part 35

674 66 12
                                    


Haii...

Apa kabar semua? Baik? Alhamdulillah.

Gimana nih pendapat kalian soal alur cerita ini?
Seru atau malah monoton?

Ketebak banget gk sih agama Arya apaan? Soalnya dari beberapa part awal udah ada yang nanya kalau Arya itu nonis apa bukan.

But gapapa, menurut aku sih udah lumayan seru lah.

Lanjut lagi yuk, happy reading.

~♥~

Rena tak melihat Arya pada sisa hari itu, sejak istirahat pertama dan sekarang sudah masuk jam terakhir.

"bolos pak." itu suara Kenan, memberitahu pada guru yang menanyakan keberadaan seorang Aryana.

"bolos? Sejak kapan dia tidak masuk?"

"pelajaran ke dua."

Terlihat guru itu menggelengkan kepala, lalu mencoret sesuatu pada buku absensi, juga alat yang berada di atas meja.

"yasudah, kita lanjutkan bab yang kemarin."

Rena merutuk, dalam diam ia merasa  khawatir juga kesal. Kemana Arya pergi? Apa masih di gudang, tapi apa yang dia lakukan?

Gadis itu meraih pena dan mulai mencatat hal-hal penting yang guru jelaskan meski pikirannya tak sepenuhnya fokus.

Tania di ujung kelas dari kursinya mengerti dengan keadaan, diam memperhatikan Rena dan tempat duduk Arya yang kosong secara bergantian.

Hingga akhirnya bel pulang terdengar, Rena di cegat oleh Devan begitu hendak keluar kelas.

"gue yakin lo tau sesuatu."

Menghela napas, Rena mengalihkan pandangan.

"kenapa?" tanya Devan lagi.

"gue rasa semua udah jelas Dev, lo berdua tau sejak awal gue sama dia beda."

"jadi? Lo akhirin semuanya?"

Senyum itu terlihat nyata, namun bukan dalam perspektif bahagia. "dari pada semakin ketergantungan, akan lebih baik gue lepas."

Devan memejamkan matanya sejenak, "dia serius Ren."

"dan gue juga gitu, lo pikir ini hanya main-main?"

"tapi bukan gini caranya," ujar Devan masih ngotot.

"terus gimana? Kalau pun pacaran ujung-ujungnya bakalan selesai, gk ada yang namanya selamanya di saat tuhan kita beda!"

Terdiam, Devan mengacak rambutnya turut merasa kalut. Arya tak pernah terlihat seserius itu menyangkut perempuan.

"sampai kapanpun Dev, alhamdulillah gk bisa nyatu dengan puji tuhan." setelah mengatakan itu, Rena pergi. Menggaet tasnya dan meninggalkan Devan seorang diri di kelas.

Pada parkiran perempuan itu berpas-pasan dengan Kenan dan Karin, namun ia acuhkan. Kenan menghela napas, sudah mengerti sementara Karin dibuat bingung.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang