EXTRA PART : CANDRA WIJAYA.

3.9K 314 45
                                    

'Sederhananya, saya mencintai dia dengan tidak sengaja.' 

Dua anak kecil berusia enam tahun yang sedang berada dihalaman rumah besar tampak baru dihuni itu tak hentinya beradu mulut. Rumah besar bertingkat dan megah terlihat sangat ramai, karena banyaknya perabot yang membantu tuan rumah memasukkan barang-barang kedalam rumahnya.

"ACA! INI TUH RODANYA COPOT!!" teriak anak kecil berkuncir dua sembari memegangi palu mainan plastik yang konon katanya akan ia pakai untuk pembedahan ban bocor.

"JANGAN SENTUH RODA KU! NANTI KAMU COBLOS SAMPAI BOLONG!" sahut anak kecil satunya dengan kuncir satu bersanggul. Kata ibunya, anak ini harus dikuncir sanggul biar rambutnya gak kotor.

"Doktor roda ini mau benerin, aca!"

"Gak bisa iyis, nanti papa marah. Kamu mau dimarahin?"

Beberapa laki-laki dewasa yang bertugas membantu pemilik rumah memasukkan barang-barangnya kedalam itu merasa sedikit terganggu atas kehebohan dua bocah piyek tersebut. Bagaimana tidak? Mereka sedang berdebat didepan gerbang besar yang terbuka lebar.

"Permisi dek," ujar salah seorang laki-laki setengah paruh baya yang sedang mengangkat sofa dengan satu orang lainnya. 

Anak kecil berkuncir dua itu menatap aksi gerak dari para laki-laki bertubuh besar yang sedang mengangkat banyaknya barang disana, ia menatap detail dan sangat intens. Glory mengukir senyum kecilnya, sebuah ide jahil itu muncul tiba-tiba dibenaknya. Ia melirik sekilas sesuatu yang sedang ia kantungi itu.

"Aca," panggil glory lalu menarik baju tasya agar mendekat kearahnya. "Iyis ada otak," bisiknya.

Pok!

Tasya selaku orang yang menerima bisikan aneh dari glory itu merasa sedikit kesal, eh sangat kesal! Ia menepuk bibir glory dengan pelan.

"Kalau gak ada otak, iyis bodoh." ujar tasya membuang wajahnya kasar.

"Gimana kalo--" bisik glory dengan sangat pelan. Author sampe ga kedengeran.

"MANTUL!!!" seru tasya mengangkat tinggi kedua jempolnya.

"Dek, minggir-minggir sana." dorong seorang satpam pada tubuh glory yang membuatnya merasa terusir sangat kasar. Begitupun tasya, ia didorong serta sepedanya yang ikut melaju kedepan.

"WOH!! SATPAM EDAN." maki glory menepis kasar bahunya, membuang bekas sentuhan tangan satpam tersebut, najis.

Tasya menoleh kebelakang dan membuang wajahnya kasar, "Gak ada kentutnya tuh satpam."

"Aca nungguin satpam itu kentut? Mau ngapain aca? Oh, mau dibungkus plastik atau gak botol ya?" cetus glory lalu melotot. "IH ACAA!!! JOROQ."

"Bukan!!!! Itu loh etika, apa namanya? Mama biasanya suka ngomong aca gak punya tut tut tut."

"Oh, kereta api?"

"BUKAN!!!! TATITUT pokoknya,"

"Oh, kentut berkali-kali?"

"BUKAN!!!!!!!"

"Trus apa?"

Pertanyaan dari glory adalah akhir dari percakapan mereka, akibat ulah pihak ketiga. Seseorang yang sama kecilnya dengan mereka itu tiba-tiba melempar sebongkar robot mainannya hingga mengenai dahi tasya.

"SAKIT!!!" keluh tasya mengelus dahinya yang terasa nyut-nyutan.

Bocah laki-laki itu berjalan mendekat kearah tasya lalu mengambil robot mainannya yang terjatuh dikaki tasya, ia melotot tajam pada bocah perempuan tersebut. "BERISIK!"

• 𝗚𝗟𝗢𝗥𝗬𝗦𝗛 • [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang