Chapter 2

28.8K 3.2K 37
                                    

[TELAH DIREVISI]

HAPPY READING 💕

°•°

"Selamat pagi, Your Grace. Cassandra memberi salam kepada Anda. Semoga hari Anda menyenangkan."

Sapaan dingin penuh kesopanan itu sukses membuat acara sarapan Keluarga Nearsen yang tadinya hangat menjadi membeku. Keluarga itu serta para pelayan yang berdiri di sekitar meja makan kompak menatap terkejut pada Sandra yang berdiri di ambang pintu dengan wajah tanpa emosi.

"Duduk," perintah Archduke Nearsen pada Sandra.

"Terima kasih atas kemurahan hati Anda mengizinkan saya untuk duduk bersama kalian. Tetapi, saya tidak ingin berbasa-basi. Ada keperluan apa Anda repot-repot memanggil saya?" Sandra harap ucapannya itu tidak terlalu kasar. 

Namun, Sandra mendapat tatapan terkejut lagi dari mereka, seakan tercengang melihat perubahan dirinya. Cassandra yang asli biasanya langsung masuk tanpa memberi salam dan menggelayuti lengan Ayahnya tanpa memedulikan pandangan hina dari mereka. Namun, Cassandra saat ini malah menolak memanggil sang Ayah dengan sebutan ayah, bahkan menolak sarapan bersama. Wajar jika mereka bingung. Sandra akui, gadis itu memang sangat hebat. Bisa bertahan meski ditolak mentah-mentah keluarganya sendiri.

"Jangan banyak tingkah. Turuti saja perintah Ayah."

Sandra melirik dan mengenali siapa itu. Rambut perak dan mata indigo. Anak sulung Nearsen, kakak tiri Cassandra dengan jarak satu tahun. Christopher De Nearsen, pewaris gelar sang Ayah dan kesatria utama Putra Mahkota ini sangat membenci Cassandra, sedangkan gadis itu sangat manja pada Christopher. Tetapi, membayangkan dirinya melakukan hal yang sama sangat menggelikan. Jika Cassandra menurut, maka Sandra tidak akan!

"Setelah kecelakaan, sikapmu bukannya lebih baik malah tambah kurang ajar." Lelaki yang duduk di sebelah Archduchess Nearsen menimpali. Tentu Sandra tahu siapa dia.

Calvin De Nearsen. Anak bungsu pasangan Nearsen. Adik tiri Cassandra berjarak satu tahun. Bocah bermulut bocor yang memiliki mata biru cerah ini penyebab Cassandra kecelakaan.

"Duduk." Archduke Nearsen sekali lagi berkata tegas.

Mau tak mau, Sandra duduk—di kursi paling dekat pintu yang juga paling jauh dari mereka. Bahkan setelah duduk, Sandra tidak menerima sarapan. Sulit dipercaya. Dia pun duduk tanpa ekspresi ketika puluhan mata mengarah padanya. Sandra berusaha tidak berpengaruh atau merespons.

"Cassandra?"

Sandra menoleh, mendapati ibu tirinya tersenyum lembut padanya. Senyum itu seperti senyum Ibunya di dunia modern yang juga telah meninggal di usianya yang masih belia. Sandra sedikit tersenyum menanggapi. "Ya, Your Grace."

Wajah terkejut wanita itu tak dapat disembunyikan. Sebab ini pertama kalinya dia mendapat senyum dari Cassandra. "Apa kau mau sarapan? Akan aku siapkan."

Sandra tersenyum manis. "Terima kasih atas tawarannya, Your Grace. Tetapi, saya datang bukan untuk sarapan bersama, melainkan memenuhi perintah Tuan Archduke untuk datang."

Sandra tersenyum miring dalam hati kala melihat wajah terperangah dari Keluarga Nearsen terutama sang Archduchess. Wanita itu tampak sangat terharu mendengar ucapan sopan nan lembut Sandra selayaknya bangsawan. Sandra tentu tahu alasan Archduchess Nearsen terharu. Pasalnya, cara bicara Cassandra ketus, tetapi kini berubah 180°. Sandra ingin tertawa. Beruntung, di dunia modern Sandra selalu sopan. Hal kecil semacam itu memang sangat berguna dibawa ke mana-mana.

Archduke Nearsen berdeham dan meletakkan peralatan makannya, lalu menatap Sandra dengan tegas. "Satu minggu lagi adalah hari kedewasaan dan perayaan ulang tahun Chris. Aku ingin kau datang, Cassandra."

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang