~♥~Minggu, Rena masih bertahan di balik meja kasir. Menatap sekitar dengan lesuh, ia kecapean namun belum saat nya ganti sift jaga.
Gadis itu menghela napas, dan membaringkan kepala ke atas meja kasir, ingin berhenti namun tak mungkin.
Setelah mama nya pergi, hidup Rena benar-benar berubah 360°, sesuatu yang dulunya ia sukai tak lagi sama sekarang. Dari kucing nya, susu coklat, bahkan sifat papa nya.
Sedikit flashback, semalam setelah Arya pergi selang semenit papa nya masuk ke toko dengan keadaan mabuk, meneriaki Rena di hadapan pelanggan toko bahkan teman kerjanya, meminta uang untuk membeli minuman.
Karena tak memiliki pilihan, akhirnya Rena Memberikan uang tabungannya pada sang papa.
Lelah, sungguh Rena lelah dengan keadaan ini. Ia merasa semua nya tak adil baginya, baik dirinya dan sang papa sama-sama kehilangan orang yang mereka cintai, tapi mengapa hanya Rena yang berjuang di sini?
Dulu papa nya adalah sosok pahlawan bagi Rena, hidup mereka bahagia di sebuah perumahan hampir sama dengan milik keluarga Arya. Papa nya bekerja sebagai manager di kantor, dan mama nya adalah guru di salah satu sekolah di jakarta.
Pada awal tahun, semuanya masih baik-baik saja, sampai di akhir bulan januari semuanya mulai terasa beda, mama nya tiba-tiba berhenti bekerja dengan alasan ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga.
Rena tidak curiga sama sekali dengan alasan sang mama, dan hal itu membuatnya merasa menyesal sampai saat ini. Ia apatis akan kehidupan orang-orang di sekitarnya.
Rena yang dulu adalah gadis manja yang biasa mendapat semua yang ia inginkan, barang brandet, perhiasan, buku novel idaman, bahkan sekolah terbaik di ibu kota. Itu juga yang membuat Rena merasa sangat menderita saat ini, ia di paksa untuk keluar dari zona nyaman nya dan harus bergulat dengan kerasnya dunia.
Ia tak lagi menunggu makanan matang, melainkan menjadi bagian dari proses makanan itu sendiri.
Mengangkat kepala dari atas meja, Rena kembali mengedarkan pandangan ke sekitar. Yah siang ini toko sepi, hanya ada diri nya dan seorang kariawan lain yang tengah sibuk mendata barang baru.
Baru saja ingin kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja, tiba-tiba handphone Rena berdering. Dengan sedikit malas ia merogoh saku seragam toko dan mengeluarkan benda tipis itu dari sana.
Panggilan masuk dari nomor yang tak terdaftar di kontak, alis Rena pun terangkat. Ia hanya menatap layar handphone tanpa berniat mengangkat nya, membiarkan panggilan tersebut berhenti sendiri.
Memang sejak kejadian itu ia tidak lagi mau mengangkat panggilan dari nomor asing, takut kalau saja itu rentenir atau orang-orang yang pernah bersenggolan dengan mama atau mungkin papa nya. Rena tak mau melibatkan diri dalam masalah kedua orang tuanya.
Sekali lagi, handphone Rena berdering dan nomor itu kembali jadi alasannya. Rena semakin dibuat gusar dan takut. Maka dengan cepat ia menon-aktifkan handphone nya lalu memasukan ke dalam saku kembali.
Ia kemudian memilih untuk membantu teman kerjanya itu mendata barang, dari pada harus duduk diam dan dibuat gelisah.
~♥~
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENA
Teen FictionArya memperhatikan gadis itu, "suka, dia manis." "permen juga manis," sahut Rena kembali. "tapi dia lembut," jawab Arya tetap kekeh. "gulali lembut tuh." "gk, gulali sifatnya lumer kalau kena air." ~♥~ "kenapa kita gk bisa bareng?" tanya Arya mulai...