Jenazah sudah di turunkan. Fathan sedang adzan, Farhan tidak sanggup mengadzani Fateh untuk kedua kalinya. Dia takut air matanya jatuh.
Tanah sudah mulai dikuburkan. Kini Fateh sudah tidak terlihat karena timbunan tanah, tangis Afida pecah begitupun dengan Kinara.
Pusara itu sudah tertutup sebenuhnya, bahkan sebuah papan bertuliskan nama lengkap Fateh sudah berdiri di ujung pusara. Kelopak bunga mulai di taburkan.
Afida berjongkok. Memeluk nisan Fateh tanpa berniat melepaskan nya, baginya kehilangan seorang anak sangat menyakitkan.
Tak pernah ada yang tahu jika kemarin adalah hari terakhir Fateh sarapan bersamanya. Dan kemarin pula hembusan napas terakhirnya. Lalu sekarang, Fateh benar-benar sudah melangkah mendahului mereka.
Fathan di makamkan tepat di samping makam neneknya. Bahkan pusara neneknya juga masih baru.
"Sayang. Kalau bunda minta kamu balik lagi gak bisa ya?" ucap Afida lirih.
"Sayang. Anak kita udah tenang, dia pasti sedih ngeliat bunda nya nangis," ujar Farhan yang mulai lebih tegar saat ini.
"Fida ingin dia tenang disana mas. Tapi Fida belum ikhlas."
Fathan mengusap kasar air matanya. Memeluk Maira yang menangis histeris sejak jenazah Fateh di turunkan.
"Kak. Udah ya, kita pulang," Mika mengajak Afida pulang namun Afida menggeleng keras.
"Mau nemenin Fateh aja disini, kasian dia sendirian."
"Sayang hey," Farhan menangkup wajah Afida, "Fateh disini sama umi. Lihat, Fateh tidur disamping neneknya."
Afida menatap lurus kedepan makam umi nya.
"Mereka pasti sudah bertemu sekarang."
Afida menunduk menatap makam Fateh, "bunda ikhlas kalau kamu bahagia nak. Sampaikan salam rindu bunda untuk nenek. Tunggu bunda ya sayang."
Abi Yusuf menyiram makam Fateh dengan air. Mengusap pelan nisan Fateh, "sampaikan juga salam rindu kakek pada nenekmu."
Afida dirangkul oleh Farhan. Sedangkan Fathan menggendong Maira yang masih menangis sesenggukan.
Nino menghampiri Fathan.
"Lo harus kuat Than. Biar Lo bisa nguatin bunda."
Fathan mengangguk lalu pergi menyusul bunda dan ayahnya. Sebelum pergi Fathan sempat melirik kearah Kinara.
Nino dan Joan jongkok dimakan Fateh di ikuti oleh Tio dan Tristan. Kinara berdiri bersama Zara, tangan Kinara menggenggam erat bunga tulip.
Tristan mendongak menatap kearah Kinara, "Clau. Ada yang mau disampaikan?" tanya Tristan. Takutnya Kinara mau menyampaikan sesuatu pada Fateh.
Kinara menggeleng, meletakkan bunga tulip di atas makam Fateh, "aku harus pergi ke pengadilan," jawab Kinara.
"Kita juga bakal kesana. Kita gak akan biarin bajingan itu bebas," kata Tio marah.
"Aku duluan ya. Wassalamu'alaikum," Kinara pergi bersama Zara. Sebenarnya Kinara ingin sekali menyampaikan sesuatu pada Fateh. Tapi dia malu jika ada orang disana.
Setelah kepergian Kinara. Nino mencengkram erat nisan Fateh, "gue masih gak percaya Lo ada di dalam."
"Kita masih gak percaya kalau Lo udah pergi duluan," tambah Tio.
Joan menonjok pelan nisan Fateh, "bodoh banget sih. Katanya kita bakal bikin club' basket buat anak kita nanti. Tapi belum nikah aja Lo udah pergi."
"Seneng ya Lo. Lo pasti di temenin bidadari cantik kan disana?" Nino memejamkan matanya erat.
Tio terkekeh pelan, "bidadari nya lebih cantik daripada Kinara ya. Sampai Lo nyerah perjuangin Kinara."
_______________________
Teruntuk Muhammad Fateh Fazal.
Jika disana lebih menenangkan dan meneduhkan aku akan ikhlas jika kamu pergi, namun jika kamu disana ditemani oleh bidadari aku akan sangat amat cemburu.
Bolehkah aku cemburu? Bahkan rasa ini tidak bisa aku kendalikan.
Terima kasih telah menolongku. Mengorbankan keluarga dan masa depan mu untuk menjagaku, dan terima kasih untuk hari-hari yang sangat menyenangkan saat bersamamu.
Maaf. Maaf karena aku telah membuat mu berpisah dengan keluarga dan sahabatmu. Aku tahu bahwa kematian sudah ada garis takdirnya, namun secara tidak langsung akulah penyebabnya.
Akulah penyebab bunda cantikmu menangis dan aku penyebab mereka kehilangan sosok mu.
Aku berharap kamu memaafkan ku.
Beristirahatlah dengan tenang. Hanya doa yang bisa aku sampaikan untukmu.
-Kinara Aisyah Zeira-
____________________________
Detik-detik menuju ending, kira-kira ada yang bisa menebak ending nya?
Salam peluk online🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Novela JuvenilMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...