"Saya ingin melindungimu sebagai laki-laki. Bukan teman."____________
Senin pagi. Seperti biasa hari begitu cerah, sayang nya hari ini Kinara sedikit terlambat. Kinara menatap lesu gerbang yang sudah tertutup di depan nya.
Fateh yang sudah berada di parkiran menatap Kinara dari dalam. Melihat Kinara terlambat seorang diri. Pemuda itu berjalan ke belakang sekolah, memanjat tembok belakang sekolah yang tinggi.
Fateh berhasil keluar. Sama sekali bukan bolos niat nya. Fateh kembali ke depan gerbang sekolah, menatap punggung Kinara yang lesu.
Laki-laki berseragam acak-acak kan itu mendekat pada Kinara. Memegang besi gerbang, menatap Kinara dengan senyum merekah.
Kinara menoleh saat merasakan ada orang di samping nya, "kamu terlambat?" tanya Kinara.
Fateh mengangguk. Tak melunturkan senyum manisnya. Tak lama Pak Tomy datang dengan rotan di tangan nya.
Mengkerut kan kening saat melihat Kinara. Membuka gerbang lalu menyuruh Fateh dan Kinara masuk.
Kinara menunduk sedangkan Fateh terlihat biasa saja, mengeluarkan gaya andalannya, berdiri tegak seraya tersenyum manis seakan tidak terjadi apa-apa.
Pak Tomy menatap tajam Fateh. Kemudian tatapan itu berubah saat melihat Kinara, "kamu terlambat?"
"Menurut bapak apa? Kita ke pagian gitu datang nya," bukan Kinara yang menjawab melainkan Fateh.
Pak Tomy menatap Fateh tajam. Tatapan nya bisa membuat siapa saja bergidik ketakutan. Tapi itu tidak mempan bagi Fateh. Terbukti Fateh hanya berdiri santai dengan memasuk kan kedua tangan nya pada kantong celana abu nya.
"Saya tidak bertanya pada kamu. Saya tidak perlu bertanya pada kamu kenapa kamu terlambat," tegas Pak Tomy.
"Maaf Pak. Saya bangun kesiangan," jawab Kinara ingin segera menyelesaikan hukuman nya agar cepat masuk kelas.
Jika Kinara membiarkan Pak Tomy terus berdebat dengan Fateh hanya akan membuang waktu.
"Yasudah. Kalian berdua hormat bendera. Itu hukuman karena kalian tidak ikut upacara," Pak Tomy diam sebentar. Menatap Fateh. Menunjuk Fateh dengan rotan yang di pegang nya.
"Kamu. Bukan nya tadi kamu ikut upacara?" Tanya Pak Tomy merasa bahwa tadi melihat Fateh mengikuti upacara.
"Saya, ikut upacara?" tunjuk Fateh pada dirinya sendiri, "masa sih pa," Fateh memasang wajah bingung.
Pak Tomy menghela kasar, "benar juga. Mungkin tadi saya melihat arwah kamu."
"Cepat hormat pada bendera," perintah Pak Tomy yang langsung di turuti oleh Kinara dan Fateh.
Keduanya berdiri di depan tiang bendera. Memberi hormat pada bendera merah-putih yang berkibar di atas.
Terik matahari begitu menyengat. Fateh melihat kearah wajah Kinara yang tersorot matahari. Karena tidak tega, Fateh maju satu langkah agar tubuh tingginya bisa menghalangi sinar matahari pada wajah Kinara yang sudah berkeringat.
Kinara menoleh kearah Fateh saat tidak merasakan sinar matahari menyorot wajah nya, "kamu ngapain Fateh?"
"Melindungi kamu dari sinar matahari," jawab Fateh santai tanpa menoleh kearah Kinara.
"Itu gak adil Fateh. Kita sama-sama di hukum, lagi pula aku bukan anak manja yang takut matahari," protes Kinara.
"Saya laki-laki. Izinkan saya untuk melindungi kamu sebagai laki-laki, bukan teman."
Kinara diam. Melihat Fateh dari samping, pipinya memanas. Ucapan Fateh terasa ambigu di telinganya.
"Aku bisa menjaga diri sendiri," ucap Kinara setelah paham maksud dari ucapan Fateh.
"Saya tahu. Saya sebagai laki-laki hanya ingin melindungi kamu sebagai wanita," kata Fateh. Masih dengan posisi yang sama, hormat pada bender, netra hitam legam nya tidak lepas dari bendera tersebut.
"Saya tidak pacaran. Dalam Islam kita tidak boleh pacaran." Tegas Kinara. Kinara hanya ingin menegaskan batasan nya.
"Saya tahu Nara. Dan saya sama sekali tidak mau mengajak kamu pacaran yang ujung-ujung nya malah putus," jawab Fateh.
"Jika kamu berkenan tunggu saya sukses. Setelah sukses nanti saya akan mengkhitbah kamu Nara."
"Jangan suka mengumbar janji. Karena janji ada untuk di ingkari!"
"Saya tidak berjanji pada kamu, Nara. Saya berjanji pada diri saya sendiri," Fateh menjeda ucapan nya. Menoleh pada Kinara, tersenyum tipis, "saya berjanji pada diri saya sendiri. Dan saya tidak mungkin ingkar pada diri sendiri," setelah mengatakan itu Fateh kembali hormat pada bendera.
"Tolong jangan seperti ini Fateh. Kamu tidak tahu siapa yang saya cintai," ucap Kinara. Ingin sekali Kinara bilang. Tapi dia takut menyakiti hati Fateh.
"Saya tidak peduli siapa yang kamu cintai Nara. Saat ini kamu belum menikah, itu artinya kamu belum menjadi milik siapapun. Dan saya masih bisa memintamu lewat doa."
Kinara terdiam mendengar perkataan Fateh. Sebelum nya Kinara pikir Fateh hanya bercanda dan iseng mendekati nya, karena yang Shakila bilang Fateh itu playboy. Suka mendekati setiap siswi, tapi yang Kinara lihat saat ini adalah ketulusan seorang Fateh dan pernyataan yang sesungguh nya.
Fateh menoleh, mendapati Kinara yang menatap nya penuh arti, tersenyum tipis kearah Kinara, "maaf, kamu adalah sesuatu yang sering saya pinta lewat doa, dan, saya sedikit memaksa," ucap Fateh lirih.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Baper banget sama Fateh😁 jadi oleng😀 kalian oleng gak? Masih tim Fathan atau beralih sama Fateh?
Kalau author sih, kalau bisa dua kenapa satu wkwkwkwk. Canda gengs✌️
Salam peluk online😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Novela JuvenilMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...