sesuai, mohon di maklumi dan tolong koreksinya, agar aku bisa jadiin pelajaran dan bisa jadi penulis yang lebih baik lagi.

Okeyy, tanpa berlama-lama lagi.

Happy reading

~♥~

Dua hari berlalu, Rena tidak masuk sekolah. Selain karena sakit perempuan itu memang sengaja. Sudah dua hari dan papa nya juga tidak pulang.

Sejak kejadian tempo hari, ia terus menangis. Merutuki diri kenapa harus lepas kendali di depan semua orang.

Renata benci dikasihani, dan sekarang ia yakin anak kelas akan menatapnya iba. Mungkin juga Arya akan membeberkan keadaannya pada orang lain.

Siang itu Rena baru saja bangun, semalaman ia tak bisa memejam akibat mimpi gila yang seolah mengajaknya bergabung bersama sosok mama.

Maka dengan keadaan perut keroncongan dan demam yang tak kunjung turun, gadis itu beranjak dari atas kasur, diam menatap sekitar untuk beberapa saat hingga akhirnya berdiri.

Baru juga hendak meraih gagang pintu, kepala nya di hantam rasa pusing yang teramat sangat, alhasil tubuh Rena oleng dan merosot turun.

Bibirnya mendesis, menahan sakit yang menggerogoti kepala. Di saat yang bersamaan, ponselnya berdering nyaring, Rena tak punya cukup tenaga untuk meraihnya, maka dengan mata memejam ia diam menunggu hingga nada panggilan terhenti.

"sshhh sakit banget," racaunya parau dengan kedua tangan yang mencengkram tengkorak kepalanya.

Pintu di buka dan munculah seseorang, tubuh Rena di angkat lalu di baringkan ke atas kasur kembali.

"kenapa bandel banget sih? Udah dibilangin call gue kalau butuh sesuatu." Arya mengoceh sembari meletakan plastik bubur ke atas nakas.

"lo ngapain lagi ke sini? Perasaan pintu depan udah gue kunci."

Arya nyengir, "jendela ruang tamu mengizinkan gue lewat."

Bola mata Rena berotasi, kemudian melirik ke atas meja samping. Tampak tertarik.

Arya yang peka pun terkekeh lalu menghampiri gadis itu, "udah laper?"

"banget, ini udah mau jam 12 loh."

"yaudah makan, terus minum obat. Di luar ada banyak titipan dari anak kelas."

Ekspresi Rena seketika berubah, "gue gk butuh bingkisan apapun."

"mereka gk kasian Ren, tapi khawatir," jelasnya sembari mengeluarkan bubur dari dalam plastik.

"tau dari mana? Emang mereka bilang?"

"yaa gk juga sih."

"gue gk percaya manusia."

"okey dan gue gk lo anggap manusia, makan sekarang habis itu minum obat."

Rena mendengus lalu mulai makan, di sampingnya ada Arya yang duduk di kursi samping kasur sembari memainkan ponsel.

Sudah dua hari, laki-laki itu selalu datang di saat waktu makan Rena tiba. Awalnya perempuan itu menolak keras dan mengatakan takut jika papa nya tiba-tiba pulang atau tetangga yang salah paham, namun Arya meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja dan yang terpenting Rena tidak sendirian.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang