Kinara membuka matanya perlahan. Tapi tidak ada sedikit pun cahaya yang terlihat. Penglihatan nya gelap, tubuhnya kaku sulit untuk di gerakkan.
Tangan nya terikat begitupun dengan kakinya. Yang Kinara ingat hanya kejadian di mobil sampai berada di sebuah gudang.
Kinara sadar bahwa dirinya diculik. Kinara bersyukur setidaknya dia menjatuhkan ponselnya di luar dan sebelum itu Kinara sudah mengirim pesan pada Zara.
Kinara berharap Zara bisa menolong nya. Kinara ingat betul kejadian di mobil dimana Zara di turunkan di halte dan dia yang dibawa pergi.
Sepertinya sang penculik sudah mengintai dia dan Zara. Sampai-sampai mereka memberikan obat tidur pada minuman Zara.
Kinara tidak bisa berbicara. Karena bukan hanya matanya saja yang di tutup tapi mulutnya juga.
Derap langkah terdengar di telinga Kinara. Aroma parfum menusuk ronggak penciuman Kinara. Kinara yakin ada seseorang di dekatnya.
Tanpa aba-aba. Orang tersebut membuka penutup mulut Kinara yang menyebabkan Kinara meringis.
Terdengar suara kekehan. Samar-samar suara laki-laki. Napas Kinara tersekat, mendadak rasa takut menghampiri.
"Kinara Aisyah Zeira," orang itu menyebut namanya. Suaranya. Suara itu seperti suara yang pernah dia dengar.
"Siapa?" tanya Kinara. Suaranya bergetar.
"Kamu tidak perlu tahu."
Suaranya benar-benar tak asing bagi Kinara. Suara itu pernah dia dengar tapi dimana.
"Pak Rendy," kata Kinara setelah menerka-nerka.
Pak Rendy direktur sekolah Albina. Pria itu menunduk menyamakan wajahnya pada wajah Kinara.
"Ternyata kamu jago juga mengenali orang. Padahal kita baru satu kali bertemu."
"Bapak mau apa? Kenapa bapak menculik saya?"
"Kenapa? Saya akan ceritakan alasan itu. Tapi sebelumnya, beritahu saya dimana anak saya?"
Kinara menggeleng, "saya tidak tahu."
"Bohong!" Pak Rendy memukul meja dengan keras meluapkan semua emosinya, "saya tahu kamu bertemu dengan anak saya."
"Bilang dimana dia?"
"Saya gak tahu om."
Pak Rendy tertawa lalu melepaskan ikatan di mata Kinara. Samar-samar Kinara sudah mulai melihat sekeliling.
Pria paruh baya dengan balutan jas berwarna navy itu memperlihatkan ponsel Kinara. Kinara melotot, bukan kah itu ponsel yang sengaja Kinara jatuhkan tadi.
"Saya tidak sebodoh itu," pak Rendy meremas ponsel Kinara.
Tertawa keras, menatap Kinara remeh, "sebelum saya menghancurkan ini. Saya akan menghubungi seseorang dengan ponsel ini."
Ponsel pun tersambung dengan sebuah nomer.
"Hallo."
Pak Rendy terkekeh pelan, "kembalikan anak saya atau saya akan membuat pemilik ponsel ini menderita selama hidupnya."
Tubuh Kinara bergetar hebat mendengar ancaman dari pak Rendy.
"Jangan pernah sakiti Kinara!"
"Oooh. Anak papah rupanya yang mengangkat. Datang ke villa, atau papah akan buat dia menderita."
Tubuh Kinara semakin bergetar hebat saat ponselnya dibanting dengan keras. Kinara menutup matanya erat-erat.
"Kenapa bapak culik saya? Saya salah apa?" tanya Kinara.
"Salah kamu?," Pak Rendy mendekati Kinara. Matanya menyiratkan sebuah kebencian, "kamu tanya salah kamu apa? Salah kamu adalah lahir ke dunia ini!"
Kinara menunduk. Isakan nya terdengar walau pelan, Kinara benar-benar ketakutan.
"Karena kamu ada, hidup saya hancur!" Pak Rendy berteriak di depan wajah Kinara membuat gadis bermata coklat itu tak mampu lagi menyembunyikan ketakutan nya.
"Rega. Laki-laki brengsek itu yang sudah membuat saya seperti ini."
Kinara mendongak menatap pak Rendy penasaran saat mendengar pak Rendy menyebut nama papanya.
"Bapak kenal papah saya?"
"Kenal? Sudi saya mengenal dia."
Pak Rendy menatap nyalang wajah Kinara, "Sudi saya mengenal laki-laki yang sudah menghancurkan kebahagiaan saya dengan Ciara."
Pak Rendy terduduk diatas lantai. Menarik rambutnya kasar, "kalau aja brengsek itu gak perkosa Ciara dan Ciara gak hamil kamu. Kita mungkin sudah bahagia sekarang, dan saya tidak perlu menikah dengan perempuan pelacur itu!"
Kinara tertegun mendengar sebuah kenyataan. Apakah itu artinya dia anak di luar nikah.
"Gak. Itu gak bener, orang tua ku orang tua yang baik. mereka saling mencintai, aku bukan anak di luar nikah.
Pak Rendy melempar balok yang ada di dekat nya. Balok itu sama sekali tidak mengenai Kinara. Namun Kinara terlihat kaget.
"Kamu anak haram. Kamu anak hasil pemerkosaan!"
"Selama ini saya mencari anak haram nya Rega. Dan sekarang dia ada di depan saya, tidak mungkin saya sia-siakan kan."
Pak Rendy mendekat. Membuka jas nya perlahan, Kinara benar-benar takut. Dari dalam hatinya terus memohon meminta pertolongan pada Allah.
Kinara berusaha berontak saat pak Rendy menyentuh dagunya, "TOLONG!" teriak Kinara.
Pak Rendy terkekeh, "tidak akan ada yang bisa nolong kamu. Jangan harap, anak saya mungkin akan tiba disini satu jam lagi. Dan itu sangat cukup untuk saya-," pak Rendy mendekati wajah Kinara sedangkan Kinara terus menghindar.
Gubrak.
____________________
Aaaah rada ngeri pas nulis part ini. Ada yang tegang gak? Next gak nih? Siapa yang datang kira-kira?
Salam peluk online🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Подростковая литератураMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...