Chapter 11

22K 2.4K 41
                                    

HAPPY READING 💕

°•°

Sandra mengerutkan dahinya kala cahaya terang menusuk matanya. Dia mengerang dan bangun dari posisi tidurnya. Pandangannya mengedar kala menyadari bahwa dirinya tidak berada di kamarnya, melainkan tempat lain yang sangat asing. Ruangan tanpa sekat berwarna putih bersih tanpa celah. Ruangan ini terlalu luas untuk dibilang ruangan, namun itu satu-satunya kata yang bisa mendeskripsikan tempat ini. Sandra yakin dirinya belum pernah ke tempat semacam ini. Di mana ini?

“Aku sudah mati?” gumamnya sedikit takut. Sandra benar-benar sendiri di sini. Tidak ada siapapun selain dirinya.

Bahkan suara gumamannya bergema ke seluruh ruangan. Jujur, Sandra paling benci berada di situasi ini. Meskipun tidak gelap, kesendiriannya ini mampu membuatnya mengingat kembali masa lalunya yang suram. Masa lalu saat mobilnya terbalik selepas kecelakaan. Tidak ada yang menemaninya untuk waktu yang lama, hanya ada orang tuanya yang telah meninggal dunia.

“Jangan takut. Kamu belum mati.”

Sandra tersentak kala suara itu muncul dari belakangnya. Perlahan dia berbalik, melihat seorang wanita yang tampak sangat indah walaupun hanya berdiri membelakanginya. Suaranya tinggi dan ringan, terdengar merdu seolah sedang bernyanyi. Rambut hitamnya yang hampir menyentuh lutut terlihat sangat tenang, menandakan wanita itu tidak bergerak sedikitpun sejak kedatangannya yang entah kapan. Gaun yang warnanya hampir menyatu dengan warna ruangan itu juga terlihat sangat indah. Sosoknya yang terlalu etheral—walaupun dilihat dari belakang—membuat Sandra menyadari, bahwa wanita itu bukan manusia biasa.

“Siapa kamu? Di mana aku sekarang?” Sandra bertanya beruntun. Dia juga baru menyadari dirinya malah memakai bahasa aslinya. Seolah wanita itu memang tidak asing baginya.

Wanita itu tertawa pelan. “Sepertinya, kamu mulai nyaman berbicara denganku.”

“Yah, kupikir begitu.” Sandra menggaruk tengkuk lehernya, merasa canggung. “Di mana ini?”

“Kita sedang berada di dimensi putih, tempat di mana kamu akan kemari jika sedang berada di ambang kematian.” Wanita itu menjawab dengan nada suara yang mampu menenangkan hati.

Sandra mengangguk, kemudian dia menyadari dua kata terkahir diucapkan wanita itu. Ambang kematian. Sandra kontan menganga lebar, dia baru mengingat kejadian apa yang baru menimpanya.

“Jadi, maksudmu, aku kemari karena sudah meminum racun itu?!” tanyanya memekik syok.

“Ya, benar. Kamu hampir mati karena racun itu.” Si wanita menyahut penuh kejengkelan. “Aku sama sekali tidak mengerti, kenapa kamu harus meminum teh sialan itu?! Kamu bisa menyuruh orang lain untuk meminumnya. Apa kamu ingin untuk kedua kalinya?!”

Sandra mengerjap pelan, terkejut dengan nada suara wanita itu yang sepenuhnya berubah. “Aku tidak menyangka kamu bisa mengomel,” celetuknya lalu menunduk dalam. “Kalau aku tidak minum teh itu, mereka pasti tidak akan percaya. Kamu tahu sendiri reputasi gadis ini di mata orang-orang. Aku hanya takut nantinya malah aku yang dituduh sudah meracuni Permaisuri.”

Wanita itu menghela napas. “Kamu bisa menyuruh orang lain.”

Sandra menggeleng lesu. “Tidak ada yang tahu kalau teh itu beracun.”

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang