"Joan. Saya terpaksa mengeluarkan kamu dari club basket dan kamu tidak akan mengikuti pertandingan," final pak Santoso selaku kepala sekolah.
Karena Joan bertengkar dengan Rio di belakang toilet membuat laki-laki berkulit hitam manis dengan gingsul yang menghiasi gigi nya itu harus berada di situasi sekarang.
Berada di ruang BK untuk pertama kali nya dan mendengar keputusan kepala sekolah yang menurutnya tidak adil.
Jika dia mendapatkan hukuman di keluarkan dari club basket. Lalu apa hukuman yang di terima oleh Rio. Hanya di skors selama satu minggu. Sangat tidak adil bukan?
Joan tersenyum miring. Papahnya menatap nyalang dirinya, Joan mengepalkan tangan nya kuat. Ia sudah tidak bisa bernegosiasi lagi dengan pak Santoso.
Rio. Laki-laki perparas tampan namun berhati iblis itu tersenyum miring ke arah Joan. Merasa puas mendengar keputusan kepala sekolah.
Namun senyum miring itu berubah menjadi senyum kecut saat melihat tatapan tajam dari Rendy Sumanto. Papah nya sekaligus direktur sekolah Albina.
Pada akhirnya, pak Rendy dan papah nya Joan memilih bersalaman karena merasa masalah mereka sudah selesai. Pak Rendy dan Rio keluar lebih dulu di susul oleh Joan dan papah nya yang pamitan pada pak Santoso.
Di luar ada anak club basket yang menunggu Joan. Mereka penasaran keputusan apa yang akan mereka dengar.
"Jo. Gimana?" pertanyaan Tio dan anak-anak basket di hiraukan oleh Joan yang melangkah menjauh bersama papah nya.
"Mungkin Joan butuh waktu sendiri Yo. Kita tanya pak Septian aja," usul Nino di angguki oleh semuanya.
Tak lama pak Septian keluar dari ruang BK. pak Septian menghela lelah, karena Joan adalah anak basket membuat dirinya juga terlibat dalam permasalahan tersebut.
"Pak. Bagaimana?" tanya Fateh berharap apa yang dia takutkan tidak terjadi.
Pak Septian menarik napas lalu menghembusakn nya dengan pelan, "seperti yang kita takutkan. Joan di keluarkan dari club basket."
Apa yang mereka semua takutkan pun terhadi, itu artinya mereka kekurangan anggota.
"Yo.lo mau kemana?" Nino mencekal lengan Tio yang akan masuk keruang BK untuk menemui papah nya.
"Gue harus ngomong sama bokap gue."
"Percuma Yo. Bapak sudah berusaha berbicara dengan pak Santoso. Ini sudah keputusan final nya," jelas pak Septian membuat Tio mengepalkan tangan nya.
"Gimana caranya kita bisa cari pengganti untuk Joan. Itu yang harus kita pikirkan saat ini."
"Tapi siapa pak? Besok pertandingan. Kita tidak punya banyak waktu," Fateh sendiri bingung harus mencari pengganti Joan.
"Maka dari itu. Karena waktu nya mepet, kita mulai cari secepatnya. Itu tugas kamu juga Fateh."
❤❤❤❤❤❤
Mencari pengganti bukan hal yang mudah. Apalagi dengan waktu yang begitu singkat. Anak-anak basket berjalan lunglai kearah lapangan.
Pak Septian bilang dia ingin menenangkan pikiran sejenak. Dia juga bingung, bukan hanya nama sekolah taruhan nya tapi ini juga tentang dirinya.
Sudah dua tahun berturut-turut pak Septian gagal memenangkan pertandingan. Dan jika tahun ini gagal juga dirinya akan di keluarkan dan di ganti oleh pelatih lain.
Di lain sisi, anak-anak basket telah sampai di lapangan. Namun langkah mereka terhenti saat melihat ada orang yang tengah bermain basket dengan lihai.
Beberapa kali orang itu memasukan bola ke ring. Nino tersenyum, "gimana kalau kita minta dia buat jadi pengganti Joan?"
"Nggak! Gue nggak setuju!" Fateh langsung menyuarakan ketidak setujuan nya.
"Kita harus adain audisi dulu gitu? Ngebuang waktu aja, Fat. Ini udah ada di depan mata," sahut Tio yang menyetujui usulan Nino.
"Terus gimana sama Joan?"
"Habis ini kita kerumah nya buat minta penjelasan sekaligus minta izin juga."
❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Roman pour AdolescentsMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...