Jangan biarkan memori yang berbicara tetapi biarkan hati yang berbicara.
~
ZahrainZahrain POV
Beberapa menit yang lalu aku sudah keluar dari masa kritis ku yang ku kira aku akan mati lebih cepat dari dugaan ku, tapi ternyata Tuhan masih masih memberiku kesempatan untuk hidup.
Tapi semua orang kini hanya melihatku dalam diam dengan tatapan sedih, kenapa mereka harus sedih.
Bahkan Chika juga hanya menundukkan wajahnya.
Aku tidak suka jika harus terbaring lagu di bangsal rumah sakit seperti ini, tapi aku lebih tidak suka jika melihat Chika bersedih seperti ini.
Aku mengkode Cio agar dia mendekatkan Chika padaku, dan Cio mendekatkan nya padaku.
"Hey jangan nunduk gitu" ucapku pelan.
"Maaf... Aku lupa" lirihnya.
Aku menatapnya sambil tersenyum.
Flashback on
"RAIN!" Seseorang terdengar memanggil rain tapi sayangnya rain jatuh semakin jauh ke dalam air.
BYUUURRRR..
"Chika.. kenapa kamu ga tau rain jatuh ke danau?" Tanya Shani pada Chika.
Chika hanya menunduk dan mengangkat bunga yang dia pegang.
"Aku metik ini tapi aku lupa mau ngapain setelah metik ini" jawab Chika pelan.
Shani segera menelpon keluarga rain dan juga keluarga Chika.
Setelah rain berhasil di angkat ke tepi danau, tak lama keluarga datang.
"Apa yang terjadi kenapa bisa seperti ini?" Tanya ibu rain.
"Kita bawa rain ke rumah sakit" ajak Ayah rain.
Tapi Cio masih berusaha mengeluarkan air dari tubuh rain sebelum terlambat.
Cio terus memompa dada rain agar airnya keluar.
"Bangun rain bangun... Haaah ayo lu kuat rain bangun haaah" dengan lelah bercampur khawatir Cio masih terus memompa dada rain.
"Ukhuuk... Ukhuuk" rain pun terbatuk dan air pun berhasil di keluarkan.
"Ayo kita bawa ke rumah sakit" ajak Ayah rain.
Ayah rain, dan Ayah Chika segera membopong rain menuju mobil.
Flashback off
Aku meraih jemari Chika.
"Ini bukan salah kamu, jangan salahkan diri sendiri, jangan caci maki penyakit yang kamu idap, ini kesalahanku yang memang tidak berhati-hati"
"Memori itu letaknya di sini" ku simpan telapak tangan nya di kepalanya.
"tetapi kamu mengingat kami dan menyimpannya di sini" lalu ku simpan telapak tangannya di dada kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Maps (END)
Teen FictionBagaimana rasanya tiap kali bertemu harus menuntunnya ke jalan yang dia inginkan, dan harus menjadi penuntunnya untuk pulang, yang bahkan aku saja tidak tau dia mau kemana?. yaaa sulit di jelaskan tapi ini kenyataanya, walaupun begitu aku tidak mara...