Periode Baru

266 44 34
                                    

"Ok.. ini kejadian 2 hari lalu dan sekarang baru cerita?"

Lia melempar pertanyaan setelah Vania menceritakan kejadian di rapat MUF. Tentang Doyoung yang menemaninya setelah menangis, ditambah genggaman tangan yang bikin baper.

"Ya emang gini anaknya, gak kaget. Lanjut dulu. Terus itu cuci tangan gak?" Pertanyaan Cyndi membuat Lia ikut tersenyum jahil.

"Ya... iya" jawab Vania sambil menahan senyum.

"Terus terus" Lia mendesak Vania untuk menceritakan hal lainnya, selagi dia belum berangkat untuk jadwal jaga di ruang duta kampus.

"Ah itu... kak Doyoung nganterin aku pulang"

Cyndi menjentikan jarinya, "kan sudah aku duga! Kalian pulang nunggu kampus sepi kan? Kak Jeje bilang 'biasanya Doyoung langsung pulang, tapi kok ini mobilnya masih ada ya?' Ternyata..."

"Ahhh... ayo cerita! Cepet!" Bersamaan dengan permintaan Lia, Cyndi ikut memajukan kursi kantin yang ia duduki sekarang.

Flashback On

"Gak bawa motor kan?" Doyoung bertanya ke Vania setelah dirinya mendengar kalau pintu ruangan tempat mereka rapat mulai dibuka.

Vania menggeleng. "Ya udah pulang bareng aku" bilang Doyoung sebelum akhirnya bangkit berdiri dan masuk ke ruangan.

Doyoung turun lebih dulu ke lobby, sebelum itu dirinya sempat memberi kode buat turun duluan. Tentu saja hal ini dilakukan karena beberapa panitia masih mengerubungi Vania usai drama menangis selagi rapat.

Vania berpisah dengan Cyndi dan Jaehyun di lift. Ia turun lantai 1 sedangkan mereka ke basement kampus. Keluar dari lift, awalnya ia menduga Doyoung menunggu di lobby, tapi ternyata tidak ada.

Mencoba mengintip ke lorong ruang ormawa, terlihat dari ruang ormawa besar lampu masih menyala. Vania berjalan mendekat, mungkin saja Doyoung disana. Benar dugaanya. Ada Doyoung disana.

"Eh Van, bentar ya. Aku nyari tanda terima pencairan dana acara BPM. Gak keburu pulang kan?" Vania menggelang dan menawarkan buat membantu cari.

"Terakhir di taruh mana memang?" Tanya Vania.

"Nah itu gak tau anak-anak naruhnya dimana"

"Ini bukan?" Vania mengasih lembar ukuran A5 bertuliskan tanda terima.

"Ah iya ini, nemu di?"

"Sini. Diatas sini" Doyoung menepuk dahinya, "kok aku cari disana tadi gak ada. Ya udah thank you ya. Ayo kita pulang"

"Kak Doyoung capek mungkin makanya gak fokus atau aku pulang sendiri aja? Biar kak..."

Doyoung memotong, "gak. Pulang bareng aku aja"

"Kenapa?"

Pertanyaan ini membuat Doyoung yang sudah keluar duluan, masuk ke ruang ormawa lagi hanya untuk bilang, "Aku itu ngerasa bersalah sama kamu"

Mendengar itu Vania tertawa kecil, "Oh bisa ngerasa bersalah ya?"

"Ya bisa lah. Anggap aja ini usahaku buat minta maaf"

Vania masih tertawa, "sering-sering ngerasa bersalah ya kak. Biar aku hemat bensin"

"Dikasih hati minta jantung ya gini" sekali lagi Vania tertawa dengan respon Doyoung.

Jalanan yang sepi menemani malam mereka berdua. Untuk pertama kalinya Doyoung dan Vania pulang bersama hanya berdua tanpa yang lain. Sebelumnya ada Shuhua itu pun harusnya gak masuk hitungan.

[Revisi] KAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang