Chapter 54

6.1K 882 126
                                    

BENERAN CRAZY UPDATE 3X DONG, KOK CEPET BANGET?!!

Chapter ini panjaaaaaang banget, jadi aku sarankan bacanya pas lagi rebahan atau santai. Karena selain panjang, chapter ini juga sangat menguras emosi sampe rasanya mau nyubit ginjal orang.

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar. Jejak kalian sangat berarti untuk keberlangsungan cerita ini.

HAPPY READING 💕

°•°

Sudah tiga malam Sandra berdiam diri di tepi jendela, tetapi tidak ada niat sedikitpun untuk beranjak. Gadis itu sangat betah meski tidak ada satupun butir nasi masuk ke dalam perutnya, bahkan untuk sekadar melepas dahaga saja rasanya malas. Teman yang selalu setia mendampinginya hanyalah kotak pemberian Hera, jubah tebal dari kain beludru berwarna merah gelap yang bukan miliknya, serta belasan permen tangkai yang tersimpan di saku jubahnya.

Ya, jubah itu bukan milik Sandra, melainkan milik sang Putra Mahkota yang diberikan kepadanya di Hutan Florence enam tahun lalu.

Bukan berarti Sandra telah menjadikan jubah itu sebagai hak miliknya, bukan juga karena Sandra malas mengembalikannya dengan alasan klasik yaitu tidak ada waktu. Tetapi, karena Sandra merasa jubah itu mampu memberinya kehangatan serta ketenangan dengan aroma mint yang menguar sangat khas, meskipun telah dicuci berulang kali. Nanti jika dirinya berkesempatan bertemu dengan sang Pangeran, Sandra akan mengembalikannya. Mungkin saat pernikahan beliau dengan tunangan barunya yang pindah ke istana dua hari lalu.

Tok! Tok!

Rembulan yang tadinya menjadi pusat perhatian Sandra, kini terganti menjadi daun pintu dengan seseorang yang berdiri di sana. Senyumnya lantas tertarik begitu saja ketika melihat Xander-lah yang membuka pintu. Seolah lelaki itu mampu memberinya secercah cahaya di antara kegelapan yang melandanya.

Sejak lelaki itu mengantarnya pulang, Xander setia menungguinya di luar pintu tanpa berniat kembali ke Istana. Dan selama tiga hari mengurung diri di kamar, Sandra hanya ingin bertemu dengan Ayahnya dan Xander saja, bahkan Ryana dilarang kedatangannya. Alasannya? Walaupun hanya menyamar, tetapi mengingat bagaimana pria berwujud Ryana itu membuatnya jadi lemah begini, Sandra jadi agak trauma.

"Kenapa kau sangat betah di sini?" tanya Xander begitu tiba di depan Sandra. Lelaki itu menatap heran.

"Bulannya cantik, Xander. Warnanya agak ungu seperti matamu. Aku suka melihatnya," jawab Sandra dengan pandangan lurus ke arah langit.

"Kau juga mengatakan itu kemarin. Dan kemarin." Xander menukas, kemudian menghela napas melihat Sandra yang tak acuh. "Ini sudah malam ketiga, kau tidak akan tidur lagi?"

"Aku tidak mengantuk."

"Tentu saja. Itu karena kau sendiri yang memaksakan diri untuk tetap bangun." Xander berdecak. "Hari ini istirahatlah. Besok kita sarapan bersama. Jangan bilang kau tidak akan makan lagi?"

"Maaf."

"Jika kau seperti ini terus, aku akan mengadu pada Pangeran dan membuatnya datang kemari. Kau mau?"

Ancaman Xander sontak membuat Sandra mendelik sebal pada lelaki itu. Alasan dirinya mengizinkan Xander boleh menemuinya adalah karena Xander sangat peka. Lelaki itu tak pernah sekalipun memberitahu kondisinya kepada orang lain, selain Archduke Nearsen. Bahkan ketika Edward berkunjung dan memaksa ingin bertemu, Xander dengan tegas menolak. Tetapi, kini lelaki itu ingin jadi pengkhianat? "Kau mau meninggalkanku juga, Xander?"

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang