Chapter 27

11.9K 1.5K 75
                                    

Update lagi, hehe. Chapter ini sangaaat panjang, jadi disarankan untuk membacanya pas lagi santai atau rebahan aja. Tapi itu terserah kalian aja. Senyaman kalian aja bacanya😊

HAPPY READING 💕

°•°

"Kak San! Eh, kau sudah bangun? Tumben sekali."

Sandra mendengkus pada Calvin yang dengan kurang ajarnya mendobrak pintu kamarnya sambil berteriak. Melihat Calvin masuk ke dalam kamarnya, Sandra menutup bukunya lalu dia simpan ke dalam laci meja. Buku yang berisikan kisah hidupnya sebagai Clara dan mimpi-mimpi yang setiap malam mengganggu tidur nyenyaknya. Tujuan Sandra menulis itu hanya agar dirinya tidak lupa jika dirinya pernah menjadi Clara. Sandra hanya takut dirinya akan melupakan jati dirinya yang asli.

"Bukankah kau seharusnya sudah bisa menghilangkan kebiasaan burukmu?" Sandra mendelik pada Calvin yang dengan seenaknya merebahkan diri di tempat tidurnya lalu berguling-guling dan membuat tempat tidurnya berantakan. "Tidak seharusnya kau masuk ke kamar gadis sembarangan—Astaga, Calvin! Berhenti membuat kasurku berantakan! Kau ini benar-benar adik kurang ajar!"

Calvin segera bangun begitu merasakan kakinya dipukul keras oleh kakaknya. Dia kemudian hanya cengengesan melihat tampak galak Sandra. Tak peduli lagi pada kakaknya, Calvin duduk bersandar di headboard tempat tidur sambil selonjoran. Calvin melirik pada laci nakas, senyum jahilnya kembali terbit. Di sana tempat berbagai macam toples berisi permen kesukaan Sandra dan beberapa cemilan lainnya. Pasti kalau Calvin ambil, kakaknya akan mengamuk lagi. Padahal Calvin sudah punya sendiri di kamarnya, tetapi rumput tetangga memang lebih enak ketimbang milik sendiri.

"Hentikan niat burukmu atau aku akan memotong tanganmu saat ini juga!"

Calvin membeku, melirik pada sang Kakak yang tengah meleparkan tatapan begitu garang lewat cermin. Calvin meringis, dia pun mengurungkan niatnya dan memilih untuk memeluk guling. "Tapi kenapa kau bangun pagi sekali, Kak? Tumben sekali."  Calvin melirik pada Sandra yang masih sibuk di depan cermin. "Apa kau mimpi buruk lagi?"

"Semua orang pasti mengalami mimpi buruk, Calvin."

"Benar juga. Aku juga semalam mimpi buruk." Calvin sependapat, laki-laki itu kini menatap pada langit-langit kamar. "Aku bermimpi Ayah menyita semua mainanku. Beliau juga mengancam akan mengurungku kalau aku terus kabur dari kelas atau mengganggumu belajar. Ayah menyeramkan sekali."

Sandra terkekeh. "Itu hanya bunga tidur. Selama kau tidak melakukannya, maka itu tidak akan terjadi."

"Itu ucapanku untukmu, Kak."

Sandra mengernyit, pandangannya kini menatap Calvin sepenuhnya. "Apa maksudmu?"

"Aku memang tidak pernah tahu kau mimpi buruk apa. Tapi yang pasti, semua yang kau mimpikan itu hanya bunga tidur. Jangan memikirkannya terlalu berlebihan. Selama kau tidak melakukannya, maka mimpi itu tidak akan terjadi."

Sandra terperangah, terkejut akan ucapan bijak dari Calvin. Walaupun anak itu memang selalu menjahilinya, Sandra merasa Calvin pada suatu waktu bisa bersikap lebih dewasa darinya. Dan itu membuat Sandra merasa agak berkecil hati.

Sandra berdeham, memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan. "Kenapa kau ke sini? Ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?"

"Ayah memintaku membawamu ke ruang makan sekarang." Calvin menyahut dengan tidak rela. Agak kesal karena kakaknya bisa semudah itu mengabaikan perkataannya. "Ini hari terakhirmu di rumah. Ayah dan Ibu ingin sarapan bersama sebelum kau berangkat ke akademi dan pulang lima tahun lagi."

"Aku akan menyusul." Sandra membalas tanpa menatap Calvin. "Kau duluan saja. Jangan sampai Tuan Archduke menunggu terlalu lama."

"Ayah." Calvin berkata tegas. "Orang yang kau panggil itu juga Ayahmu."

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang