"Engkau boleh pisahkan aku dengan dia. Tapi tolong jangan terlalu jauh sampai dimana aku tidak bisa lagi melihat maupun mendengar kabarnya."
-Kinara Aisyah Zeira-
_______________________
Kinara berjongkok di samping Zara. Punggung nya disandarkan pada tembok rumah sakit, pikirannya kacau.
Afida bahkan sudah menangis tersedu-sedu saat sampai rumah sakit. Tak ada yang tahu bagaimana keadaan Fateh sekarang karena dokter masih memeriksa.
Rio berdiri tak jauh dari Kinara. Ini semua terjadi karena dirinya. Jika saja dia tidak melibatkan Kinara dalam masalah keluarganya mungkin Kinara dan Fateh akan baik-baik saja.
Tak lama Fathan datang bersama Safira. Wajah mereka terlihat panik. Fathan menghampiri Afida dan memeluk Afida memberi kekuatan.
"Bunda gak mau anak bunda pergi," rintih Afida.
"Bunda yang tenang. Fateh kuat, dia pasti bertahan bersama kita," ucap Fathan menguatkan bundanya.
Farhan datang. Berlari terpogoh-pogoh, kemeja yang di kenakan nya begitu kusut dengan ikatan dasi yang sudah berada di perutnya.
Farhan berlari menghampiri Afida dan mengambil alih Afida dari Fathan. Memeluk Afida erat seraya mencium keningnya berkali-kali.
Setelah ayah nya datang Fathan memilih pergi namun tak lama dia kembali membawa beberapa botol air mineral dan membagikan nya pada Rio. Zara dan yang terakhir Fathan menyodorkan botol minum pada Kinara.
Kinara mendongak. Dia baru sadar kalau ada Fathan. Kinara menggeleng lemah, "gak, makasih."
Fathan melihat kearah Mata sembab Kinara dan hidung yang merah, Fathan kembali menarik botol minumnya lalu mengangguk pelan.
Fathan ikut duduk di samping Kinara. Satu kakinya di selonjoran, sedangkan kaki kanan nya di tekuk.
"Fateh berhasil nolong kamu Ara."
Kinara meluruskan pandangan nya. Masih teringat jelas di pikiran nya tentang kejadian tadi.
Terngiang-ngiang ucapan Fateh saat di mobil. Fateh mengatakan 'maaf karena telah mencintaimu. Tapi, ketahuilah cinta ini ada karena-Nya' hati Kinara menghangat mendengar itu. Jantungnya berdetak lebih cepat. Kinara sadar perasaan seperti apa yang sedang dia rasakan.
Kinara menoleh, menatap lekat wajah Fathan dari samping, "secepat itukan," ucap batin Kinara.
"Than. Gue pergi dulu, kalau ada apa-apa kabarin. Gue pasti tanggung jawab," pamit Rio pada Fathan.
Fathan mengangguk pelan. Rio beralih kearah Kinara, "pergi dulu ya Ra."
Kinara diam saja. Netranya masih fokus pada wajah Fathan. Fathan menoleh lalu meniup wajah Kinara membuat Kinara tersentak kaget lalu mengangguk cepat. Kinara salah tingkah, segera mengalihkan pandangan nya dari wajah Fathan.
Rio terkekeh melihat tingkah Kinara. Kinara itu seperti mood booster untuknya.
Belum sempat Rio pergi teman-teman Fateh datang. Ada Shakila juga yang langsung memeluk Kinara.
Dokter keluar. Semua mata tertuju pada dokter berkacamata itu terutama Afida yang langsung berdiri dan menghampiri dokter untuk menanyakan kabar putranya.
"Mohon maaf. Pasien bernama Muhammad Fateh Fazal telah menghembuskan napas terakhirnya pada hari ini pukul 17;08."
Bak disambar petir. Tubuh Afida langsung luruh, Farhan yang seharusnya menguatkan Afida pun malah memojokan sang dokter.
"Jangan mengada-ada. Pergi dari rumah anak saya sehat wal'afiat," teriak Farhan tak terima.
Fathan terduduk lemas. Pikiran nya kacau, dia menggeleng masih tidak percaya dengan kabar tersebut.
Lutut Kinara terasa lemas. Tak mampu lagi berdiri, Zara dengan sigap menangkap tubuh Kinara agar tidak jatuh kelantai.
Air mata Kinara kembali jatuh. Tak mampu lagi membendung tangisnya begitu pula dengan teman-teman Fateh yang merasa shock mendengar pernyataan dari sang dokter.
Detik itu juga dunia mereka seakan terbalik. Fateh, cowok absurd dan tengil itu sudah di panggil oleh sang maha kuasa.
Di usianya yang masih muda, bahkan salah-satu impian nya menjadi atlet basket belum tercapai.
Jenazah Fateh di dorong oleh suster. Tubuh kaku itu di tutup oleh kain berwarna putih, Afida membuka kain tersebut ingin memastikan. Dia masih belum percaya bahwa yang terbaring kaku itu adalah anaknya.
Saat kain dibuka, wajah pucat Fateh tampak. Meski pucat Fateh tampak masih tampan.
Afida menarik histeris, Farhan memeluk istrinya erat, sedangkan Fathan. Dia tidak mampu melihat jenazah Fateh. Fathan berbalik dan meninju tembok keras.
"Fateh. Ini beneran Lo? Bangun kunyuk. Kalau Lo gak ada siapa yang bakal jadi musuh gue," Shakila berucap lirih dengan air mata yang tak bisa di bendung.
Meskipun Fateh di nobatkan musuh bebuyutan nya. Shakila tetap merasa kehilangan karena hanya Fateh lah yang selalu mengerti dirinya sejak kecil.
Memang ya, orang baik selalu di ambil lebih dulu.
Seorang anak kecil berlari kencang menuju brankar Fateh sehingga menabrak beberapa orang yang terlihat lemas tak berdaya, dia adalah Maira.
Maira memeluk jenazah Fateh erat, menggoyang-goyangkan tubuh Fateh berharap Fateh akan membuka mata.
"Bang Fateh bangun. Biasa nya sesusah-susah nya Abang bangun kalau di bangunin Maira Abang selalu bangun," ujarnya berusaha keras membangunkan Fateh.
"Abang boleh kok ambil boneka panda Maira. Abang juga boleh jailin Maira asal abang bangun jangan tidur terus, bangun Abang," Maira sudah mulai putus asa. Di belakangnya Mika menahan tangis saat melihat anaknya menangis histeris.
"Abang boleh abisin ice cream Maira. Abang juga boleh masuk kamar Maira tanpa di tutup balik, Maira gak akan marah asal abang bangun."
"Pokonya apapun yang Abang lakuin ke Maira, mau Abang gangguain Maira kaya gimana pun Maira gak akan marah. Ayo bangun Abang."
Semua yang ada di sana hanya terdiam membisu mendengan celotehan Maira yang semakin membuat suasana sedih.
Mata cokelat Kinara menatap wajah pucat Fateh dengan lirih, hatinya terasa sakit melihat Fateh terbujur kaku di depan nya.
"Kenapa ya Allah, kenapa engkau kembali mengambil seseorang yang hamba cintai? Jika engkau tidak meridhoi cukup jauhkan dia dari hamba. Tapi jangan seperti ini. Ini terlalu jauh,"
________________________
Rela gak sih Fateh meninggal?
![](https://img.wattpad.com/cover/241753397-288-k48982.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Novela JuvenilMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...