part 48

676 74 13
                                    


Haii semua...

Apa kabar kalian? Semoga baik yaa.

Absen dulu yuk, kalian dari daerah mana aja? Siapa tau ada yang samaan terus bisa meet ye kan:)

Ayo lanjut, udah pada kesel kan sama bapake nya Rena?

Happy reading

~♥~

Seolah takdir pun ikut menyetujui rencana Jean, hari itu adalah hari tersial bagi Rena.

Tak sedikit pun ia terpikirkan jika ponsel miliknya ketinggalan di mobil dan saat ini perempuan itu bingung harus melakukan apa.

Ia ingin memberi tau Arya, mengadu pada laki-laki itu jika papa nya memang tak pernah kembali menjadi orang yang ia kenal, tetap Jean yang sama ketika masih suka minum.

"nanti papa belikan yang baru, masuk sana ke taxi, jangan mengulur waktu terlalu lama."

Rena memejamkan matanya, menghela napas dan merasa teramat gelisah. Gadis itu benar-benar kesal juga muak dengan semuanya, namun posisi dan keadaannya saat ini tak mendukung, atau bahkan mungkin tidak pernah mendukung.

Dengan terpaksa ia masuk ke mobil, membiarkan Jean tetap menjalankan rencana, secepatnya Rena akan bertemu sahabat dari ibunya.

Entah hal ini adalah kabar baik, atau nanti malah menambah buruk keadaan.

Rena khawatir ia tak mampu melalui cobaan yang sama lagi ketika Arya berada jauh darinya.

~♥~

Di tempat lain, Arya baru saja selesai mandi beberapa menit lalu. Dengan rambut yang masih basah dan keadaan toples, laki-laki itu duduk termenung di kursi meja belajarnya sambil menatap ponsel.

Sedari tadi ia terus menunggu kabar dari Rena, ingin kembali mendengarkan suara gadis itu, atau jika bisa ia ingin memeluknya erat.

Seberat ini ternyata menahan rindu, padahal belum genap 24 jam tapi Arya sudah tak tahan ingin melihat  senyum dan sosok gadis sok kuat tersebut.

"ck! kenapa belum ada kabar sih?" tanya nya gelisah.

Arya berdiri, berjalan kearah lemari lalu mengambil asal kaus dan mengenakannya.

Tanpa mengeringkan rambut laki-laki itu sudah pergi menuju lantai bawah.

"malam abang." Alena menyapa putranya, wanita itu tengah menata hidangan keatas meja.

"malam bund."

Arya menarik kursi lalu duduk, menarik piring lalu menyendokan nasi, bukannya menambahkan lauk laki-laki itu malah menatap piringnya sembari termenung.

"ngapain liatin nasi kayak gitu bang? Lagi lomba?" tanya Alena bingung melihat putranya.

Arya segera tersadar, merasa agak aneh dengan dirinya sendiri.

"lagi pdkt bund," jawabnya asal di susul cengiran.

Alena menggelengkan kepalanya tak habis pikir, "udah makan sana, ngga usah natepin nasi kayak gitu, baper baru tau rasa."

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang