HAPPY READING 💕
°•°
Sebagai satu-satunya pangeran yang juga memiliki posisi sebagai putra mahkota—calon kaisar di masa depan, sudah pasti Xavier Giorgino Caesarion memiliki banyak musuh di luar sana yang menginginkan kematiannya demi merebut Kekaisaran Victorion. Dan untuk mencegah hal tersebut, sejak kecil Xavier telah diajarkan bagaimana cara melindungi diri dan mengambil keputusan di situasi mendesak.
Keluarganya dan rakyat negaranya bergantung pada Xavier, yang berarti bahwa dia harus mampu menguasai seni sastra dan seni bela diri demi menjadi putra mahkota yang sempurna.
Sepanjang eksistensinya yang belum mencapai angka dua puluh, Xavier sudah sering hampir mati ketika banyak musuh yang berusaha merenggut jantungnya atau memutus kepalanya dari tubuhnya. Berbagai macam ancaman kematian telah berhasil Xavier lewati, sesuatu yang bukan menakutkan lagi baginya karena ancaman semacam itu akan selalu datang menghampirinya.
Termasuk hari ini. Di pesta kedewasaan Christopher De Nearsen—salah satu dari sedikit teman Xavier sekaligus kesatria utama putra mahkota—seharusnya lelaki itu melewati pesta dengan baik dan kenangan yang menyenangkan, namun Christopher malah diharuskan menelan pahit-pahit ekspektasi itu. Karena realita yang sesungguhnya sangat kejam.
Para Assassin—yang memang bisa datang kapan saja—muncul di waktu yang tidak tepat dan berusaha membunuh anggota keluarga kekaisaran yang kebetulan juga datang ke pesta itu.
Jika Christopher bukan seorang kesatria, mungkin putra sulung keluarga Nearsen itu akan menyalahkan keluarga kekaisaran atas kekacauan pesta itu. Namun, berkat pelatihan yang diberikan kaisar, Christopher tentu mampu menangani situasinya dengan cepat.
Laki-laki itu dengan gesit membawa kaisar serta keluarga kekaisaran lainnya pergi dari aula untuk berlindung.
Xavier tentu berterima kasih akan keputusan yang diambil oleh Christopher karena telah membawa keluarganya pergi berlindung dengan selamat, namun begitu Christopher memberitahu sebuah informasi, Xavier langsung kehilangan kata-kata dan mengurungkan niatnya.Christopher melaporkan, bahwa orang yang menyuruhnya membawa pergi keluarganya adalah atas permintaan seorang gadis yang Xavier kenal sebagai adik tiri Christopher, gadis yang menyandang gelar sebagai satu-satunya pengguna Dark Magic di Victorion. Gadis yang juga menjadi perhatian tamu undangan karena membantai para Assassin dengan kejinya.
Xavier melihat sendiri bagaimana gadis itu mengayunkan pedangnya tanpa ragu. Menebas dan menusuk jantung para Assassin seolah sudah biasa melakukannya. Namun yang menjadi perhatiannya, ketika Xavier melihat bagaimana gadis itu kelihatan syok setelah apa yang dia sendiri perbuat.
Sesuatu yang berbanding terbalik ketika Xavier melihat mata merah darahnya menatap bengis kepada para pembunuh sialan itu. Sesuatu yang entah kenapa malah membuatnya merasa tertarik.
“Sepertinya, kau harus mengganti pakaianmu lebih dulu, Kak.”
Tanpa perlu menoleh, Xavier sudah bisa menebak bahwa suara itu adalah milik adiknya, Xavia. Dia tidak menanggapi Xavia, hanya melirik sekilas pada pakaiannya yang kotor akibat rembesan darah yang bukan miliknya, lalu kembali membuang pandang ke luar jendela yang menampakkan gelapnya malam dan lampu-lampu yang menghiasi taman kediaman keluarga Nearsen.
Setelah penyerangan para Assassin, keluarga kaisar diminta secara khusus oleh Archduke Nearsen untuk menginap semalam karena perjalanan di malam hari menuju istana dinilai berbahaya. Keluarga kaisar diberi kamar berbeda bangunan dari tempat kejadian yang sudah diberi pengamanan dan pengawalan sangat ketat. Selang beberapa jam setelah kejadian, situasi pun sudah lebih terkontrol. Kini, sudah hampir dini hari. Namun, Xavier belum bisa tertidur karena satu dan lain hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired Girl
FantasySandra salah ketika berpikir bahwa orang pertama yang akan dia temui begitu bangun dari mimpi panjangnya adalah Hera, sahabat yang tinggal bersamanya di panti asuhan selama lebih dari sepuluh tahun. Sandra ingat bahwa dirinya mengalami kecelakaan te...