Anak-anak basket sudah berada diruangan yang di khususkan untuk mereka. Sedangkan Kinara dan yang lainnya sudah berada di tribun siap untuk menonton pertandingan.
Sedari tadi. Beberapa orang menatap Kinara intens, Kinara risih. Tapi dia tahu ini akan terjadi.
Shakila di samping nya sudah heboh. Mengangkat karton bertuliskan 'semangat Tristan. Bisa, Tristan bisa'
Juga di depan, samping dan belakang Kinara banyak siswi yang berteriak heboh meneriakan nama masing-masing jagoan nya. Kebanyakan dari mereka meneriaki nama Fateh.
Padahal pertandingan belum di mulai. Anak-anak basket pun belum ada yang memasuki area lapangan.
"Kila. Mulainya masih lama ya?" tanya Kinara agak kencang agar Shakila mendengar.
Shakila menghentikan teriakan nya. Dia menoleh lalu melihat jam di pergelangan tangan nya, "kayak nya sekitah sepuluh nenitan lagi. Kenapa Ki?"
"Aku mau ke toilet dulu."
"Mau di anter?"
Kinara menggeleng, "nggak usah. Aku titip tas aku boleh?"
Shakila mengangguk, menerima tas Kinara lalu menaruh nya di pangkuan nya bersama tas milik nya.
"Kamu yakin nggak mau di anter? Emang tahu toilet nya? Kamu kan belum pernah kesini, nanti kalau nyasar gimana?" Sgakila bertanya dengan suara keras.
"Nggak usah Kila. Nanti aku tanya-tanya kalau nggak tahu."
Akhirnya Shakila mengangguk dan membiarkan Kinara pergi seorang diri, setelah kepergian Kinara. Shakila kembali berteriak heboh.
❤❤❤❤
Langkah kaki Kinara berjalan menuju toilet. Kinara sangat tahu letak toilet, karena dia pernah bersekolah di sini. Jadi Kinara tidak perlu bertanya.
Sesampainya di toilet, Kinara menuntaskan ke inginan nya. Setelah selesai Kinara mencuci tangan.
"Kita kangen lo Clau."
Suara itu membuat Kinara menoleh kearah sumber suara. Kinara melihat seorang gadis dengan seragam Albina.
Tidak tahu apa yang harus dia lakukan, Kinara hanya diam saja tidak mampu menatap gadis yang sedang bersedekap dada di depan nya.
"Fel. Ayo kok lama," gadis berambut sebahu masuk kedalam toilet memanggil teman nya bernama Fellia.
Kinara kembali di buat terdiam. Belum selesai berhadapan dengan Fellia. Kini Kinara harus berhadapan dengan Sellina.
Sellina menatap tak percaya pada Kinara. Jujur dia sangat merindukan Kinara, tapi pertemuan nya dengan Kinara sangat mendadak. Dan itu terjadi di toilet.
"Clau. Ini lo kan?" tanya Sellina tidak percaya.
Fellia menggeleng, "sepertinya kita salah orang Sel. Dia bukan Claudia yang kita kenal."
Kinara menelas saliva nya susah payah. Kenapa harus sekarang, dan inilah yang dia takutkan.
"Maaf," hanya kata itu yang mampu Kinara ucapkan saat ini.
"Maaf untuk apa? Kita nggak butuh kata maaf. Yang kita butuh itu cuma penjelasan lo. Selama ini lo kemana?" ada raut kecewa di wajah Sellina mendengar kata maaf dari Kinara.
"Lo nggak bisa di hubungi. Seakan lo menghindar dan nggak mau ketemu kita," Fellia menatap kecewa kearah Kinara.
"Aku cuma takut. Aku takut kalian nggak bisa nerima Claudia yang sekarang," isakan dari bibir Kinara terdengar menandakan bahwa Kinara tengah menahan air mata yang akan keluar.
Sellina mendekat kearah Kinara. Memeluk Kinara erat, menyalurkan rasa rindu disana.
Fellia ikut memeluk Kinara, "seperti apapun lo sekarang. Lo tetap Claudia, sahabat kita."
"Maaf telah mengabaikan kalian, aku terlalu takut."
"Ssst, yang terpenting sekarang kita bisa sama-sama lagi. Lo nggak perlu takut."
"Iya Clau. Lo nggak perlu takut, kita selalu dukung lo," tambah Sellina.
Kinara tersenyum haru. Dia memang paling tidak bisa berjauhan dengan kedua sahabatnya itu. Mereka bersahabat sudah lama, sejaj mereka di sekolah dasar.
"Eh, sebentar lagi pertandingan nya mulai."
"Yaampun. Terlalu senang jadi lupa deh," cengir Sellina menghapus air matanya.
"Clau. Kamu kesini buat nonton pertandingan basket kan?"
Kinara menganggul lemah, "maaf. Sekarang aku nggak bisa nonton bareng kalian, aku harus mendukung sekolah aku yang sekarang."
"Its okey Clau. Nggak masalah kok, berbeda bukan berarti musuh kan?"
Kinara mengangguk semangat, "iya. Itu bukan berarti kita musuh."
Mereka pun tertawa bersama.
"Clau. Kenapa ngomong nya aku?"
"Nggak boleh ya?"
"Bukan gitu Clau. Kita ngerasa aneh aja. Iya nggak Sel?"
Sellina mengangguk mengiyakan, "maaf. Aku nggak bisa pake kata 'gue', soalnya udah kebiasaan pake 'aku'. Maaf."
Sellina menggeleng, "nggak papa kok Clau. Itu artinya kita yang harus terbiasa, iya nggak Fel?"
Fellia mengangguk, "iya."
❤❤❤❤❤
Setelah bertemu rindu dengan kedua sahabatnya, Kinara kembali ke tribun karena sebentar lagi pertandingan akan di mulai.
Anak basket dari SMA Albina Kristen memasuki area pertandingan. Mereka itu teman-teman Tristan. Dan Kinara mengenal mereka.
Saat Fateh dan teman-teman nya memasuki area pertandingan Kinara merasa gusar. Dia khawatir dengan Tristan.
Kinara bisa melihat jelas raut terkejut teman-teman Tristan yang melihat Tristan berada di antara Fateh dan teman-teman nya.
Perrandingan pun di mulai. Fateh yang memulai dan Fateh berhasil memasukkan bola ke ring.
Semua teriak histeris termasuk Shakila di samping Kinara. Fateh memang terlihat keren saat bermain basket, baju jersey yang memperlihatkan otot-otot nya itu membuat Fateh terlihat tiga kali lebih keren.
Wajah konyol Fateh hilang tergantikan dengan wajah serius Fateh yang terlihat begitu tampan.
Sudah hampir setengah pertandingan. Fateh dan Tristan berkali-kali memasukan bola ke ring, namun hasil point kejar-kejaran sehingga tidak bisa memprediksi siapa yang akan menang.
Setengah permainan membuat mereka yang bermain mulai berkeringat. Begitupun dengan Fateh. Baju Fateh basah oleh keringat sehingga perutnya tercetak dengan jelas membuat semua siswi heboh berteriak histeris.
Kinara yang tanpa sengaja melihat Fateh pun beristigfar dengan suara keras.
"ASTAGFIRULLAH."
Shakila yang mendengar Kinara pun menoleh, menatap Kinara yang tengah menutup mata nya dengan telapak tangan nya.
"Kamu kenapa Ki?" tanya Shakila penasaran.
"Lihat roti sobek!" pekik Kinara terus menutup matanya.
❤❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Teen FictionMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...