Informan

228 49 29
                                    

Gak ada hari tanpa tugas. Begitulah mahasiswa. Mau dimanapun dan kapanpun kalau udah ketemu sesama mahasiswa pasti ada aja topik yang bahas tentang tugas.

'Sudah selesai belum tugas yang dikumpul besok?'

Setidaknya kalimat tanya itu yang muncul. Kemudian dilanjut, 'Boleh lihat punyamu gak? Aku gak ngerti'.

Makanya ada beberapa orang yang milih buat kerja nanti aja, bukan maksud menunda. Cuman, kalau ada yang lebih dulu kenapa harus duluan?

"Aku loh belum kerja tugas wawancara sama sekali, kenapa kalian tanya aku?" respon Vania ke anggota LKMM yang saat ini lagi kumpul di cafe milik pacar fasilitator mereka.

"Soalnya, kamu yang rajin biasanya Van" salah satu bentuk kebohongan yang besar.

"Wah... gak juga. By the way, ini format aku gak rapiin nanti kalau udah selesai aja ya"

Sebenarnya Vania lagi males ditanya soal tugas wawancara yang harus dikumpul minggu depan. Satu alasan paling kuat adalah belum menemukan informan kating yang dia kenal. Semua kating yang dia kenal menolak buat jadi informan. Bahkan Doyoung sekalipun.

Flashback on.

"Kak Taeyong mau jadi informanku gak? Buat tugas wawancara" tawar Vania yang langsung dijawab dengan gelengan kepala Taeyong.

"Yah... kenapa kok kating pada gak mau ya?"

"Ini loh banyak kating lainnya" bilang Taeyong sambil menunjuk kesegalah arah diruang rapat yang diubah menjadi tempat acara inisiasi.

"Yang aku kenal aja nolak, apalagi yang gak kenal" jawab Vania pasrah.

Dahi Taeyong berkerut, "Emang siapa aja?"

"Kak Ocha fasil LKMMku, kak Joy fasil PPKku, kak Dita, kak Jaehyun, kak Johnny... aku gak berani tanya tapi denger-denger udah jadi informannya temenku"

Respon Vania mendapat hujatan dari Taeyong, "udah itu doang kating yang dikenal? Kecil banget circle kenalan katingmu kayak udel"

"Jaehyun kenapa gak mau?" lagi-lagi Taeyong tanya soal Jaehyun.

"Pertama, chatku gak dibales. Kedua..." Obrolan mereka terjeda karena Doyoung datang membagikan kertas yang memang saat ini sedang berlangsung sesi akhir inisiasi.

"Ck, ganggu Doy... oh ini! Kan kamu kenal Doyoung. Gak ditawarin?" Seandainya Taeyong tau. Vania mau nawarin tapi nyali udah hilang duluan.

"Hmm? Kenapa?" Doyoung berbalik melihat Taeyong dan Vania gantian.

"Ini loh Doy... mau gak jadi informan. Kasian gak ada yang mau" kalau sampai Taeyong berhasil, Vania mau traktir Taeyong tahu telor cabe 12 dikantin.

"Nanti aja setelah inisasi ya..." tinggal Doyoung. Kelihatan banget kalau sibuk.

"Oke..." Vania tersenyum kelewat antusias sebelum tau kenyataannya.

"Sorry gak bisa" jawab Doyoung.

Padahal cuman nawarin kesediaan jadi informan bukan jadi pacar tapi kenapa nyerinya sampai ke hati. Tau begini lebih baik Vania gak nunggu sampai Doyoung bener-bener selesai beresin ruangan rapat yang dipakai inisiasi.

"Oh, oke deh. Thank you kak" respon Vania pasrah dan berbalik mau keluar ruangan

"Gak perlu pakai nangis Van" bilang Doyoung meski tau kalau Vania memang gak nangis.

"Sedih aku" jawab Vania tapi tetap berjalan keluar ruangan, mengabaikan panggilan Doyoung yang disusul ketawanya.

Diam-diam Vania tersenyum sambil berjalan menuju lift.

[Revisi] KAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang