❤perpustakaan❤Kinara menatap ke arah luar jendela, pikiran nya berkelana pada kejadian tadi pagi. Gadis berhijab putih itu mengabaikan penjelasan guru di depan sana.
Fathan. Nama itu yang berkeliaran di kepala Kinara saat ini, Kinara benar-benar tidak menyangka akan melihat Fathan di pukuli.
Selama ini image Fathan sangat lah baik, bahkan semua guru selalu membanggakan nya. Lalu, kenapa Fathan bertengkar? Tidak akan ada asap jika tidak ada api.
Fathan membuat Kinara hilang fokus saat jam pelajaran, bahkan saat bel istirahat berbunyi pun Kinara tidak menyadarinya.
"Kinara," panggilan itu membuat Kinara menoleh kesamping, menatap Shakila dengan tatapan bertanya.
"Kamu kenapa Ki, dari tadi ngelamun terus? Ada masalah?" pertanyaan beruntun dari Shakila membuat Kinara sadar.
Kinara menatap sekeliling, guru yang mengajar sudah tidak ada di depan, "bu Winda kemana?"
Shakila mengerutkan keningnya sehingga alis nya bersatu, "lah, bu Winda udah keluar ini kan jam istirahat," sahut Shakila merasa aneh.
Perempuan berhijab putih itu menatap jam di pergelangan tangan nya, iya, ini jam istirahat. Kinara benar-benar tidak sadar.
"Kamu kenapa Ki? Ada masalah?" tanya Shakila khawatir.
Kinara menggeleng, dalam hati dia beristigfar. Memikirkan Fathan membuatnya hilang fokus.
Shakila menghembuskan napasnya pelan, "ke kantin yuk, laper nih," ajak Shakila.
"Kamu aja Kila. Aku mau ke perpus," tolak Kinara.
"Yaudah, bareng aja jalan nya, kan searah."
Kinara mengangguk, membereskan buku nya kemudian beranjak bersama Shakila.
Di kursi belakang Kinara ada Tristan. Laki-laki keturunan China itu menatap kepergian Kinara, kemarin Marcel menghubunginya untuk menjaga Kinara di sekolah.
Marcel juga memberi tahu bahwa saat ini Kinara sedang tidak baik-baik saja, ini tentang masalah keluarga nya.
Dan sedari tadi Tristan memperhatikan Kinara yang melamun, sepertinya Tristan harus menghibur Kinara.
❤❤❤❤
Tristan mengambil buku di rak kemudian duduk di sebelah Kinara. Kinara merasa ada yang menggeser kursi di sebelah nya pun menoleh dan mendapati Tristan yang duduk di sebelah nya.
Kinara mencoba acuh, gadis berkulit putih itu kembali fokus pada bacaan nya.
"Baca apa Clau?" inilah Tristan. Jika sedang berdua saja pasti memanggil Kinara dengan sebutan Claudia.
"Kamus bahasa arab," jawab Kinara tanpa menoleh.
Tristan terdiam sebentar kemudian kembali menimpali, "kamu belajar bahasa arab?"
Kinara mengangguk, "udah satu tahun ini Tris,"
Tristan tersenyum, "kenapa belajar itu?"
Kinara menoleh menatap Tristan sebentar kemudian menunduk, "ini agama ku."
Tristan tersenyum kecut, memejamkan mata sebentar kemudian menghela pelan, "aku tahu Clau, tapi yang aku tahu nggak semua umat muslim belajar bahasa nya."
Kinara mengangguk membenarkan, "aku ingin kuliah di Kairo Tris."
Penjelasan Kinara membuat Tristan menatap Kinara lekat, "memang nya kamu dapat izin dari oma Ralin?"
Kinara menggeleng, "oma nggak tahu Tris. Aku tahu oma pasti menentang makanya aku nggak berani bilang," jelas Kinara.
"Clau. Kalau kamu nggak bilang kamu nggak akan tahu hasilnya, Jangan pernah takut gagal, coba dulu, prihal berhasil atau nggak nya yang penting kamu mau mencoba,"
Kinara mengangguk seraya menampilkan senyum manisnya, sedari dulu Tristan memang yang paling mengerti dirinya, makanya Kinara tidak pernah sungkan untuk mengungkapkan segala isi hatinya dan segala kegelisahan nya pada Tristan.
Bahkan Tristan adalah orang pertama yang mengetahui Kinara ingin menjadi mualaf, Kinara ingat betul pada saat dirinya memberi tahu keinginannya untuk mualaf pada Tristan.
Pada saat mendengan penuturan Kinara, tersirat kekecewaan di mata Tristan, namun laki-laki itu mencoba untuk menerima keputusan Kinara dengan baik.
Kinara dan Tristan pun larut dalam obrolan, Kinara yang melupakan buku nya, dia mengobrol banyak dengan Tristan, sudah sangat lama sekali dia tidak mengobrol banyak dengan laki-laki keturunan China itu.
Sedangkan di balik rak ada seorang laki-laki yang mendengar obrolan nya, laki-laki tersebut menyimpulkan bahwa Kinara dan Tristan sangat dekat, terlihat dari cara mereka mengobrol.
Laki-laki tersebut menghela pelan lalu beristigfar kala sebuah perasaan sesak menggerogoti hati nya, mungkin kah dia cemburu?
Sangat tidak pantas dirinya cemburu, karena Kinara bukan siapa-siapa untuk nya, Kinara hanya lah pemilik nama yang sering dia sebut dalam setiap doa nya.
Sedangkan di sisi lain Fateh menghampiri Shakila yang tengah menikmati makan nya di katin bersama ketiga sahabat nya
Fateh duduk di samping Shakil sembari celingak celinguk seperti mencari sesuatu.
Shakila menoleh sebentar, memutar bola matanya kemudian berusaha acuh.
"Kinara mana?"
"Perpus," jawab Shakila malas.
Fateh beranjak dari dudu nya kemudian melangkah hendak pergi.
"Mau kemana?" tanya Tio penasaran.
"Perpus," jawab Fateh kemudian pergi meninggalkan kantin.
"Sejak kapan lo punya pikiran masuk perpustakaan?" teriakan Nino tak di anggap oleh Fateh yang sudah menghilang dari kantin.
❤❤❤❤❤
Hai? Author comeback😘
Mohon maaf karena author sudah lama tidak update, tapi insyaallah mulai sekarang author akan sering update untuk cerita Hi Ukhti dan Dua Sayap🤗
Terima kasih yang sudah setia menunggu🤗
Semoga sehat selalu😘
Salam peluk online dari author❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Novela JuvenilMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...