Sulit

333 54 3
                                    

Semakin aku menepati janji semakin sulit aku untuk memenuhinya.
~
Zahrain




























Zaharin POV

Chika masih setia menemaniku walau dia berkali-kali bertanya aku siapa tapi hatinya enggan untuk pergi dari sisiku.

Kenapa jadi terbalik seperti ini, harusnya aku yang di sampingnya membantunya dalam kesulitannya tapi malah kini aku yang sulit.

Kondisiku tidak baik, aku bahkan harus di bantu hanya sekedar ke toilet.

Banyak bagian yang luka di tubuhku, terutama kakiku yang kini di perban karena luka yang cukup parah, kepalaku juga masih kadang pusing walau hanya duduk sebentar, tapi aku tak mau menunjukkan rasa sakit yang aku rasakan di hadapan semua orang terutama Chika.

Jadi aku hanya bisa membungkusnya dengan senyuman palsu.

"Lu kenapa rain?" Tanya Cio di sampingku, sedangkan Chika kini tengah membersihkan dirinya di bantu Shani dan Tante Aya.

"Apa gue gagal menepati janji ya Yo?" Lirihku.

"Ko ngomong gitu, ini belum berakhir, lu masih punya banyak waktu untuk menepati janji, lu masih bisa di sampingnya, ya walaupun gue tau perasaan lu, karena ini ga mudah, tapi izinin gue buat bantuin lu nepatin janji yang lu buat, sampai lu pulih dan bisa menepati janji lu lagi"

"Gue izinin Yo, makasih ya udah mau bantuin Gue"

"Apa yang enggak buat my brother"

Ceklek.

Chika ke luar di apit Tante Aya dan Shani keluar dari kamar mandi, Chika lebih fresh, bahkan kecantikan nya makin bertambah.

"Di apit dari kamar mandi tapi malah jadi kaya pengantin yang mau di bawa ke pelaminan buat akad" bisik Cio.

Aku menyikut lengannya dengan siku.

Cio hanya terkekeh tapi apa yang Cio katakan memang benar juga sih.

"Anak papi malah kaya pengantin pake di apit segala" canda Om Gudi.

"Habisnya takut kepleset" jawab Tante Aya.

Chika memilih berjalan ke luar dan meninggalkan kami setelah gandengan Tante Aya dan Shani terlepas.

"Loh dia mau kemana? Aku aja yang kejar Tante" Shani segera mengejar Chika.

"Biar aku yang susul"

Saat baru saja aku mau beranjak sakit di kepala dan kaki ku terasa lagi.

"Jangan kemana-mana rain, dia di kejar Cio sama Shani ko" ucap mama.

Ini yang paling aku tidak suka, aku tak bisa mengejar nya dengan kondisiku yang seperti ini, tidak berdaya!!!

Aku harap mereka berdua bisa membawa Chika kembali, jangan sampai Chika kembali kabur.

"Papi jadi ga tenang, papi ikut kejar Chika ya" om Gudi ikut keluar.

Aku hanya memukul bangsaku kesal.

"Rain jangan kaya gini"

"Tapi ma, rain ga bisa kejar Chika jika keadaan nya kaya gini!!"

"Mama tau kamu harus kuat dan sabar, kamu harus sembuh lebih dulu buat bisa jagain Chika lagi" mama mencoba menenangkan ku tapi ini ga berguna.

Aku merasa jadi yang paling payah jika seperti ini!!!

Air mataku meleleh karena ketidak berdayaanku.

Your Maps (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang