Jendela Fakultas

284 49 47
                                    

Jalan menuju ruang rapat sudah gak tenang lagi setelah Vania mendengar suara yang memanggil namanya. Dari suaranya, Vania sudah bisa menebak kalau itu suara dari orang yang hari ini dicari tapi tetap gak ada wujudnya.

"Vaniaaa" mengabaikan orang ini sama aja gak berefek kalau sekarang siku kanannya jadi disenggol-senggol gini.

"Kemana aja anda ya bapak Jaehyun yang super sibuk?" sedangkan yang punya nama cuman pamer senyum dan respon 'hehe'. Beruntungnya Vania sudah tau alasan dibalik susahnya Jaehyun dicari hari ini.

"Sorry, ada jadwal jaga kantor duta. Eh, kita dapet sponsoran baru" respon Jaehyun gak ada rasa bersalah.

"Iya tapi yang dikasih nomorku, katanya yang handle sponsoran kak Jaehyun"

Bukan masalah oper kerjaan, tapi masalahnya gak ada briefing dulu kalau oper handle gitu. Jadi waktu pihak sponsornya nanya nomor rek dan printilan perjanjian, Vania bingung itu siapa.

"Iya sorry lagi, dadakan soalnya. Sorry ya" jawaban dari Jaehyun yang sudah biasa Vania dengar.

"Eh gimana live in?"

Langkah Vania berhenti, menatap Jaehyun dengan wajah penasaran dan antusiasnya. Ekspresi malas yang Vania tunjukan berubah jadi pasrah.

"Sebenernya aku ada cerita sih kak" gak bisa bohong ekspresi Jaehyun menandakan 'ayo cerita'.

Berdiri di depan jendela kaca besar yang menghadap ke area depan kampus jadi pilihan Jaehyun sama Vania buat ngobrol. Sambil nunggu panitia lain, jadi tempat ini cukup strategis buat ngobrol karena deket ruang rapat juga.

"Gimana gimana?"

"Kok jadi kak Jaehyun yang semangat sih?"

Jaehyun tersenyum menunjukan deretan giginya, "ya soalnya aku penasaran, pasti ada hubungannya sama Doyoung kan?"

"Iya... Eh! Jangan keras keras. Gara gara kak Jaehyun pokoknya gak mau tau" Tawa Jaehyun pecah, puas banget kayaknya.

"Kenapa? Diapain kamu sama Doyoung? Hahaha" kalau boleh jujur Vania pengen dorong Jaehyun dari jendela, ngejek banget ketawanya.

"Dibuat baper, dibuat gamon. Puas?" Setelah bilang itu, Vania buang muka dan menghadap ke arah jendela.

"Bagus lah. Tujuannya emang gitu sih... eh iya becanda. Gimana gimana?" gak puas Vania kalau cuman mukul bahu, diterjunin dari lantai 9 aja biar mantap.

Vania menceritakan apa yang terjadi di live in. "Ya gitu... waktu live in bisa care, asik diajak ngobrol. Terus... kan tanganku sempet luka gitu gara gara bantuin motong rumput. Waktu makan bersama di balai desa dibantuin bawain piring. Katanya, 'jangan bawa yang berat berat dulu'. Padahal loh lukanya cuman segini." Vania menunjukan luka yang dimaksud ke Jaehyun.

"Beh, ini modusnya Doyoung doang..." sadar suara Jaehyun terlalu keras, keduanya melihat ke sekitar. Kali aja ada yang denger.

"Ganti nama samaran aja" mereka berdua diam, memikirkan nama apa yang bisa dijadikan samaran buat Doyoung.

"Donat"
"Mochi"

Detik selanjutnya keduanya tertawa, membayangkan gimana jadinya kalau sosok Doyoung berubah jadi dua jenis makanan itu. Maklum kayaknya ini efek belum makan.

"Dah lah, ya gitu pokoknya. Cuman kayaknya cuman buat panas panasin itu"

Jaehyun paham siapa yang Vania maksud, "ya baper boleh, tapi kalau udah capek baper dan gak ada kemajuan. Berhenti aja, dari pada sakit?"

[Revisi] KAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang