part 36 -tidak di akui.

25 3 2
                                    

"Semua akan baik-baik saja."

_____________

Tim basket kelas sebelas dan kelas dua belas sudah siap untuk bertanding. Anggota cheers sudah siap mengeluarkan suara lantang nya untuk mendukung kelasnya.

Anggota OSIS berada di sisi lapangan untuk memantau agar pertandingan lancar. Kinara sedari tadi berusaha menahan rasa canggung nya saat berdekatan dengan Fathan. Fathan pun merasakan hal yang sama.

Fathan merasa lega telah mengungkapkan perasaan nya. Meskipun pada akhirnya dia dan Kinara menjadi canggung. Sedari tadi Fathan berusaha menghindar dari Kinara.

Semua bersorak sorai meneriaki jagoannya masing-masing. Lapangan basket begitu ramai. Teriakan pak Septian mengitrupsi agar semua diam.

Menurut. Semua diam. Tidak ada lagi suara, Pak Septian mengangkat speaker, mendekatkan ke bibirnya.

"Pertandingan akan segera di mulai. Sekedar mengingatkan bahwa ini hanya pertandingan untuk bazar amal. Kalian boleh mendukung siapa saja, tapi ingat. Kita ini satu sekolah, jangan sampai kita pecah hanya karena pertandingan ini, mengerti!"

"Mengerti Pak!" serempak semua murid menjawab.

"Sebelum mulainya pertandingan. Kita akan menyambut kehadiran pemilik sekolah. Beliau akan hadir dan menyaksikan pertandingan ini."

Lapangan kembali ramai dengan sorakan antusias. Mereka yang belum pernah melihat pemilik sekolah merasa penasaran dengan sosoknya.

Oma Ralin berjalan masuk kedalam lapangan di ikuti oleh Reva, Marco dan Marcel di belakang nya. Tidak lupa dengan beberapa laki-laki berpakaian hitam di belakang.

Keadaan mulai hening. Banyak siswa yang berbisik-bisik yang pasti membicarakan sosok pemilik sekolah.

Ada juga yang memuji ketampanan Marcel.

Pak Septian mulai berjalan dan memberi hormat pada Oma Ralin bersama kepala sekolah dan guru-guru yang lain.

"Salam sejahtera," ucap salam Oma Ralin dengan senyum elegan. Meski sudah termakan usia Oma Ralin terbilang awet muda.

Apalagi saat ini Oma Ralin menggunakan baju dress berwarna merah. Terlihat formal namun elegan. Kulit putih dengan mata sipit. Rambut di sanggul.

"Maaf saya terlambat," ucapnya dengan nada sedih, "saya disini ingin mengucapkan selamat kepada Tim basket Albina's School. Dan selamat berjuang di kemudian hari, saya harap kalian tidak mengecewakan," lanjut nya menatap tim basket Fateh.

"Saya juga ingin memperkenalkan anak saya. Revalina Albina. Putri saya, dan di sebelahnya suami tercintanya. Marcopolo Alexandra. Mereka yang akan meneruskan saya untuk mengurus sekolah."

Oma Ralin menjeda sebentar. Banyak dari mereka yang berbisik-bisik siapa agak nya pemuda berwajah tampan yang ada di samping kiri Oma Ralin.

"Dan dia," tunjuk Oma Ralin pada Marcel, "Marcellino Albina Alexandra," lagi-lagi Oma Ralin menjeda ucapan nya. Menatap Kinara sekilas kemudian melanjutkan ucapan nya, "cucu saya satu-satunya."

Marcel, Reva dan Marco menatap Oma Ralin tak percaya. Mereka sepakat akan menutupi identitas Kinara cucu kedua Oma Ralin. Bukan seperti ini kesepakatan mereka, dengan begini artinya Kinara tidak di anggap.

Marcel menatap Kinara yang menunduk. Pemuda itu tahu Kinara tidak baik-baik saja, hatinya pasti hancur mendengar pengakuan Oma nya.

Setelah memberi penghormatan terbaik pada pemilik sekolah. Oma Ralin di persilahkan duduk untuk menonton pertandingan di tempat yang di khususkan tepatnya di sebelah tempat anggota OSIS termasuk Kinara.

Kinara mengepalkan tangan nya kuat-kuat. Dia ingin pergi dari sana tapi tidak bisa, yang Kinara lakukan hanya menunduk.

Tiba-tiba Kinara merasa ada yang menggenggam tangan nya. Gadis itu melihat kearah tanganya yang di genggam erat.

Kinara mendongak mendapati Fathan yang menatap nya intens. Kinara ingin melepaskan tangan nya, namun perasaan nya menghangat. Sulit untuk nya melepaskan tangan Fathan, hatinya seakan tidak rela.

"Biarkan seperti ini. Saya tidak langsung menyentuh kamu, tidak apa-apa kan?"

Memang Fathan tidak langsung menyentuh kulit tangan Kinara karena Fathan melapisinya dengan sapu tangan miliknya. Fathan tahu Kinara tidak mau bersentuhan dengan laki-laki, maka dari itu Fathan melapisinya dengan sapu tangan.

Kinara menatap wajah tampan Fathan. Sangat dekat sampai Kinara bisa mencium wangi tubuh Fathan yang maskulin.

"Semua akan baik-baik saja, Ara."

♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️


Apakah anda sudah baper?

Tim mana nih.

Fathan-Kinara?

Fateh-Kinara?

Shakila kemana nih? Ada yang kangen sama Shakila?

Salam peluk online😘




Hi Ukhti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang