Seperti biasa, sepulang sekolah Kinara menunggu bis. Sembari menunggu Kinara mendengarkan murrotal dari ponselnya.
Bibirnya bergumam mengikuti setiap ayat yang di dengarnya. Mata nya terpejam menikmati.
Tak lama bis pun datang, Kinara bergegas memasuki bis dan duduk. Pandangan nya menatap jendela di samping nya.
Jalanan Jakarta begitu padat, dari jendela Kinara bisa melihat setiap sudut jalan, netranya membulat saat melihat seseorang tengah berdiri di pembatas jembatan.
Kebetulan jalanan macet, Kinara bisa melihat jelas orang tersebut. Meski tak mengenalinya namun, Kinara mengenali seragam yang di pakai pemuda tersebut.
Sebentar lagi Kinara sampai di halte dekat rumah nya, matanya terus menatap kearah pemuda tersebut. Banyak orang yang berlalu lalang, namun mereka seakan tidak peduli, lebih tepat nya tidak tahu bahwa pemuda itu mungkin saja akan Bunuh diri.
Dari raut wajah nya kentara sekali bahwa pemuda tersebut sedang dilanda banyak masalah hidup. Bis kembali berjalan menuju halte dekat rumah Kinara.
Kinara turun dari bis saat sudah sampai, tidak berniat untuk pulang karena pikiran nya terpenuhi oleh pemuda di pinggir jembatan.
Kinara berjalan, tepatnya ke tempat pemuda itu. Entah kenapa Kinara merasa khawatir. Jujur, Kinara pernah berada di posisi tersebut. Ingin lompat dari jembatan. Tiga tahun yang lalu.
Sesampainya di dekat jembatan Kinara menghentikan langkah nya. Benar saja, pemuda berseragam SMA Albina itu hendak lompat. Semua orang yang berlalu lalang akhir nya mulai peduli dan berkerumun untuk menghentikan aksi pemuda tersebut.
Seakan tidak peduli dengan teriakan semua orang yang ada di sekitar nya, akhirnya pemuda tersebut lompat kebawah. Di bawah sana ada air yang begitu deras.
Tanpa pikir panjang, Kinara melepas sepatu dan tas ransel nya. Melompat kebawah untuk menolong.
Semua orang berteriak untuk kedua kalinya saat melihat Kinara melompat kebawah. Kinara sudah menimbang, dia jago berenang. Lagi pula di bawah hanya ada air, tidak ada batu besar yang akan menghantam kepala maupun tubuh nya.
Di dalam air. Kinara berusaha menolong pemuda tersebut. Kinara menarik tangan nya, namun, sepertinya pemuda itu memang ingin mati.
Saat Kinara menolong nya, pemuda tersebut malah menepis tangan Kinara. Kinara tidak putus asa, meskipun oksigen sudah hampir habis Kinara menarik kuat lengan pemuda tersebut.
Pada akhirnya Kinara berhasil membawa pemuda tersebut ke atas daratan. Kinara terbatuk. Menghirup udara sebanyak-banyak nya.
"Lo gila?!"
Kinara menoleh dengan wajah basah nya. Semua orang berucap syukur saat melihat Kinara bisa menolong pemuda tersebut, tak lama mereka pun kaget saat mendengar bentakan dari pemuda yang sayang nya tampan tersebut.
"Yang gue mau itu mati! Jangan jadi pahlawan Lo!"
Kinara mengernyitkan kening nya. Bangun dari duduk nya lalu berdiri tepat di depan pemuda yang di tolong nya, menatap nyalang.
"Di luar sana banyak manusia bertahan hidup meskipun kesakitan dalam melawan penyakit nya. Kamu, yang sehat wal'afiat gini mau mati?!"
Semua orang yang menonton mencibir pemuda tersebut. Benar apa kata Kinara, di luar sana banyak orang yang mati-matian melawan penyakit nya hanya untuk tetap hidup.
Pemuda tampan tersebut berdecih pelan, menatap wajah Kinara bringas.
"Gue lebih baik penyakitan terus mati, daripada sehat tapi merasa hampa dan sepi!"
Setelah mengatakan itu. Pemuda tampan yang tidak Kinara ketahui namanya pergi meninggalkan Kinara bersama orang-orang yang membicarakan dirinya.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Maaf banget baru bisa update😔
🙏Semoga bisa sering update🤗 doain ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Fiksi RemajaMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...