Kinara berada di rumah sakit. Berniat ingin melihat bunda Zillah. Namun saat sampai di rumah sakit Kinara mendengar kabar bahwa bunda Zillah kritis dan harus di operasi.
Saat sampai di rumah sakit Zara sedang menangis. Bunda Zillah harus di operasi namun dengan biaya yang cukup besar.
Akhirnya Kinara menawarkan bantuan. Awalnya Zara menolak. Karena terpaksa dan demi kesembuhan bunda Zillah akhirnya Zara menyetujui.
Saat akan membayar biaya operasi kartu atm milik Kinara tidak bisa di gunakan. Setahunya Kinara selalu di beri uang per-bulan nya oleh oma Ralin.
Dan Kinara jarang sekali menggunakan nya, hanya untuk keperluan nya saja. Di dalam atm tersebut masih banyak uang yang tersisa.
Tapi ternyata tidak bisa di gunakan karena sudah di blokir. Kinara yakin itu adalah ulah oma nya. Bukan kah kemarin oma nya sudah berjanji akan membiayai pengobatan bunda Zillah. Tapi kenapa tidak ada biaya untuk operasi.
Mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Jari lentik Kinara menscrol mencari nama oma Ralin.
Setelah ketemu Kinara mencoba menghubungi. Tersambung, dan di angkat oleh oma Ralin.
"Ada apa Claudia?"
"Kenapa oma blokir kartu atm Nara?"
Oma Ralin terkekeh pelan, "karena oma tahu apa yang akan kamu lakukan."
"Bukan kah oma sudah janji akan membiayai pengobatan bunda?"
"Biaya pengobatan Claudia. Bukan biaya operasi."
"Kalau begitu, tolong buka kembali atm Nara. Itu uang Nara. Oma."
"Uang mu? Ingat Claudia. Itu masih termasuk uang oma."
Kinara meremas ponselnya, "tolong oma. Nara mohon," lirih Kinara. Ia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Memang hanya oma Ralin lah yang bisa membantunya. Sebenarnya Kinara bisa saja meminta bantuan papa Marco atau Marcel. Tapi Kinara enggan dan takut kembali merepotkan mereka.
"Kamu tahu Claudia. Menolong harus mendapatkan imbalan."
"Apa yang oma mau?"
"Oma berniat mengubah keputusan. Oma ingin saat kenaikan kelas, bukan kelulusan. Bagaimana?"
Kinara memejamkan matanya erat. Tidak ada pilihan lain selain mengangguk dan menyetujui.
"Baiklah. Nara setuju."
❤❤❤❤❤
Sudah hampir dua jam Kinara dan Zara menunggu di depan ruang operasi. Tidak ada tanda-tanda selesainya operasi.
Kinara baru saja selesai shalat isya dan berdoa agar semuanya di permudah kan. Duduk Kinara tidak tenang. Ia cemas bukan main.
Takut. Itu yang Kinara rasakan.
Tak lama dokter pun keluar. Memberi tahu bahwa operasi berjalan dengan lancar, namun bunda Zillah belum sadar.
Kinara bernapas lega. Mengucap syukur.
Bunda Zillah akan di pindah kan ke ruang rawat. Namun saat Kinara akan masuk untuk melihat keadaan bunda Zillah. Zara mencegahnya.
"Terima kasih," ucap Zara membuat Kinara tersenyum.
"Aku akan segera mengganti uang kakak."
Kinara menggeleng, "tidak perlu," tegas Kinara.
"Aku tahu kakak banyak menolong kami. Tapi ingat kak. Luka itu masih membekas di hati kami. Apa yang kalian lakukan pada kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Novela JuvenilMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...