Chapter 60

7.1K 917 77
                                    

HAPPY READING 💕

°•°

"DASAR SIALAN! TIDAK BERGUNA!"

Teriakan amarah itu menggelegar di sebuah markas negara bersamaan dengan seseorang yang hanya bisa bersujud meski tubuhnya ditendang hingga dibanting beberapa kali. Tulang rusuk yang telah patah, wajah babak belur, serta penglihatan yang mulai mengabur, tidak membuat orang itu berani menatap majikannya yang sudah sangat kalap.

"AKU MEMPERCAYAKAN MARKAS INI PADAMU, LEO! TAPI, KAU MALAH BERPESTA?!!"

Leo hanya bisa memejamkan mata begitu majikannya kembali menendangnya. Yah, memangnya orang mana yang tidak akan marah jika anak buahnya yang telah bersumpah setia belasan tahun malah merusak kepercayaan itu? Leo sangat paham kenapa Armand bisa semarah ini padanya.

Sebetulnya, Leo sendiri tidak paham kenapa ini semua bisa terjadi. Dia betul-betul melupakan perintah Armand untuk mengawasi Cassandra selama beliau pergi, serta keberadaan dirinya yang seharusnya berada pintu selatan Hutan Galia. Leo tidak ingat telah menerima perintah. Satu-satunya hal yang dia ingat hanyalah pesta di lapangan markas serta dirinya yang mengajak si tawanan perang untuk ikut berpesta. Bahkan dia tidak tahu jika Cassandra mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri. Leo hanya merasa dirinya ingin berpesta.

Itu yang dia ingat. Namun, Leo tidak mungkin berkata jujur pada majikannya yang masih memukulinya ini. Bisa-bisa Leo mati sekarang.

"Katakan, Leo. Apa yang kau pikirkan hingga membuat pesta di sini dan bisa kehilangan Cassandra semudah itu?" Armand melayangkan tinjuan sekali lagi di rahang Leo, lalu menarik rambutnya begitu keras hingga Leo merasa kulit kepalanya akan lepas. "Apa kau sudah gila? Aku tidak habis pikir pada kebodohanmu ini. KAU SANGAT TIDAK BERGUNA MENGURUS GADIS LEMAH SEPERTINYA!"

"Y–yang Mulia—"

"Kalau bukan karena Olive yang tertidur di kamar Cassandra, pesta itu pasti masih berlangsung. Kalau bukan karena laporan Olive yang mengatakan Cassandra kabur, kau pasti masih menikmati kegilaan dan kebodohanmu itu. Dan aku tidak pernah bisa tahu jika ternyata aku memiliki ajudan sebodoh ini!"

Menahan nyeri di sekujur tubuhnya, Leo bersujud dan mencengkram kaki Armand. "Saya mohon ampun, Your Highness. Tolong beri saya satu kesempatan sekali lagi. Saya mohon belas kasih Anda."

"BAJINGAN SEPERTIMU TIDAK PANTAS MENDAPAT KESEMPATAN!"

Leo menggigit bibirnya begitu tubuhnya kembali di tendang hingga menghantam dinding. Lelaki itu memejamkan matanya tatkala sang Pangeran berteriak begitu keras hingga membuat semua prajurit dan pelayan yang juga pelaku atas hilangnya Cassandra gemetar ketakutan.

"KALIAN SEMUA TIDAK BERGUNAAAA!"

Armand mengayunkan cambuknya ke segala arah. Para bawahannya yang tidak mampu menghindar hanya bisa menunduk sambil meringis kesakitan terkena cambukan mana hitam dan merah itu. Armand sama sekali tidak mampu menahan amarahnya yang meledak-ledak.

Bahkan saking marahnya, Armand sampai membanting belasan botol alkohol milik Evelyna. Hari kedua di istana Evelyna, ketika matahari belum sepenuhnya terbit, dia tiba-tiba saja dikejutkan kedatangan Sir Olive dan melaporkan kejadian ini.

Begitu tiba di markas, suasananya sangat kacau. Dia melihat sendiri bagaimana ribuan prajuritnya menari-nari dan berpesta layaknya festival. Gudang senjata berantakan, puluhan properti perang mengalami kerusakan parah. Dan yang lebih parahnya lagi, Armand melihat Leo serta pasukan yang seharusnya berjaga di pintu selatan Hutan Galia ada di dalam pesta itu, ikut menari seolah sedang di bar. Jika dia tidak memberi pukulan di rahangnya, Leo tidak akan sadar.

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang