Chapter ini agak gimanaaa gitu
Soalnya chapter ini konfliknya agak berbeda sama draf asli, tapi intinya tetep sama. Kok bisa beda? Karena di wattpad, aku punya peraturan tersendiri buat menulis maksimal kata per chapter, sedangkan di draf asli tidak. Jadi sori kalo feel nya kurang dapet, heheBut, enjoy with this chapter and the next chapter.
Menjelang puasa, hari ini aku berniat double update, tapi ntar siang aja hehe
So, hope you like it :)⚠️ Jangan baca chapter ini pas lagi puasa, ya. Hehe😏
HAPPY READING 💕
°•°
Setelah memakan kue buatan Cassandra, Xavier berniat untuk berjalan bersama dengan gadis itu. Menikmati matahari terbenam bersama tanpa memikirkan tugas-tugasnya sebagai putra mahkota.
Setelah keluar dari rumah kaca, mereka berjalan pelan berdampingan menyusuri taman. Hanya mereka berdua. Xavier tidak ingin ada pelayan yang mengikuti mereka dan mengganggu momen dirinya dengan Cassandra.
"Tahun depan kau akan masuk ke akademi. Benar 'kan?" tanya Xavier mengawali.
"Benar. Apa Putri Xavia juga?"
"Kalian seumuran. Tentu dia akan masuk ke akademi juga," jawab Xavier lalu tersenyum tipis. "Jika kau masuk tahun depan, maka aku akan menjadi seniormu dan kita akan lebih sering bertemu. Ah, aku jadi tidak sabar."
Sandra menatap Xavier sejenak lalu kembali menatap lurus ke depan.
Benar, usia Cassandra dan Xavier terpaut tiga tahun. Jika tahun depan, Sandra masuk sebagai murid tahun pertama maka Xavier masuk tahun keempat. Dan selama dua tahun mereka akan lebih sering bertemu.
Sandra jadi penasaran, apakah isi novel yang menceritakan kehidupan akademi akan tetap pada alurnya atau justru membelok lagi.
"Ya, dan kuharap kau tidak menyusahkan selama aku di sana, Kakak Senior." Sandra menukas tak acuh.
"Maaf saja. Tapi, aku sudah berniat seperti itu."
Sandra mendelik sebal.
"Lalu selama satu tahun ini, apa yang akan kau lakukan? Tidak mungkin kau akan terus menolak jamuan teh dari gadis bangsawan yang lain."
Sandra menghentikan langkahnya, mendongak terkejut pada Xavier. "Bagaimana kau tahu aku menolak jamuan teh itu?"
Xavier tertawa renyah.
Sandra yakin, itu adalah tawa Xavier yang paling tampan yang pernah ia lihat.
"Kau itu sangat terbaca, Cassie. Terlihat saat malam debut kau hanya diam dipojokkan sementara gadis lain saling bercengkrama. Dan jangan lupakan tadi kau menolak jamuan teh dari Putri Victorion. Kau bisa aku tebak dengan mudah."
Cassie? Ya ampun Sandra meleleh.
Kenapa panggilan singkat itu terdengar manis di telinganya? Dan kenapa dirinya sangat mudah baper hanya karena panggilan seperti itu?
Sandra memejamkan mata. Tenanglah, Sandra. Kau tidak boleh semudah itu terbawa perasaan.
Walaupun tubuhnya lima belas tahun. Tapi, Sandra sudah dua puluh tiga tahun. Usia yang cukup dewasa untuk mengontrol perasaannya. Jangan lupakan bahwa dia di sini untuk membantu Hera, bukan cari pasangan. Benar, Sandra harus tahan.
Sandra mengangguk penuh tekad. Lalu, menetralkan wajahnya saat kembali menatap Xavier.
"Aku seperti itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired Girl
FantasySandra salah ketika berpikir bahwa orang pertama yang akan dia temui begitu bangun dari mimpi panjangnya adalah Hera, sahabat yang tinggal bersamanya di panti asuhan selama lebih dari sepuluh tahun. Sandra ingat bahwa dirinya mengalami kecelakaan te...