Haiii semua...
Apa kabar nih? Insyaallah baik deh.
Karena negara kita masih di huni virus, jadi kalian harus tetap jaga kesehatan dan menaati protokol kesehatan yah, iya tau kita semua udah gumoh dengan peraturan tapi gk di pungkiri semakin kita bebal semakin lama pula kita di jajah.Keep strong and semangat!
Happy reading guys.
~♥~
Rena menunggu angkutan umum di halte dekat sekolah, bel pulang berbunyi sejak 20 menit lalu, sebagian besar siswa sudah pulang, tinggal tersisa anak organisasi dan yang ikut olimpiade di sekolah saat ini, dan sisanya sedang menunggu jemputan.
Dengan kepala menunduk sembari memainkan ponsel, tangan gadis itu sibuk mengscrol beranda salah satu sosmed miliknya. Banyak foto kenangan semasa ia masih hidup bersama harta dan keluarga lengkap.
Memilih untuk tak berlarut-larut dalam kesedihan, Rena pun mematikan ponsel dan kembali menatap jalanan, langit mulai menggelap dengan udara yang perlahan-lahan terasa dingin menembus seragam yang ia kenakan, hujan bisa saja turun kapan pun.
ia menghela napas, sudah lelah berdiri dan gerah. Tapi tak ada satupun kendaraan umum yang lewat, jika harus naik taksi Rena tak punya cukup uang.
"ya allah gimana gue bisa pulang kalau gini ceritanya?" matanya melirik jam yang ada di ponsel, kemudian berdecak saat mendapati pukul 17 lewat 20 menit yang artinya ia terlambat masuk kerja 10 menit.
Tubuh Rena mulai bergerak gelisah, kuku jarinya di gigit tipis dengan mata liar menatap sekitar. Tak sengaja ia melihat tiga motor kawasaki keluar dari gerbang sekolah, ketiganya ia kenal. Arya, Kenan dan Devan.
"eh Ren, belum pulang?"
Itu suara Arya, dengan membuka kaca helm serta menampakan senyuman manis seperti biasa.
"iyaa, gk ada angkot, bis pun gk lewat dari tadi."
"bareng salah satu dari kita aja Ren," ujar Devan menawarkan.
"emang boleh? Gk ngerepotin? Kalau seandainya bisa gue minta tolong."
Ini yang membuat Arya tertarik pada Rena, gadis itu To the point dan anti jaim-jaim club.
"buset, bareng gue aja Ren." kelakar Kenan sambil menepuk jok belakangnya.
"lo gk bawa jok belakang bego,"ujar Arya agak gemas dengan tingkah Kenan. Sudah menawarkan padahal dia tidak bawa jok untuk penumpang.
Rena tersenyum, "sama siapa aja asal bisa anterin gue."
"gue aja, searah juga kan."
"nah iya bareng Arya aja, gue udah di booking sama Zea," ujar Devan menyetujui.
"halah paling bentar lagi putus," ungkap Kenan dan mendapat toyoran pada helm nya.
"gue udah tobat nyet, gk usah bahas masalalu."
"gue udah denger kalimat itu sejak sebulan yang lalu," sarkas Arya mengejek, membuat Devan hanya bisa mendengus.
Rena geleng kepala, perlahan ia di bantu Arya naik ke atas motor, lagi dan lagi berboncengan dengan laki-laki itu.
"jagain anak orang Ar, anter sampe rumah jangan nyasar ke hotel gue gk siap jadi paman."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENA
Teen FictionArya memperhatikan gadis itu, "suka, dia manis." "permen juga manis," sahut Rena kembali. "tapi dia lembut," jawab Arya tetap kekeh. "gulali lembut tuh." "gk, gulali sifatnya lumer kalau kena air." ~♥~ "kenapa kita gk bisa bareng?" tanya Arya mulai...