Menjelang sore hari Fateh baru selesai latihan, keadaan sekolah begitu sepi karena siswa dan siswi sudah pulang.
"Gue duluan bro," Nino satu-satu nya manusia yang Fateh lihat di sekolah.
Mereka baru saja mengganti pakaian nya, Fateh mengangguk sembari menutup loker nya.
"Hati-hati lo. Di sekolah kayak nya tinggal lo doang," pesan Nino sebelum pergi meninggal kan Fateh yang benar-benar sendiri.
Fateh mengedikkan bahu nya, dia bukan Nino atau pun Tio yang penakut, lagipula ini siang hari. Untuk apa dia takut.
Fateh berjalan menyusuri koridor sekolah yang sepi, Nino benar-benar meninggal kan nya. Kaki panjang nya berjalan kearah parkiran tempat motor nya terparkir.
Menaiki motornya, menyalakan mesin lalu melaju meninggalkan parkiran sekolah, tak lupa menyapa pak Seno. Penjaga sekolah.
Cuaca sore hari sangat indah, di tambah sunset di langit kota Jakarta. Angin berhembus kencang, aaah indah nya menaiki motor di cuaca seperti ini.
Fateh berpikir akan lebih indah jika nanti dia menikah dengan Kinara, membonceng Kinara mengelilingi kota Jakarta di sore hari.
Kinara duduk di belakang nya sembari memeluk nya dari belakang, berbincang hangat di atas motor, dagu Kinara berada di pundak nya, tampak menyenangkan bukan?
"Ah. Jadi halu kan gue," monolog Fateh sembari menggelengkan kepalanya agar ke-haluan nya menghilang dari otaknya.
Fateh menambah kecepatan nya, karena jalanan tidak begitu ramai membuat cowok yang memakai jaket hitam itu mengendarai motor nya dengan cepat.
Sebuah motor beat berwarna hitam menikung nya, awalnya Fateh biasa saja, namun saat melihat dua orang berbeda jenis kelamin yang menaiki motor tersebut membuat Fateh geleng kepala.
Bagaimana tidak geleng kepala, dua manusia berbeda jenis itu memakai seragam SMP. Fateh tafsir umurnya masih tiga belas tahun.
"CK, dasar anak jaman sekarang." Fateh berdecak melihat kelakuan bocil jaman sekarang.
"Umur segitu kayak nya gue masih main kelereng deh," gumam nya tak habis pikir.
Sepertinya Fateh harus cepat-cepat sampai rumah, kalau tidak, dosa nya pasti bertambah karena melihat bocil yang sedang uwu-uwuan.
Merasa gerah juga, entah kenapa sore ini banyak sekali yang berboncengan. Fateh kembali menambah kecepatan nya agar segera sampai rumah.
"Yang sabar yah jok belakang, kalau udah waktunya pasti ada yang dudukin Lo."
❤️❤️❤️❤️❤️
Fateh memarkirkan motornya di parkiran rumah sakit, saat di jalan tadi Fathan memberitahu nya bahwa nenek nya, umi Atika kembali masuk UGD.
Kaki panjang nya melangkah cepat menuju UGD, menyusuri lorong rumah sakit sambil menyapa beberapa suster yang berpapasan dengan nya.
Sesampai nya di UGD. Fateh melihat bundanya menangis histeris di depan UGD di pelukan Farhan-ayah nya.
Fateh menghampiri Fathan yang duduk di teras dengan kaki kanan di tekuk sedangkan kaki kiri selonjoran, wajah Fathan menyiratkan kesedihan.
Fateh berjongkok di depan Fathan seraya bertanya, "ada apa?"
"Nenek udah gak ada."
Fateh yang tadinya jongkok kini duduk lemas di depan Fathan, nenek nya sudah pergi dengan tenang dan tidak akan merasakan sakit lagi.
Tapi kenapa rasanya sedikit sakit.
Fateh mengedarkan pandangan nya, disana juga ada om Firman dan istrinya, tante Dinda.
Setetes air mata keluar dari pelupuk matanya saat melihat bunda nya menangis di pelukan ayah nya, Fateh berdiri lalu berjalan menghampiri seorang gadis berjilbab merah muda yang pastinya merasakan kesedihan yang sama seperti dirinya.
Gadis itu sedikit jauh dari yang lain, duduk di kursi rumah sakit, Fateh ikut duduk di samping nya lalu memeluk gadis itu erat sangat erat, gadis berjilbab merah muda itu pun membalas pelukan Fateh tak kalah erat.
Fateh merasakan tubuh gadis itu bergetar, berusaha menenangkan, Fateh pun mengelus punggung gadis tersebut.
Di ujung lorong, Kinara berdiri disana. Melihat Fateh yang sedang memeluk gadis berjilbab merah muda.
Kinara yakin itu adalah Fateh, karena sekarang Kinara sudah bisa membedakan antara Fathan dan Fateh.
Entah perasaan apa yang Kinara rasakan, intinya, hatinya terasa tercubit melihat Fateh saat ini. Perasaan sesak juga menghampiri.
Kinara menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan perasaan tersebut. Berjalan mundur lalu pergi dari sana, tujuan nya ke rumah sakit untuk melihat bunda Zillah. Untuk apa Kinara berlama-lama berdiri disana, melihat Fateh.
❤️❤️❤️❤️
Apakah itu buih-buih cemburu?
Rela gak kalau Kinara sama Fateh?
Salam peluk online❤️
Jangan lupa tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Ukhti [END]
Fiksi RemajaMuhamad Fateh Fazal, saudara kembar Muhammad Fathan Fazal. Meski kembar mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Fathan lebih kalem dan pendiam sedangkan Fateh lebih pecicilan dan ekspresif. Suatu ketika, Fateh bertemu dengan seorang wanita ber...