Chapter 20

16.2K 1.8K 33
                                    

HAPPY READING💕

°•°

"Nona, bangunlah! Matahari sudah terbit dari satu jam yang lalu."

Sandra melenguh panjang mendengar omelan Ryana. Tetapi bukannya bangun, ia malah mengambil posisi tidur tengkurap dan menarik selimut tebalnya hingga menutupi kepala.

"Lima menit lagi."

Sandra malas. Mau di dunia modern atau dunia novel, sama saja. Sifat malas bangun paginya tidak pernah hilang.

Belum lima menit, selimut yang menutupi seluruh tubuh Sandra sudah lebih dulu disingkap Ryana. Membuat Sandra semakin memejamkan mata karena cahaya yang tiba-tiba menusuk matanya.

"Nona, sebaiknya Anda bangun dan lihat ini." Ryana berujar.

Masih dengan mata terpejam, Sandra mengernyitkan alisnya. Dengan berat hati, ia membuka mata membalikkan tubuhnya. Namun pemandangan di depannya membuat Sandra tambah mengernyitkan alisnya.

"Ada apa? Kenapa ramai sekali?"

Di depan tempat tidur Sandra, ada Syva, Riel, dan Maura yang masing-masing membawa sebuah nampan dilapisi kain merah. Di atasnya terlihat ada kertas yang menggunung.

"Apa itu?" tanya Sandra lagi, kali ini ia mendudukkan diri dan bersandar pada kepala ranjangnya.

"Bawakan kemari," perintah Ryana pada ketiga pelayan itu. Kemudian mereka meletakkan nampan itu di depan Sandra.

"Ini undangan untuk jamuan minum teh, Nona."

"Sebanyak ini?!" tanya Sandra memekik lalu menganga lebar seraya menunjuk nampan itu.

"Ya, Nona."

"Astaga..." gumam Sandra sambil memegang kepalanya. Tiba-tiba ia pusing.

Ayolah, ini tidak seperti alur novelnya!

Di novel, karena Cassandra mengacau akibat marah pada Sabella. Gadis itu tidak mendapat satupun undangan. Fiona lah yang seharusnya mendapatkan setumpuk undangan seperti sekarang. Dia menjadi populer karena Pangeran Xavier mengajaknya untuk berdansa.

Tapi, kenapa sekarang jadi begini? Apa ini semua karena Sandra berdansa dengan Xavier semalam?

Terlalu kesal, Sandra menarik rambutnya sendiri lalu berteriak menangis. Tindakannya itu membuat para pelayannya terkejut dan menatap khawatir pada Sandra.

"Nona, Anda baik-baik saja? Apa ada yang sakit? Kepala Anda sakit? " tanya Ryana beruntun.

Sandra menghentikan gerakannya lalu menatap tajam Ryana. "Kau! Ini semua karena kau, Ryana!"

Ryana gelagapan. "Ma-maksud, Nona?"

"Jika saja semalam kau tidak menahan aku untuk pergi, ini semua pasti tidak akan terjadi!"

Ryana melunakkan wajahnya. Ia kira karena apa, ternyata masalah semalam. "Maaf, Nona. Saya diperintahkan Tuan Archduke untuk mengawasi Nona karena beliau yakin Nona akan kabur. Dan apa yang dikatakan Archduke Nearsen benar."

Sandra cemberut. Rencananya untuk tidur seharian sambil membaca buku dan memakan permen hancur sudah. Ia menatap nanar pada tumpukan surat itu.

"Aku bisa menolak semua undangan ini 'kan?" tanya Sandra penuh harap.

Sandra tidak tahu bisa atau tidaknya. Karena dalam novel, Fiona menerima semua jamuan teh itu. Tetapi, Sandra tidak sanggup. Ia malas harus berbasa-basi dan menebar senyum palsu.

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang