Pagi kembali menyapa. Itu artinya Kinara harus kembali beraktivitas, sayang nya hari ini Kinara nampak lesu. Kinara ingin izin, tapi gadis itu terlalu takut.
Kinara takut akan ada masalah baru dengan Oma Ralin jika dia tidak sekolah dan lebih memilih menemani bunda Zillah yang sedang kritis di ruang ICU.
Semalam Kinara mendapat kabar dari Marcel bahwa bunda Zillah semakin kritis. Belum ada donor ginjal yang cocok untuk nya. Kinara begitu sedih mendengarnya, namun Marcel berusaha menghibur nya.
Selama ini hanya Marcel yang selalu memberi info tentang perkembangan bunda Zillah. Kinara sudah tidak bisa lagi ke rumah sakit, karena Oma Ralin melarang.
Kinara berjalan lesu di koridor sekolah. Sekolah tampak sudah ramai, berjalan pelan dengan kepala menunduk menuju kelas.
"Awas nabrak."
Kinara mendongak lalu menoleh kesamping, arah sumber suara. Ternyata itu adalah suara Tristan.
"Kalau jalan matanya juga di pakai Clau."
Kinara terkekeh pelan mendengar ucapan Tristan. Itu adalah perkataan nya beberapa tahun lalu.
Bocah laki-laki bermata sipit berjalan pelan di lapangan sekolah dengan menunduk. Bocah itu tampak gemuk dengan kulit putih khas Chinese.
Dari belakang tampak bocah perempuan kuncir dua berjalan cepat agar menyamai langkah bocah laki-laki tersebut.
Setelah sampai bocah perempuan dengan seragam SD berkata, "kalau jalan matanya juga di pake, gak takut nabrak?"
Bocah laki-laki yang juga memakai seragam SD tersebut menatap kearah bocah perempuan yang tampak imut dengan pipi yang chubby.
Bocah laki-laki tersebut hanya bisa menggeleng, kemudian berjalan cepat meninggalkan bocah perempuan tersebut.
Bocah perempuan itupun terus mengikuti langkah bocah laki-laki tersebut, sampai akhirnya bocah perempuan tersebut menghentikan langkah kecil nya saat melihat bocah laki-laki yang tadi dia ajak bicara di dorong oleh anak laki-laki yang bandel. Bocah perempuan itu hapal betul bahwa yang mendorong adalah murid SD yang selalu jahil dan iseng.
Bocah perempuan itu pun menghampiri, merentangkan tangan nya, "heh kalian anak nakal. Kenapa kalian dorong dia?"
"Anak pelempuan jangan ikut campul!" Ucap bocah yang masih belum fasih berbicara 'R'
"Ngomong masih cadel juga udah sok!"
"Aku bisa laporin kalian sama guru!"
"Cepu Lo!"
Tanpa basa-basi bocah perempuan tersebut melempar tas ransel nya kearah anak laki-laki bandel.
"Eeh bocah. Untung cewek," katanya lalu pergi meninggalkan bocah perempuan tersebut dengan bocah China.
"Uuuuuh dasar. Wleeee."
Setelah kepergian anak bandel yang cadel tersebut, bocah perempuan bernama Claudia mengambil tas ransel nya lalu menghampiri bocah laki-laki bermata sipit.
"Aku Claudia Albina." Claudia memperkenalkan dirinya dengan menyodorkan tangan kecilnya.
"Aku Tristan."
"Mulai sekarang kita teman. Jangan takut sama Lio."
Kinara tersenyum mengingat pertama kalinya dia bertemu dengan Tristan.
"Kenapa senyum?" Tanya Tristan yang bingung karena mendapati Kinara yang tersenyum sambil berjalan menuju kelas nya.
Kinara menoleh, menatap Tristan yang berbeda dari Tristan kecil yang gendut dan chubby.
"Lucu aja kalau ingat pertama kali kita ketemu."
Tristan memanyunkan bibirnya beberapa centi, "jangan di ingat-ingat dong Clau. Itu masa lalu."
"Tapi dulu kamu lucu Tris," kekeh Kinara.
"Tapi sekarang ganteng kan?" Tristan menaik-turunkan alisnya.
"Ya ganteng lah, kata siapa kamu cantik?"
Kinara terus berjalan meninggalkan Tristan yang terdiam dengan senyum merekah.
Sedangkan dari kejauhan Fateh merasa panas dingin melihat keakraban Tristan dan Kinara. Fateh begitu penasaran ada hubungan apa Tristan dan Kinara, karena se-tahunya Kinara selalu memiliki batas terhadap kaum Adam termasuk dirinya.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Masih seperti kemarin, karena belum bisa ulangan semua murid Albina jamkos. Sedangkan Kinara dan anggota OSIS lainnya rapat di ruang OSIS.
Karena sebentar lagi Fathan akan menyerahkan jabatan nya sebagai ketua OSIS pada murid yang terpilih.
Rapat hanya sebentar karena hanya membicarakan soal OSIS. Anggota OSIS sama sekali tidak ikut andil dalam pencarian dalang pembocoran soal ujian.
Sebenarnya Kinara tidak begitu peduli, menurutnya sudah ada yang mengurus, bahkan Oma Ralin pun turun tangan soal ini.
Yang memenuhi pikirannya kali ini hanyalah tentang bunda Zillah. Bagaimana kabarnya? Apakah baik-baik saja?
Kinara berjalan lesu menuju perpustakaan sembari memeluk buku novelnya. Langkah nya berhenti, bukan sengaja tapi ada orang yang menghentikan langkah nya.
Kinara menatap orang tersebut dengan bingung, beberapa menit kemudian bingungnya sirna setelah mengingat orang yang ada di depan nya, dia adalah laki-laki yang di tolong nya kemarin.
"Gue minta Lo lupain kejadian kemarin," tegasnya.
Kinara sama sekali tidak mengenal laki-laki di depannya. Kinara hanya menolong, untuk apa juga dia mengingat kejadian itu, meskipun Kinara merasa kesal dan jengkel.
Kinara diam, tidak menjawab, gadis berjilbab putih itu hanya mundur agar tidak terlalu dekat dengan laki-laki jangkung di depan nya itu.
"Untuk apa mengingat kejadian itu? Itu sangat tidak penting untuk saya," ucap Kinara tanpa melihat wajah tampan laki-laki di depannya.
Fokus Kinara kearah name tag pemuda tampan di depan nya yang bertuliskan Rionaldo Sumanto. Kinara menatap lurus nama itu, seperti tak asing dengan nama itu.
Merasa diamati Rio menutup name tag nya, "bagus kalau gitu."
"Gue percaya, gue lihat lo bulat tipe orang yang suka ghibah."
❤️❤️❤️❤️❤️
Ada yang kangen sama si kembar gak?
Next part bakal ada si kembar, siapkan hati gyus😁
Makin kesini aku ngerasa makin gak nyambung alur nya, ada yang ngerasa? Tolong komentar ya dibawah agar aku bisa perbaiki lagi🤗
Salam peluk online🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Teen FictionMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...