Chapter 59

6.1K 938 74
                                    

Berapa lama aku ga update? Bentar doang kan? Maaf ya, kalian masih ada kan? Maksud aku, masih ada yang mau baca kan?

Btw, banyak bgt silent reader nih. Apa kalian tidak berniat pencet vote. Terima kasih juga buat semua yang udah vote + komen. Selamat datang juga buat readers baru, makasih udh mampir kemari ;)

⚠️ Chapter gado-gado!

HAPPY READING 💕

°•°

Hampir dua jam Sandra dan Xavier menelusuri hutan dengan berlari. Kaki mereka sama sekali tidak berhenti meskipun tubuh mereka sudah tidak bisa diajak kompromi untuk bisa bertahan. Selama itu juga prajurit Dieon yang dipimpin oleh Leo masih terus mengejar mereka dan semakin bertambah. Meski begitu, keduanya tetap memaksakan diri untuk melarikan diri dengan tangan saling menggenggam kuat satu sama lain.

Keadaan semakin runyam ketika mereka berlari ke arah selatan-pintu Hutan Galia yang paling dekat dengan markas Dieon serta tempat Xavier memarkirkan kudanya. Saat mereka sudah tiba, prajurit Dieon yang jumlahnya puluhan itu sudah memblokade pintu dan membunuh kuda Xavier. Mau tidak mau, mereka harus berlari ke arah lain.

Kini, Sandra dan Xavier berlari ke arah timur hutan. Tempat yang sama sekali tidak masuk dalam rencana itu adalah daratan yang lebih tinggi dari bagian hutan lain menandakan mereka sedang menaiki tebing. Namun, medan jalan yang curam tidak membuat prajurit Dieon berhenti mengejar. Padahal Xavier sudah melakukan dua kali teleportasi, tetapi prajurit Dieon seolah sudah memperkirakan ini dan membuat mereka terdesak.

"Kenapa mereka banyak sekali?!" Sandra memekik kesal meski masih berlari. "Aku 'kan sudah mengajakmu pergi. Tapi, kau malah menahanku dan mengajakku mengobrol. Beginilah akibatnya!"

"Aku tahu, aku salah. Tapi, setidaknya kau sudah mau bicara denganku lagi."

"Siapa bilang aku sudah memaafkanmu?" Sandra membalas ketus dengan gengsinya yang tinggi. Gadis itu melirik pada panah yang baru melintas di samping tubuhnya, mereka pun semakin mempercepat lari mereka. "Armand, sialan! Kenapa dia malah meletakkan banyak pasukan di hutan? Kurang kerjaan sekali dia."

"Sesuai dugaan." Xavier menyahut. "Armand menaruh banyak pasukan di semua pintu hutan, tapi tidak berjaga di daerah timur."

"Kau sudah menduganya?"

"Hasil pengintaian divisi Marcello." Xavier menjawab seraya menarik tangan Sandra untuk sama-sama melompati sebuah sungai selebar dua meter. Kemudian, mereka berlari lagi. "Wajar jika mereka semakin banyak, apalagi ajudan Armand yang memimpin. Kau tenang saja, pasukan di barat dan utara sudah dihadang oleh Chris dan Marcel."

"Tapi, kenapa Armand tidak meletakkan pasukan di timur? Tidak mungkin hanya karena medan jalannya yang menyusahkan ini."

Pertanyaan Sandra tidak terjawab tatkala langkah mereka terhenti oleh tebing setinggi tiga meter. Tanpa bicara, Xavier mengangkat pinggang Sandra agar memanjat tebing itu lebih dulu. Tanpa kesulitan, Sandra berhasil naik ke atas. Gadis itu kemudian menarik tangan Xavier agar bisa naik. Setelah berhasil, mereka segera berlari lagi.

"Kami tidak tahu soal itu," jawab Xavier akan pertanyaan Sandra tadi. "Aku hanya bisa menyimpulkan satu hal. Armand menaruh jebakan yang berbahaya bagi manusia di sana."

"Lalu, kenapa kita ke sana?"

"Di sana ada jurang yang bersebelahan dengan laut."

Sandra mengerutkan keningnya pada jawaban Xavier. Tidak paham maksud lelaki itu.

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang