part 31 -Rumah sakit.

18 3 0
                                    



Fateh masih berada di sekolah, laki-laki berparas tampan itu berjalan menuju loker nya untuk mengambil tas nya.

Saat tengah berjalan santai, di lapangan tempat upacara banyak anggota osis yang berlalu lalang. Mereka sedang sibuk mempersiapkan acara untuk besok.

Fateh menghentikan langkah nya sejenak untuk melihat keadaan di lapangan. Netra hitam nya menangkap sosok gadis yang sedari tadi dia tunggu.

Baru saja lima langkah Fateh berjalan bermaksud ingin menghampiri Kinara. Namun langkah nya terhenti saat melihat Fathan menghampiri Kinara.

Fateh menangkap hal yang aneh saat melihat interaksi Fathan dan Kinara. Fateh juga melihat tatapan mata Fathan yang tidak biasanya.

Sebagai kembaran Fateh tahu betul tatapan itu.

Fateh berbalik. Ia tidak jadi menghampiri Kinara, hatinya tiba-tiba berkecamuk. Ada rasa tidak suka melihat Fathan dan Kinara. Tapi, Fateh sadar. Ia harus segera menepis perasaan itu.

Cemburu? Tidak. Fateh tidak boleh merasa cemburu, karena Kinara bukan istrinya.

Fateh berjalan cepat, kembali ketujuan awal nya yaitu mengambil tas di loker nya.

Setelah sampai, Fateh membuka lokernya. Betapa kagetnya dia saat melihat banyak nya kertas, bunga, bahkan coklat berjatuhan dari dalam lokernya.

Fateh menghela lelah, harus dia kemana kan lagi hadiah-hadiah itu. Hadiah yang tadi saja dia bagikan pada anak-anak basket.

Fateh memunguti hadiah-hadiah tersebut beserta surat-surat yang berserakan. Fateh yakin isinya pasti ucapan selamat.

Fateh memasukan nya kedalam tas. Lumayan untuk dia kasih kepada ponakan nya. Maira.

Gerakan Fateh terhenti saat tas nya sudat terisi penuh. Namun masih banyak kado dengan macam-macam warna kertas kaso, ada yang batik, ada juga yang bergambar.

Melihat tas nya sudah penuh dengan coklat dan bunga yang akan dia berikan pada ponakan nya, karena jujur Fateh tidak terlalu suka coklat. Fateh mengambil paperbag di dalam lokernya, isi paperbag itu adalah baju seragam nya, namun masih muatlah untuk menyimpan kado-kado nya.

Fateh itu tipikal orang yang suka menghargai pemberian. Dia akan membuka kado-kado tersebut nanti.

❤❤❤❤❤❤❤

Fateh memarkirkan motor nya di depan rumah Joan. Dia datang sendiri kali ini karen Fateh takut kejadian tempo hari terulang lagi.

Fateh mengetuk pintu berwarna coklat yang menjulang tinggi. Beberapa ketukan barulah pintu terbuka dan menampulkan sosok Joan.

"Jo. Gue sama anak-anak mau ke cafe matahari nih, di traktir sama pak Septian merayakan kemenangan," Fateh langsung membicarakan niat nya datang kerumah Joan.

"Lo aja. Gue nggak, gue bukan bagian dari kalian," ucap Joan langsung.

"Jo. Kita semua berharap lo dateng."

"Gue nggak bisa," Joan menutup pintu dengan keras membuat Fateh mendengus kasar.

"Kampret!"

❤❤❤❤❤

"Dek bisa tolong antarkan saya ke rumah sakit?"

Fateh tiba-tiba di hadang oleh wanita paruh baya yang menggendong anaknya, sepertinya anaknya tengah sakit.

"Maaf bu saya tidak bisa, saya carikan taxi ya," Fateh menolak dengan halus.

Memarkirkan motornya di pinggir jalan dan mulai mencari taxi. Jalanan disana memang selalu sepi, angin malam berhembus menusuk tulang.

Sama sekali tidak ada yang lewat. Fateh kembali menghampiri ibu itu di pinggir jalan.

Setelah mengirim chat bahwa dirinya akan telat datang ke cafe, Fateh kembali menaiki motornya berniat mengantar ibu itu ke rumah sakit.

"Tidak ada taxi bu. Saya antar saja," tawar Fateh.

Ibu itu menggeleng, takut merepotkan Fateh. Karena tadi Fateh bilang dia ada urusan, "tidak usah dek. Saya tunggu taxi saja, takutnya saya merepotkan. Katanya tadi ada urusan."

"Nggak papa bu. Urusan nya juga nggak penting-penting banget," memang tidak terlalu penting. Lagi pula setelah mengantar ibu itu Fateh bisa nyusul.

Jadilah Fateh mengantar ibu itu ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Fateh menggendong anak laki-laki ibu itu yang bernama Damar ke UGD.

Setelah mengantar, Fateh pamitan. Fateh berjalan cepat, tidak enak juga jika terlambat datang terlalu lama.

Di lorong rumah sakit Fateh berhenti berjalan. Netranya menangkap sosok yang dia kenal. Kinara. Ya, itu adalah Kinara.

Sepertinya Kinara sedang menunggu. Kinara sedang duduk di kursi rumah sakit bersama seorang gadis remaja yang di perkirakan berumur 14 tahun.

Wajah Kinara terlihat seperti orang cemas. Karena penasaran Fateh ikut duduk tak jauh dari Kinara.

Fateh terus memperhatikan Kinara bersama gadis yang entah siapa Fateh tidak kenal. Sampai keluar lah seorang dokter, Kinara terlihat menghela napas lega.

Namun setelah kepergian dokter, gadis bersama Kinara seperti sedang memaki Kinara. Kinara diam saja.

Gadis berseragam putih-biru itu masuk kedalam meninggalkan Kinara yang terduduk lemas dan menangis.

Kinara juga sama. Dia masih mengenakan seragam sekolah nya.

Fateh berjalan menghampiri Kinara. Memanggil Kinara dengan suara pelan.

"Nara."

❤❤❤❤❤



Hi Ukhti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang