Kinara berhasil keluar dari rumah dengan bantuan Marcel. Kinara bersyukur karena Tristan mau membantunya. Hari sudah sore, Kinara sudah mempercayakan semua nya pada Tristan apalagi untuk makan malam keluarga. Kinara berdoa agar Tristan bisa mengalihkan Oma Ralin.
Kinara sudah berada di dalam angkutan umum. Beberapa menit lagi Kinara sampai.
Angkutan umum yang di naiki oleh Kinara berhenti tepat beberapa meter dari rumah Zara. Kinara turun, tak lupa membayar ongkos. Kinara hanya perlu berjalan beberapa meter saja untuk sampai di rumah Zara.
Setelah sampai. Kinara berjalan mendekat pada Fateh dan Safira yang tengah duduk di teras. Cuaca saat ini tidak mendung lagi.
"Assalamu'alaikum."
Fateh yang sedang memainkan game di ponsel nya segera menekan tombol home saat mendengar suara Kinara. Berdiri tegak seraya memberikan senyuman termanis nya.
Safira memutar bola matanya saat melihat tingkah aneh Fateh.
"Makasih ya sudah membantu," kata Kinara merasa tak enak hati.
Safira tersenyum ramah, saat Fateh ingin bersuara sudah lebih dulu di sela oleh Safira "sama-sama Ra," ujarnya.
"Aku seneng bisa kenal sama kamu. Maaf merepotkan, padahal kita baru kenal."
Lagi-lagi sebelum Fateh membuka suara Safira kembali menyela, "gak papa Ra. Aku seneng kok bisa bantu," lanjutnya.
"Kapan-kapan kita ketemu lagi ya."
"Iya Ra. Kita pamit ya," Safira menarik tangan Fateh.
"Wassalamu'alaikum," pamit Safira. Sedangkan Fateh melambai pada Kinara, berniat salam perpisahan namun Safira menarik nya semakin menjauh dari Kinara.
Kinara tersenyum tipis melihat Fateh dan Safira yang sudah menjauh. Setelah mereka tidak terlihat lagi barulah Kinara masuk kedalam.
Melihat Zara yang sedang terduduk di atas kasur dengan tatapan yang kosong.
Rasa sedih menghampiri saat melihat Zara se-terpuruk itu. Kinara berjanji akan mengembalikan senyum Zara. Tapi untuk saat ini Zara hanya bisa memantau Zara saja. Kinara takut Zara kembali berteriak dan mengusirnya.
____________________
Hari sudah menjelang subuh. Dari jam tiga pagi Kinara sudah bangun dan menyiapkan makanan untuk Zara.
Setelah solat subuh Kinara buru-buru beranjak. Dia harus segera pergi dan sampai dirumah sebelum Oma Ralin menyadari ketiadaan nya di rumah.
Sebelum pergi Kinara sempat melihat Zara di kamar nya. Kinara senang, setidak nya Zara tidak melupakan kewajiban nya walaupun dalam keadaan terpuruk.
Kinara pergi. Di luar sudah ada Marcel dengan baju tidurnya berwarna biru muda dengan wajah khas bangun tidur. Kinara dan Tristan memang sudah ada janji.
Di karenakan jika pagi angkutan umum susah, dan untuk mempercepat juga akhirnya Kinara meminta Tristan untuk menjemputnya.
"Pagi Abang tampan," sapa Kinara ceria.
Wajah Marcel masam. Menguap sebentar lalu berkata, "gak lebih pagi lagi bangunin dan minta jemput ya?" cibir Marcel.
Kinara menampilkan deretan giginya yang rapih. Nyengir andalan nya.
"Ayo naik."
______________________
Berkat Marce Kinara bisa sampai tepat waktu. Dan kini Kinara sudah siap dengan seragam nya. Hari ini Kinara berangkat sekolah.
Kinara menjinjing sepatu nya yang berwarna putih. Menuruni anak tangga.
"Hari ini kamu di antar supir."
Kinara menghentikan langkah nya. Menoleh kebelakang dan mendapati Oma Ralin yang sedang duduk di meja makan sambil mengolesi roti dengan selai.
"Oma-"
"Tidak ada bantahan pada Kamis Oma. Pergi sekarang, sopir sudah menunggu di depan."
Mau tidak mau Kinara berjalan keluar dengan langkah gontai. Jika pergi dengan sopir Kinara yakin dia tidak bisa mengunjungi Zara.
___________________
Sekolah masih sama seperti kemarin. Tidak ada pengajar. Jamkos.
Kinara mencoret-coret bukunya untuk menghalau kebosanan nya. Tidak ada niat untuk pergi ke permukaan, pikiran nya sedang kacau karena memikirkan Zara.
Ponselnya bergetar. Kinara mengangkatnya, yang menelpon ternyata Bu Sari. Tetangga Zara yang mengabarkan bahwa Zara pingsan.
Kinara panik. Dia membawa tasnya lalu keluar.
"Mau kemana?" tanya Marcel. Tas Kinara di cekal agar Kianara menghentikan langkah nya.
Kinara menoleh. Menatap Tristan dengan tatapan memohon. Tristan mencondongkan badan nya, menatap Kinara serius.
"Mau bolos ya," tebak Tristan.
Tanpa ragu Kinara mengangguk. Memang itu tujuan nya.
"Tolong Tris."
Tristan melepaskan tas Kinara. Menepuk tangan nya pelan, "gue bukan tipe orang yang suka ngedukung murid yang bolos ya," ujar Tristan.
"Kamu gak dukung Tris. Cukup pura-pura gak tahu aja," tekan Kinara.
"Gimana bisa pura-pura," ucap Tristan seakan berpikir keras.
"Tris."
"Emang mau kemana?"
"Zara."
Hanya mengucapkan kata Zara saja Tristan sudah paham. Tristan menarik tas Kinara, gadis berjilbab putih itu berontak, namun lama-kelamaan Kinara pun pasrah saja.
Sedangkan Fathan melihat Kinara dan Tristan dari kejauhan. Tatapan nya tajam, baru saja akan melangkah mengikuti Kinara. Seorang guru sudah lebih dulu memanggilnya.
____________________________
Kinara menatap tembok tinggi di depan nya dengan ekspresi tidak percaya, "lewat tembok ini?" Kinara bertanya berulang kali.
Dan berulang kali juga Tristan mengangguk, "katanya mau bolos. Ya lewat sini lah."
"Tapi Tris. Ini tinggi banget," ucap Kinara tak yakin bisa memanjat.
"Gak ada jalan lain. Ini satu-satunya jalan yang pas untuk bolos, habis naik kamu tinggal turun Clau. Nanti tinggal jalan beberapa meter aja dan tembus ke halte."
Kinara memicingkan matanya menatap Tristan curiga, "hapal banget, jangan-jangan kamu suka bolos ya?" tunjuk Kinara pada wajah tampan Tristan.
Tristan melipat tangannya di depan dada. Menatap Kinara, "bolos itu makanan siswa laki-laki," jawab Tristan santai.
"Udah sana. Keburu ada guru."
Kinara kembali melihat tembok di depan nya yang tingginya sekitar dua meter. Tidak begitu tinggi sebenarnya, tapi untuk ukuran gadis setinggi Kinara tembok didepannya terlihat tinggi.
Tristan berjongkok di depan Kinara, "naik."
Kinara menatap ragu pundak Tristan. Sebenarnya dia pernah melakukan ini dengan Tristan saat SMP dulu.
Kinara menaikan kakinya di atas pundak Tristan. Setelah sampai di ujung tembok Kinara melihat kebawah. Kinara memantapkan hatinya untuk terjun. Sebelumnya Kinara sempat berterima kasih pada Tristan.
Setelah selamat. Akhirnya Kinara berjalan sesuai arahan dari Tristan. Di tengah perjalanan Kinara melihat seorang laki-laki yang sangat dia kenal.
Wajahnya babak belur dan terkulai lemah di bawah pohon. Kinara menghampiri cowok dengan seragam penuh darah tersebut.
Karena panik Kinara akan memanggil ambulans namun di tahan oleh cowok tersebut.
"Bawa gue pergi dari sini."
__________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Teen FictionMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...