part 64

612 75 39
                                    


Ngeri bacain komen kalian:)

Double up karena ada yang bilang kalau gk update nanti muntah paku, kan serem╯﹏╰

Ayo siapin tisu, jangan lupa sesajen buat nyantet author yahh.

Kita nangis berjamaah.

Happy reading.

~♥~

Rena menutup mulutnya menggunakan tangan, tak percaya jika dengan semudah itu Arya pergi meninggalkannya sendiri di taman bersama janji yang telah laki-laki itu ingkari.

Tertunduk dengan isakan, bahu gadis itu terguncang hebat, merasakan sakit yang teramat menyiksa di bagian dada.

Berharap jika hari ini adalah mimpi buruk semata, namun lama menunggu ia tak kunjung bangun dan rasa nyesek semakin pekat terasa menandakan semuanya adalah nyata.

"kenapa jadi gini," ujarnya lirih, memukul dada menggunakan tangan kiri saking sesaknya.

"Arya bohong, ngga mungkin dia pergi kan?" kepala Rena mendongak, menatap tempat dimana Arya tadinya berada, sangat berharap laki-laki itu kembali dan memeluk tubuhnya erat lalu mengatakan ia hanya bercanda.

Segala andai an indah Rena putar di otaknya, tak mau langsung percaya begitu saja terlebih lagi Arya yang melakukan ini.

Tidak mungkin sosok penyembuh malah memberi luka, itu yang Rena pikirkan.

"Arya please, gue mohon."

Tangis Rena semakin pecah, gadis itu terlihat sangat frustasi sampai tak lagi peduli dengan keadaan sekitar, beberapa orang menatapnya heran namun memilih untuk tak ikut campur.

"tolong kembali Aryana, gue butuh lo."

~♥~

Di sisi lain, Arya mengendarai mobilnya bak orang kesetanan, tak pandang bulu modelan tranportasi apa yang ia salip, tangannya gemetar saat memegang setir, mata memerah menahan air mata, hatinya bergemuruh sakit, rasa-rasanya ingin secepatnya kembali ke taman, memeluk gadis itu erat lalu meminta maaf.

Namun Arya tak yakin ia masih punya cukup keberanian jika harus menatap wajah itu, Arya takut jika mendengar erangan frustasi Rena yang kecewa padanya, dan Arya lebih takut lagi jika seandainya gadis itu mengatakan benci padanya.

Egois memang, sudah memberi luka namun tak ingin di benci, siapapun pasti akan langsung mengutuk perbuatan pecundang yang Arya lakukan saat ini.

"maaf Rena, gue pecundang, gue gagal, gue ngga lebih dari sekedar sampah, bangsat! Brengsek! Bajingan lo Arya!"

Setir Arya pukul dengan keras, mobilnya berhenti secara tiba-tiba namun untung saja sudah sampai di depan rumah.

Tak langsung keluar, Arya malah menikmati perasaan kalut itu di dalam mobil, menjedukan kepalanya berulang kali pada setir sambil menangis.

"LEMAH, LO LEMAH BRENGSEK!"

Sambil menyeka air matanya kasar, Arya keluar. Memasuki rumah dan langsung menuju kamar. Tak peduli jika eyangnya tengah duduk di ruang keluarga, menatapnya dengan intens.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang