77 - GLORY OR BAIM

1.9K 127 40
                                    

Beberapa part akan diprivate FOLLOW DULU BARU BISA BACA😍🧡

77 - GLORY OR BAIM.

Angel memundurkan langkahnya saat melihat empat orang yang mencarinya sedang menunggu di ruang tunggu kantor polisi. Ia membalikkan tubuhnya untuk kembali ke dalam sel. Saat ia berbalik, dirinya tertabrak tubuh Baim yang sama-sama baru dilepaskan dari dalam sel. Baim mengangkat alisnya bertanya yang hanya mendapat gelengan dari Angel.

Polisi disana mengarahkan keduanya agar duduk ditempat yang telah disediakan. Mereka berjalan mengikuti instruksi dan saling melirik satu sama lain. Salah satu dari empat orang itu berdiri dari duduknya. Sesegera Glory menarik pergelangan suaminya.

"Kamu mau kemana?" tanya Glory pada Alga.

"Mau ngerokok, aku tunggu diluar. Jangan lama-lama." jawab Alga yang menghiraukan larangan Glory kali ini. Ia memang sudah hampir berbulan-bulan sejak menikah belum sama sekali mengutik putung rokok sedikitpun. 

Biasanya laki-laki kalau sedang stress suka sekali melampiaskannya dengan embulan asap rokok yang ia sebarkan di jalanan. Alga menarik sekotak rokok dari Johan lalu keluar dari ruangan begitu saja. "Gue titip Glory, Han." pesan Alga sebelum pergi.

Setelah itu keheningan terjadi beberapa menit. Glory menoleh kearah Tasya yang turut menatap dirinya kembali. Helaan nafas dari Glory terdengar, membuat Angel dan Baim yang menimang tangannya dipaha itu mengalihkan pandangannya pada Glory.

"Lo kan sempet bilang, lo tau siapa pelakunya?" tanya Glory pada Baim tanpa basa-basi. Spontan saja.

Baim menggeleng. "Lo sendiri im yang berbisik ke gue tadi. Kenapa lo plin-plan?" tanya Glory lagi yang masih saja mendapat gelengan kepala.

"Kalo emang lo tahu, lo bilang aja tahu. Jangan lo tahu tapi bilang gak tau." ucap Johan melihat Baim dengan enggan, menunjukkan wajah benci itu tampil sempurna.

"Lo cerita aja ke dia im, percuma nutupin ini semua. Harapan kita buat bebas dengan selayaknya udah gak ada. Percuma im lo sembunyiin." ujar Angel mendengus.

Lagi-lagi, dan lagi. Baim menolak keras dengan gelengan kepala semakin ketat. "Mau sampai kapan lo simpen semuanya? Lo berharap mereka nolongin kita?!" ujar Angel. "Gak akan im!"

"Mereka?!" pekik Tasya. "Siapa mereka? Apa yang lo maksud dari kata mereka? Lo bilang gak ada sangkut pautnya dari hilangnya Melina? Tapi ucapan lo ini seolah nunjukin kalo benar adanya lo memang tau, atau bahkan lo ikut tergiring?"

Angel diam sejenak. Untuk apa dirinya memaksa Baim? Sungguh, untuk apa? Ada apa dengan dirinya? Jujur saja, saat ini perasaan Angel sudah terbagi menjadi berkeping-keping. Ia memang membenci Glory, tapi bukan berarti berani untuk menyakiti. Ini semua murni memang permintaan orang yang menyuruhnya. Awalnya Angel kira pekerjaan ini adalah pekerjaan mudah.

Namun benar, hasil yang besar tidak datang dari usaha kecil. Semua usaha dan kerasnya tanggung jawab harus adil dan rata. Tidak bisa kita merendahkan kata usaha untuk kemauan hasil yang luar biasa.

Pekerjaan ini menyulitkan dirinya, membuat hancur setengah umurnya. Ia tidak tahu, sebentar lagi, setelah ia mengatakan perkataan yang kurang memadai ini, apa dirinya akan kembali ke sel selamanya atau bebas dengan penuh siksaan? Semuanya sama-sama menyiksa.

Penyesalan datang diakhir cerita. Jika sejak awal penyesalan datang, mungkin tidak akan ada cerita. Karena cerita hidupnya saat ini menyedihkan sekali.

Angel sudah muak dengan ini semua, ia merasa terbebani semakin hari. Bertambah hari, penyesalan semakin besar. Saat polisi menangkapnya tadi, sebenarnya ia bisa melarikan diri. Jika pun ia ditembak, ia akan tetap bisa lari. Disisi lain, hati kecilnya mengutip bahwa ini memang sudah saatnya untuk berakhir. Sudah saatnya menyelesaikan pekerjaan buruk ini.

• 𝗚𝗟𝗢𝗥𝗬𝗦𝗛 • [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang