Kinara dan Fateh membawa Zara ke rumahnya. Rumah Zara memang tidak terlalu jauh dari pemakaman. Sesampainya di sana Fateh yang menggendong Zara menaruh tubuh Zara di atas ranjang, lalu Kinara menngganti pakaian Zara yang basah sedangkan Fateh menunggu di luar.
Hujan semakin deras, bahkan suara petir pun terdengar. Di luar Fateh mengibaskan rambutnya, bajunya sangat basah bahkan kemeja hitam yang di pakai nya membentuk tubuh atletisnya.
Setelah mengganti pakaian Zara. Kinara mengambil baju bekas papah nya di lemar yang terletak di kamar bunda Zilah. Kinara mengambil kaos pendek berwarna hitam dengan celana kain berwarna coklat yang sering kali papah nya pakai.
Kinara berjalan keluar menemui Fateh.
"Ganti baju dulu, takut nya masuk angin," ujar Kinara sembari menyodorkan baju.
Fateh menatap baju tersebut tanpa berniat mengambilnya, "harusnya kamu ganti baju dulu Nara."
"Setelah ini aku ganti baju."
Kinara mungkin tidak akan ganti baju. Karena dia tidak membawa baju satupun. Kinara takut kalau memakai baju bunda Zillah atau Zara. Takutnya Zara keberatan.
"Ini baju papah."
Akhirnya Fateh pun mengambil baju tersebut, "dimana gantinya? Nggak mungkin disini kan?" Tanya Fateh serius.
Kinara tertawa pelan, "kalau aku suruh kamu ganti disini gimana?"
"Ya gak papa, emang kamu siap liat roti sobek saya?" Fateh menarik turun kan alis nya untuk menggoda Kinara.
"Roti sobek?" Tanya Kinara heran.
Fateh bersiap membuka bajunya. Namun pergerakan Fateh di hentikan oleh Kinara.
"Aku bercanda Fateh. Kamu bisa ganti baju di kamar mandi," ucap Kinara cepat sebelum Fateh benar-benar membuka bajunya.
"Disana juga ada handuk baru. Kamu pakai buat mandi, gak bagus kalau habis ke hujanan gak mandi."
Bibir Fateh melengkung membentuk sebuah senyuman. Fateh merasa sedang di perhatikan oleh Kinara.
Netra hitam legam Fateh bergulir melirik kanan dan kiri, kemudian netra Fateh hanya tertuju pada Kinara. Menatap Kinara dengan intens. Di tatap seperti itu membuat Kinara salah tingkah.
"Takut ya roti sobek saya di lihat orang," ucap Fateh dengan senyum jahilnya.
Kinara melototkan matanya. Menatap kepergian Fateh yang menghilang di balik tembok.
Dasar Fateh.
________________________
Zara mulai membuka matanya. Kepalanya terasa berat, ia berusaha untuk duduk, di lihatnya sekeliling nya. Ini kamarnya, kenapa dia bisa ada disini, itulah pertanyaan yang ingin dia lontarkan namun entah pada siapa dia harus bertanya, karena di kamarnya tidak ada siapapun.
Zara berusah untuk turun dari ranjang sembari memegangi kepalanya yang terasa begitu berat. Di ambilnya kerudung yang ada di kepala ranjang lalu dia memakai nya.
Saat dirinya melangkah. Kepalanya semakin berat, penglihatan nya juga buram. Agak nya dia demam, Zara terjatuh sehingga menimbulkan suara.
Kinara yang mendengar sebuah suara jatuh pun panik dan langsung masuk kedalam kamar dalam keadaan masih basah kuyup.
"Zara," teriak Kinara menghampiri Zara dan membantunya berdiri.
Namun Zara menepisnya. Dia berusaha untuk bangun sendiri, "pergi!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Roman pour AdolescentsMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...