Shakila menatap Kinara aneh. Untung saja di tribun ramai sehingga pekikan Kinara tidak terdengar, hanya Shakila saja yang mendengar.
"Roti sobek apa Ki?"
Kinara tersadar. Dia menurunkan tangan nya perlahan. Menatap Shakila gugup. Takut-takut Shakila sadar sesuatu.
"Aaah nggak Kila. Tadi cuma kaget."
Terdengar teriakan heboh, yang ada di tribun yang di tempati Kinara semuanya berdiri. Kinara merasa heran, sepertinya dia tertinggal sesuatu.
"Ki. Sekolah kita menang," teriakan Shakila membuat Kinara ikut berdiri.
Benar. Sekolag mereka menang, terlihat Fateh berpelukan dengat Tristan dan yang lain nya. Fateh mengangkat kedua tangan nya. Melihat kearah tribun dan menatap Kinara.
Kinara membuang wajah kesamping. Di tatap seperti itu dengan Fateh membuat nya mengingat kembali kejadian yang tadi.
Pertandingan diakhiri kemenangan tim Fateh. Itu artinya tim Fateh yang akan mewakili sekola Albina untuk kembali bertanding dengan sekolah lain minggu depan.
Di lain tempat. Di tribun paling ujung ada Joan. Di samping nya ada Naura adiknya. Joan menatap tajam kearah lapangan.
Naura menggenggam tangan Joan yang terkepal kuat.
"Harusnya abang juga ada disana Nau. Merayakan kemenangan," lirih Joan.
"Bang-" Naura tidak tega melihat abang nya yang seperti itu, ia lebih memilih mengusap lengan abang nya.
"Sekarang papah sudah tidak percaya abang lagi. Nau."
"Bang. Suatu saat pasti akan ada jalan nya abang untuk main basket. Dan abang akan menjadi pemain basket yang hebat," hibur Naura.
Joan terkekeh, "nggak mungkin Nau."
"Abang harus percaya. Rajin berdoa dan minta sama tuhan."
❤❤❤❤❤
Fateh dan teman-teman nya kembali ke sekolah membawa kemenangan. Saat sampai di sekolah mereka sudah di sambut.
Banyak yang memberikan selamat. Bahkan banyak pula siswi yang memberikan Fateh hadiah secara terang-terangan.
Namun, sedari tadi Fateh hanya menunggu ucapan selamat dari satu orang. Siapa lagi kalau bukan Kinara.
Selesai pertandingan Fateh sama sekali tidak melihat Kinara. Aah mungkin saat ini Kinara tengah sibuk mempersiapkan acara untuk besok.
Hari menjelang sore. Tim basket berkumpul di lapangan, "ini bukan akhir. Tapi ini adalah awal perjuangan kita. Karena setelah ini kita akan kembali bertanding. Maka dari itu kita harus bekerja lebih keras dalam berlatih, dan, selamat untuk hari ini."
Pak Septian tersenyum bangga menatap satu persatu anak didiknya, "malam ini saya tunggu kalian di cafe matahari. Saya akan teraktir kalian."
Semua bersorak gembira mendengar ucapan pak Septian yang akan mentraktir mereka.
"Sampai bertemu nantu malam. Terima kasih untuk hari ini," pak Septian berjalan mendekar kearah Fateh. Menepuk pundak Fateh pelan, "jangan lupa ajak Joan nanti malam."
Fateh mengangguk. Meskipun Joan tidak ikut serta dalam pertandingan, namun dia juga masih bagian dari mereka.
Setelah kepergian pak Septian anak-anak basket pun ikut berhamburan untuk pulang, mungkin ingin mengistirahatkan tubuh nya.
"Woy kupret!"
Tristan berhenti melangkah. Menatap Fateh sepenuh nya, karena memang disana hanya ada Fateh dan dirinya.
"Lo manggil gue?" tanya Tristan menunjuk dirinya.
"Menurut lo gue manggil siapa? Dedemit? Gue bukan Roy Kiyosi yang bisa berbicara dengan makhluk halus."
Tristan mengkerutkan alis nya bingung, "nama gue Tristan, bukan kupret!"
"Entah apalah nama lo. Nggak penting," Fateh berjalan mendekati Tristan. Meninju pelan dada bidang Tristan, "thanks ya buat hari ini."
Tristan tersenyum tipis, "bukan untuk hari ini doang. Tapi sampai final."
Fateh tertawa pelan, "oke. Mulai hari ini lo teman gue."
Tristan menatap lekat Fateh yang sedang menampilkan senyum tipis nya, "gue nggak butuh teman kaya lo."
"Sialan lo. Dasar kupret, gue juga ogah punya teman kaya lo!" teriak Fateh pada Tristan yang semakin menjauh dari pandangan nya.
Fateh mendengus. Kurang baik apa coba dirinya menawarkan pertemanan. Tapi ternyata kebaikan nya tidak di hargai.
❤❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Novela JuvenilMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...