Hari Minggu berlalu. Namun duka itu masih membekas. Bukan hanya keluarga dan sahabat saja yang merasa kehilangan Fateh. Semua siswa dan siswi Albina juga guru-guru merasakan kehilangan sosok Fateh.
Kantin yang biasanya ramai oleh Fateh dan teman-teman kini terasa lebih sunyi. Tidak ada yang tertawa keras, menggoda setiap siswi yang lewat juga bernyanyi dengan suara merdu.
Juga lapangan basket yang biasanya ramai dengan sorakan. Kini sepi.
Juga guru BK yang merasa sepi. Tidak ada lagi Fateh yang selalu masuk ruang BK dengan kuping merah bekas jeweran pak Tomy.
Semua merasa kehilangan sosoknya. Sosok yang selalu membuat murid tertawa dengan tingkah absurd nya.
Fathan baru saja menyelesaikan pelantikan OSIS. Sekarang Fathan bukan lagi ketua OSIS. Dan, dengan bangganya sekolah menyatakan bahwa Fathan adalah OSIS terbaik sepanjang masa.
Fathan di beri penghargaan.
Besok adalah pengumuman kelulusan untuk kelas tiga. Setelah ini Fathan mulai sibuk di kelas tiga, karena kelas tiga nanti akan banyak tugas.
Kinara menghampiri Fathan yang sedang mengobrol dengan Rendy. Menyodorkan setangkai bunga mawar, di tangan Fathan dan Rendy sudah banyak bunga, coklat maupun kado yang diberikan oleh anak-anak.
Senyum Fathan mengembang. Menerima setangkai bunga mawar dari tangan Kinara.
"Selamat untuk penghargaan nya," ucap Kinara tulus.
Fathan mengangguk, "terima kasih."
_____________________
Rasa kehilangan juga di rasakan oleh anak basket. Mereka merasa kehilangan apalagi lusa mereka ada final basket. Mereka tidak yakin bisa menang tanpa sosok Fateh.
"Bapak tahu kalian sedang berduka. Tapi kalian harus tetap semangat, lusa sudah final."
"Tapi kita kekurangan anggota pak."
"Bapak sudah menyiapkan seseorang."
"Bapak panggil saya," seorang cowok berpostur jangkung dengan kulit putih menghampiri pak Septian dan berucap demikian.
Pak Septian mengangguk lalu menatap muridnya satu persatu, "dia yang akan menggantikan Fateh."
"Saya sudah bilang tidak bisa pak. Tidak ada yang bisa menggantikan Fateh," ujar cowok itu menekankan.
"Kenapa gak bisa Jo?" tanya Tristan.
Joan menggeleng, "gue gak bisa."
"Lo emang gak bisa gantiin posisi Fateh. Fateh sudah seperti keluarga bagi kita, sama seperti Lo. Lo adalah bagian dari kita. Jadi, siapa yang bilang Lo gantiin posisi Fateh?" ujar Tio.
Nino mengangguk setuju, "Lo bukan pengganti. Lo bagian dari kita."
Tio berjalan mendekati Joan. Menyodorkan tangan nya, "kita harus menang untuk Fateh."
Joan mengangguk dan menerima uluran tangan Tio lalu mereka berpelukan ala laki-laki, "iya. Gue pastikan kita menang."
"Wellcome back bro."
________________________
Shakila memakan siomay nya. Dia duduk di kantin sendiri, Kinara yang sedang sibuk mengurusi OSIS dan Tristan yang sibuk latihan.
Tak terasa air matanya menetes saat mengingat Fateh. Shakila memang menganggap Fateh musuh, sedari kecil mereka tidak pernah akur.
Fateh yang selalu iseng dan jahil dengan Shakila yang emosian. Mereka sama sekali tidak pernah akur, tapi, Shakila mengakui bahwa Fateh lah yang selalu menjaga nya.
Fathan? Dari kecil sampai sekarang Fathan selalu memiliki dunia nya sendiri yaitu belajar dan menyendiri.
Shakila ingat betul waktu sekolah dasar banyak anak-anak iseng yang selalu mengganggunya.
"Temen-temen. Shakila itu gak punya papah."
"Iya katanya kalau gak punya papah itu anak haram."
"Anak haram."
"Anak haram."
"Anak haram."
Begitulah kira-kira teman-temannya mengatai dirinya. Saat itu Fateh datang seperti pahlawan.
"Hey kalian. Shakila punya papah. Papahnya lagi kerja, jadi sibuk. Emang kayak papah kalian pengangguran!"
Dan begitulah cara Fateh membelanya. Dulu saat SMP Fateh juga pernah membelanya saat Shakila di bully oleh siswi yang menyukai Fateh dan Fathan.
"Kalau kalian ganggu Shakila. Kalian berurusan sama gue. Gak boleh ada yang ganggu dia terkecuali gue!"
Dan ya. Fateh memang sangat menganggu hidupnya.
Kini semua itu hanya menjadi sebuah kenangan. Fateh sudah seperti kakak bagi Shakila, kakak yang menyebalkan tentunya.
Namun hati terdalam nya sangat menyayangi Fateh.
"Kenapa harus pergi secepat itu? Lo ingkar janji. Katanya bakal kawal gue sama Fathan sampai pelaminan, gue gak bisa terus berjuan sendirian. Fathan? Dia malah semakin jauh dan sulit untuk di gapai." Ucap batin Shakila.
"Tenang aja. Gue kawal Lo sama Fathan sampai pelaminan. Asal setiap Senin Lo teraktir gue sama temen gue siomay Mpok Darmi."
Ini hari Senin. Hari dimana biasanya dia mentraktir Fateh dan teman-temannya di sini. Shakila tersenyum miris.
Sejak kecil dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari papah nya. Dia juga anak tunggal yang selalu merasa kesepian.
Kehadiran sosok Fateh membuat hidupnya lebih ramai. Shakila merasa mempunyai sosok kakak yang selalu menjaganya.
Dan sekarang sosok itu telah hilang. Jiwanya sudah tertidur lelap di dalam sana.
___________________________
Salam peluk online🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Genç KurguMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...