Fasilitator & Peserta

282 47 48
                                    

"Saya hitung mundur dari 10 sampai 1 yang belum sampai di lapangan. Mimpin senam"  Suara Taeyong menggunakan megaphone terdengar sampai ke penjuru wisma.

Selagi Taeyong masih menghitung, sebagian mahasiswa yang sudah ada di lapangan juga dirapikan. Mereka berbaris sesuai kelompok. Kebetulan kelompok Haechan bersebelahan dengan kelompok Vania. Posisi mereka yang sebelahan membuat mereka selama senam pagi bercerita tentang kejadian kemaren.

"Haduh drama cewek ini aku gak suka. Ya minta maaf makanya" Haechan berkomentar.

"Duh..." respon Vania.

"Dah duh dah duh... ya kamu kalau emang ngerasa gak salah ya ngomong. Kalau salah ya minta maaf. Jangan dibikin susah, cukup project LKMM aja yang susah" lagi-lagi Haechan berkomentar ditengah-tengah mereka senam.

"Ya aku ada sih ngerasa bersalah, cuman kan aku ada alasan juga" jawab Vania lagi.

Obrolan mereka gak mungkin ada yang berminat dengerin selagi suara lagu senam yang keras dan posisi mereka yang berada di pojok dan belakang barisan. Kecuali memang ada yang merhatiin dari awal.

"Ya makanya ngomong. Yang ngerasa salah dimana, yang gak dimana. Menghindar gak bikin masalah selesai. Inget ya! Komunikasi itu penting. Makanya orang debat itu ngomong bukan lompat" ucapan Haechan benar.

Vania gak merespon perkataan terakhir Haechan. Sampai suara Taeyong terdengar lagi lewat megaphone, "panitia tarik peserta yang senamnya lemes dan kurang semangat".

Sudah mencoba lebih semangat, tapi justru tangan Vania dan Haechan ditarik oleh salah satu panitia. Keduanya kaget dan baru bisa protes waktu udah ada didepan barisan.

Vania menunjukan ekspresi kaget dan minta penjelasan. Sedangkan Hachan protes, "Kak aku senamnya gak lemes dan semangat loh"

"Iya bener, tapi ngobrol terus dibelakang"

"Oke... Doyoung sudah mendapatkan 2 korban sekaligus" ucap Taeyong lewat megaphone.

Vania memperhatikan Cyndi yang melipat baju diatas kasurnya. Posisi kasur mereka sebelahan, jadi waktu malam kemaren tiba-tiba mereka saling diam. Yeji dan Yena yang posisi tidurnya di kasur tingkat atas merasa ada yang aneh.

"Apa?" Tanya Cyndi yang merasa dirinya diperhatikan,

"Mau bahas soal kemaren" jawab Vania pelan.

"Ya mau ngomong apa?"

Vania menggigit bibir ragu, gengsi buat minta maaf dan menjelaskan kesalahpahaman. Sambil melihat situasi bahwa gak ada orang lain yang mendengar. Maklum satu kamar isi sekitar 15 mahasiswi.

"Pertama aku minta maaf karena udah salah paham. Iya bener aku salah paham, dan merasa egois juga. Kenapa aku harus marah dan kesel disaat kamu deket sama kak Doyoung, padahal aku juga deket sama kak Jaehyun" Cyndi masih mendengarkan, belum ada tanggapan.

"Cuman aku beneran deket karena partner sie dana, gak lebih dari itu"

"Yang dulu juga berawal dari partner juga, bedanya sie acara. Lagian kalau emang kamu yang jadi juga gak masalah. Berarti emang gak jodoh aja" jawab Cyndi.

"Nah itu alasan kenapa aku lebih milih menjauh aja" Vania mencoba untuk memberikan alasannya.

"Aku sempet ngerasa takut memang, tapi ya udah kalau emang bukan buat aku kenapa harus dipaksain? Kamu udah baca chat yang aku jelasin tentang kejadian GR dies natalis belum?" Vania menggeleng.

"Gak kaget. Soal berangkat bareng waktu GR dies natalis, itu kebetulan. Sekalian biar kamu ngerasain jadi aku gimana. Lagian kenapa gak cerita kalau emang sering pulang bareng kak Jeje sehabis rapat? Terus yang waktu aku keringin rambutnya kak Doyoung... niatnya ngerjain kamu malah aku disindir. Mana kepedean lagi orangnya. Bilang gini, 'Cyn, kayaknya tangan mbak-mbak salon lebih lembut kalo ngeringin rambut atau kamu lagi modusin aku?'. Pengen aku tarik aja itu rambutnya."

[Revisi] KAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang