Kecurangan

320 37 34
                                    

Kosong. Jelas. Siapa yang mau pagi-pagi ke ruang ormawa. Kalau bukan karena mau ngeprint gratis. Doyoung gak mungkin ke ruang ormawa pagi-pagi gini. Mentang-mentang anak ormawa ya Doy.

"Bisa gak ya printernya. Nanti ngadat lagi" Pertanyaan Doyoung terjawab ketika selembar kertas buat coba print keluar dan dalam kondisi mulus.

"Wah bisa ternyata"

Berhubung sebenernya kebutuhan print di ruang ormawa buat urusan pribadi itu gak boleh. Jadi Doyoung ngeprint gelap-gelapan. Sepatu ditaruh dibalik tumpukan kerdus yang ada dideket ruang ormawa. Lampu ruang ormawa sengaja gak dinyalain. Keliatan? Keliatan dong, kan masih ada cahaya komputer.

Namanya juga printer ruang ormawa ya yang dipake buat ngeprint berrim-rim proposal dan LPJ. Ngeprint 24 lembar lama banget sampai ngantuk. Waktu mau menutup mata sambil meluk lutut, pintu ruang ormawa ada yang buka.

Doyoung kaget dan diem kaku, sedangkan orang yang buka pintu dari arah dalam masih kelihatan ngelepas sepatu. Setelah lampu dinyalain, orang ini ikutan kaget. Keduanya jadi saling tatap kaget.

Ada sedikit kelegaan dari Doyoung karena sekarang yang dia lihat bukan anggota inti ormawa, tapi cuman panitia lepas. Yang setau Doyoung cuek sih harusnya anak ini. Gak tau lagi kalau menyimpan dendam sejak GR Dies Natalis lalu.

"Kaget...aku kira gak ada orang" terlihat cewek yang rambutnya lagi digerai sepunggung itu menghela nafas lega.

"Hehehe" udah ini jawaban yang bisa dikasih Doyoung.

Gak ada pertanyaan lanjutan dari cewek itu, dari pertanyaan basa-basi 'ngapain kak?' atau 'ngeprint apa kak?' gak keluar. Doyoung melirik-lirik pergerakan cewek itu mulai dari menutup pintu, naruh kresek dilantai, duduk bersila depan lemari es sponsor, ngambil plastik didalam kotak BEM, nguncir rambut, pakai hand sanitizer, buka kresek, dan akhirnya ngeliat kearah Doyoung.

"Ke..napa kak?"

"Hah? Oh gak, itu...jualan punya sie dana MUF?" Doyoung menunjuk semua hal yang ada didepan cewek itu.

"Ah iya...ada yang pesen kemaren" Doyoung mengangguk.

"Mau aku bantu Van?"

"Boleh, ini"

Doyoung menerima hand sanitizer yang dikasih Vania. Gak ada percakapan apa-apa setelah itu. Padahal kalau boleh jujur, banyak hal yang pengen Doyoung tanyain kayak 'kok gak dibantu anak sie dana lain?' , 'kemana Jaehyun kok anaknya dibiarin sendirian ngurus pesenan' dan printilan pertanyaan seputar sie dana.

"Kak Doyoung gak mau beli satu?" Oh jadi gini ya anak sie dana sekali ngomong malah promosi.

"Oh ini bukan pesenan semua?" Vania menggeleng.

Doyoung diam dulu, lupa bawa dompet atau gak. Gak lucu ya tiba-tiba ngutang, "Iya deh mau"

"Yey, mau yang mana kak?"

Selagi mikir Doyoung ngambil dompet di tas, ternyata yang diprint tadi juga udah selesai. Jadi sekalian beresin dan menghilangkan jejak.

"Yang enak yang mana?"

"Semua" Kan anak sie dana banget.

[Revisi] KAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang