HAPPY READING 💕
°•°
"Di sini kamarnya."
Sandra sontak menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang tatkala merasa kalimat itu dialamatkan padanya. Beberapa meter di belakangnya ada Michelle yang berdiri di sebelah pintu. Gestur tubuhnya seolah menunjuk pada ruangan itu, membuat Sandra segera menghampiri Michelle.
"Kenapa mengikuti saya, Lady Ravenna?" Sandra bertanya seraya melirik pada papan nama di ruangan yang ditunjuk Michelle. Di sana, nama seseorang yang sangat dia kenal terpajang dengan ukiran indah. Xavier Giorgino Caesarion. Sandra hampir melupakan nama lengkap lelaki itu.
"Anda terlihat sangat marah dan tidak memperhatikan papan namanya, saya takut Anda terlewat jadi saya ikuti." Michelle menatap papan nama di pintu itu. "Sebaiknya, Anda masuk. Yang Mulia Xavier pasti sudah menunggu lama."
Sandra hanya mengangguk, namun tidak melakukan perkataan Michelle. Gadis itu justru menatap tanpa ekspresi pada Michelle yang terlihat bingung. "Bagaimana luka Anda kemarin?"
"Ya?" Michelle mengerjap, agak terkejut. Dia segera berdeham untuk menetralkan keterkejutannya. "Saya baik-baik saja."
Sandra mengangguk lagi. Kali ini, dia beralih pada pintu, kemudian mengetuknya. "Maaf untuk yang satu itu. Tidak ada niat dari saya untuk melukai Anda separah itu."
Michelle tersenyum kecut. "Itu hanya luka ilusi. Lagi pula itu pertandingan, sudah seharusnya Anda melakukan hal semacam itu untuk memenangkan pertandingan. Saya baik-baik saja."
Sandra tidak segera menanggapi.
"Lebih dari itu, saya mohon maaf atas kejadian tadi. Saya tidak memperkirakan sikap Giselle hingga membuat Anda terlibat pertikaian kecil. Seharusnya, saya bisa mencegahnya."
"Kenapa Anda minta maaf? Itu bukan salah Anda, Lady Ravenna. Tidak semua hal bisa kita perkirakan akan terjadi." Sandra menyanggah tanpa menatap Michelle sedikitpun. "Justru saya yang seharusnya minta maaf, pertikaian tadi disebabkan oleh saya. Maaf membuat Anda berada dalam ketidaknyamanan."
Michelle mendongak, menatap heran pada Sandra. Gadis itu tidak sempat mengatakan apapun ketika suara Xavier terdengar dari dalam kamar, mempersilakan Sandra untuk masuk.
"Lagi pula ...." Sandra meraih kenop pintu, lalu melirik Michelle dengan seringainya. "Dia terlihat menarik. Mungkin bermain-main dengannya sebentar tidak akan jadi masalah."
Michelle menahan napas, tiba-tiba merasa terintimidasi dengan nada bicara Sandra yang persis seperti pembunuh bayaran.
"Saya masuk dulu. Terima kasih atas bantuan Anda menemukan kamar ini, Lady Ravenna. Maaf sudah menyita waktu Anda dan merepotkan Anda."
Tanpa menunggu jawaban Michelle, Sandra memutar kenop pintu dan masuk ke dalam. Setelah pintu tertutup rapat, Michelle mengembuskan napas panjang dengan pandangan nanar dia tujukan pada pintu kamar Xavier.
"Dia ... terlalu sopan ... dan dingin." Michelle berkomentar dengan nada pelan. "Apa dia tidak tahu rumor tentang aku? Kenapa dia sangat tidak acuh padaku yang mendambakan Pangeran ini?"
Michelle sekali lagi mengembuskan napas panjang. Kepalanya tertunduk ketika mengingat kembali ucapan Cassandra terakhir kali yang berkomentar soal Giselle.
"Bermain-main dengan Giselle?" Michelle bergumam lirih. "Dia sama persis seperti Pangeran Xavier. Sangat menakutkan."
☀
KAMU SEDANG MEMBACA
Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired Girl
FantasySandra salah ketika berpikir bahwa orang pertama yang akan dia temui begitu bangun dari mimpi panjangnya adalah Hera, sahabat yang tinggal bersamanya di panti asuhan selama lebih dari sepuluh tahun. Sandra ingat bahwa dirinya mengalami kecelakaan te...