Chapter 13

18.4K 2.4K 10
                                    

Makin lama makin sedikit nih. Aku jadi overthinking😭

Apa kalian nabung dulu? Kalau iya, aku juga nabung dulu deh. Atau aku targetin aja jumlah vote nya kayak author lain? 🤣

HAPPY READING 💕

°•°

Sudah berapa hari ini? Ah, empat hari. Xavier dengan jelas mengingat dan menghitungnya. Berarti selama itu pula, Xavier rutin mengunjungi kamar Cassandra yang masih saja hening. Gadis itu terlalu betah tidur. Remo juga tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu dan berharap Cassandra segera bangun.

Bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan berlebihan, tetapi mengingat bagaimana gadis itu terbaring tak berdaya karena meminum racun akibat ketidakpekaannya, tentu membuat Xavier tidak bisa menghilangkan rasa bersalah yang membuat kubangan begitu dalam hatinya. Sesuatu yang bukan Xavier banget, itu kata Xavia.

Adiknya itu dengan sangat sarkas mengejeknya, mengatakan bahwa Xavier bukan lagi sosok dingin terhadap perempuan.

Xavier juga tidak mengerti kenapa dia bisa bersikap seperti ini hanya karena seorang gadis. Apalagi gadis semacam Cassandra De Nearsen. Gadis pembuat onar yang sayangnya telah menarik perhatian banyak orang termasuk kaisar. Xavier bahkan melihat berita mengenai perubahan kepribadian Cassandra De Nearsen serta perbuatan gadis itu yang menyelamatkan keluarga kekaisaran dari ancaman kematian di koran yang dicetak pagi ini.

Menurutnya, itu agak aneh.

Baginda Kaisar bukan tipe pemimpin yang suka menyebarluaskan sesuatu yang negatif yang terjadi pada keluarganya. Beliau lebih suka menyimpan rapat-rapat kejadian semacam itu dengan alasan agar tidak menimbulkan rumor atau keresahan di antara rakyatnya. Apalagi pelaku dua kasus yang telah ditutup itu adalah Iblis. Makhluk yang sangat dibenci rakyat Victorion melebihi Dark Magic.

Meskipun pelaku aslinya dirahasiakan, tetapi bukan berarti kasusnya bisa dibeberkan semudah itu. Bagaimana jika pelaku pembunuhan iblis itu bocor dan bertambah buruk di kalangan masyarakat? Itu bukan sesuatu yang bisa ditangani dengan mudah.

Xavier mendengkus pelan, berpikir dengan perubahan sikap yang terjadi pada kaisar. Ayahnya itu lebih sumringah semenjak bertemu Cassandra. Selama ini, ketika dia melihat interaksi antara Archduke Nearsen dan kaisar, Xavier hampir tidak pernah mendengar kedua pria paruh baya itu membicarakan Cassandra. Dia sangat yakin. Xavier juga tidak pernah membahas pertemuan mendadaknya dengan Cassandra dan rasa sukanya pada gadis itu sejak pertama kali mereka bertemu. Tetapi … kenapa kaisar terlihat sangat menyukai Cassandra di saat mendiang kakeknya—Ayah dari Ayah Xavier—sangat membenci mendiang Ibu Cassandra, ya? Aneh sekali.

Pusing dengan pikirannya sendiri, Xavier memilih untuk duduk di kursi samping tempat tidur Cassandra setelah hampir satu jam hanya memandangi matahari yang telah menenggelamkan diri di ufuk barat. Pandangannya beralih pada Cassandra. Xavier berani bersumpah, dia tidak pernah setakut ini kehilangan seorang gadis yang bukan keluarganya. Memang sih, sejak awal bertemu, Xavier langsung menyukai gadis itu. Tapi apa itu bisa dijadikan alasan atas perubahan sikapnya? Tidak juga.

Xavier menghela napas panjang, kesal sendiri karena terus-menerus berdebat dengan dirinya sendiri. Baru saja ingin beranjak untuk kembali ke kamarnya, Xavier tiba-tiba dibuat tersentak begitu melihat pergerakan kecil dari Cassandra. Dia buru-buru duduk lagi dan memperhatikan Cassandra yang masih terpejam dengan lekat.

Untuk beberapa saat, tidak ada lagi pergerakan dari tangan Cassandra. Xavier bahkan hampir mengira bahwa tadi dirinya hanya berhalusinasi saja. Namun, begitu melihat Cassandra mengerjapkan matanya, embusan napas lega tidak bisa Xavier tahan lagi. Ada perasaan sejuk yang menyapa dadanya hingga membuatnya merasa senang.

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang