Chapter 57

5.9K 940 99
                                    

HAPPY READING 💕

°•°


Rapat bersama kedua kesatrianya serta jajaran petinggi kemiliteran telah selesai sejak sepuluh menit yang lalu, dan kini Xavier tengah duduk bersandar di kusen jendela ditemani secangkir coklat panas sambil memandangi markas besar Victorion yang dihujani salju ringan.

Setiap kali melihat salju, Xavier selalu teringat akan Cassandra. Rambut halus dan lembutnya betul-betul persis dengan butiran uap air yang selalu menghiasi pekarangan setiap musim dingin tiba. Saat di akademi, mereka sering menghabiskan waktu bersama di balkon asrama dewan. Dengan selimut yang memeluk tubuh masing-masing serta secangkir coklat panas yang mengepul asap, mereka membicarakan banyak hal yang tentunya tidak ada sangkut-pautnya dengan pekerjaan atau bahkan takdir mereka. Benar-benar mengobrol seolah melupakan urusan duniawi.

Xavier tersenyum samar ketika perasaan rindu kembali mencuat di hatinya. Semenjak lulus dari akademi tiga tahun lalu dan tidak bertemu Cassandra selama rentan waktu itu, Xavier sudah tidak lagi menikmati salju pertama seperti ini. Padahal lelaki berambut emas itu sudah berencana akan melakukannya lagi setelah Cassandra lulus beberapa minggu lalu. Sayang sekali, kenyataan memang tidak selalu sesuai ekspetasi.

Apa Cassandra baik-baik saja? Kira-kira apa yang gadis itu lakukan sekarang? Apakah Armand mengizinkannya untuk menikmati musim dingin ini? Jujur, tiada hari tanpa Xavier mencemaskan tunangannya itu. Ada saja dalam diri gadis itu yang membuatnya semakin sulit melupakan perasaan ini.

BRAK!

Dentuman keras itu membuat Xavier spontan berpaling. Mata hijaunya melirik pada pintu yang telah terlepas dari engsel. Lantas, mata itu langsung berganti warna menjadi keemasan begitu melihat siapa yang membuatnya terkejut bukan main.

"Oh, aku pasti mengejutkanmu."

Tawa geli sosok itu membuat Xavier kembali berdiri tegak dan segera mendekati sosok yang kini dengan kurang ajarnya malah duduk di sofa begitu santai. "Apa yang kau lakukan di sini? Kau cari mati?"

Armand La Erlan Dieon.

Lelaki berambut merah gelap ini memang sangat gila sejak dulu. Tetapi, Xavier tidak menerka kegilaannya itu akan membuatnya berani datang ke markas besar musuh. Apa yang Armand pikirkan? Apa dia tidak sadar bahwa dirinya sedang masuk ke dalam kandang serigala yang selalu siap memangsa musuh sepertinya?

"Tenanglah, aku di sini bukan untuk cari masalah." Armand tersenyum lebar.

"Untuk ukuran orang yang tidak mencari masalah, mereka tidak akan menghancurkan pintu baja itu."

"Aku perlu menggantinya?"

Interaksi mereka diinterupsi kedatangan dua kesatria Xavier masuk dengan sikap siaga dan langsung berdiri menghalangi tubuh Xavier. Tanpa rasa bersalah atau takut sedikit pun, Armand melambaikan tangannya pada mereka dengan senyum lebar.

"Halo, lemon dan jeruk. Sambutannya sangat hangat sekali. Aku terharu."

"Kau pasti sudah gila." Marcello mendesis dengan seringai. "Kenapa? Kau datang setelah tahu prajurit bodohmu itu tidak bisa menjaga markas dengan benar sampai membuat musuh bisa menyusup ke sana?"

BRAK!

Armand menggebrak meja sambil berdiri. Wajahnya memerah menahan amarah. "Sialan sekali kau. Aku sudah berniat tidak mengungkit itu, tapi kau malah membahasnya. Kau pikir anjing negara sepertimu bisa lepas dariku setelah ini?"

"Setidaknya anjing negara ini telah berhasil melakukan tugasnya dengan baik. Informasi yang kudapat sangat berguna untuk negaraku."

Xavier langsung menghunuskan pisau kecil tepat di depan kaki Armand saat lelaki itu berniat menerjang Marcello. Langkah kakinya yang tertahan membuat Xavier dihujani tatapan tajam. Tentu dia tidak peduli. Ketimbang menanggapi provokasi Marcello, tujuan datangnya Armand kemari lebih penting. "Katakan padaku, Erlan Dieon. Apa yang kau lakukan di sini?"

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang