Chapter 36

11.3K 1.3K 41
                                    

HAPPY READING 💕

°•°

Sebelum matahari benar-benar terbit, Sandra sudah lebih dulu bangun dan bersiap. Ini pertama kalinya menjalankan tugas sebagai anggota dewan. Walaupun tidak suka, Sandra harus mulai membiasakan diri termasuk mengerjakan tugas yang menumpuk. Bahkan kemarin Profesor Leon mengajaknya menikmati jamuan bersama Xavier. Guru itu stersenyum sumringah pada Sandra. Menyebalkan sekali. Profesor Leon bahagia di atas penderitaannnya!

Karena tidak bisa kabur, Sandra kini berada di perpustakaan demi mencari referensi untuk laporannya nanti. Sudah beberapa contoh yang Sandra ambil, tetapi dia merasa itu belum cukup. Keseriusannya menggeledah rak perpustakaan membuatnya tidak sadar jika sejak tadi ada sosok berambut merah gelap yang memperhatikannya.

"Kau sangat sibuk."

Sandra terlonjak kaget sampai menjatuhkan map-map di tangannya. Matanya kontan mendelik kesal pada sosok yang mengejutkannya itu. Bahkan tanpa merasa bersalah sedikit pun sosok ini tersenyum lebar.

Armand La Erlan Dioen, sang Putra Mahkota Kekaisaran Dieon. Laki-laki yang menantangnya bertarung bersama Xavier dan Chris. Laki-laki yang secara tidak langsung membuatnya masuk ke dalam jajaran anggota dewan. Ini pertama kalinya mereka berhadapan sedekat ini. Sebelumnya, saat Sandra kembali memperkenalkan diri secara resmi di hadapan anggota dewan, Sandra sempat bertatapan dengan Armand. Tetapi karena keberadaan Xavier membuat mereka jadi hanya sebatas melewati perkenalan saja.

Kira-kira apa yang akan dikatakan laki-laki ini, ya? Sandra penasaran.

"Ah, benar. Kau harus melakukan peninjauan, ya?" Armand mengangguk, kemudian lelaki itu memungut map-map yang dijatuhkan Sandra dan memberikannya pada gadis itu. "Ini hari pertamamu bertugas, 'kan? Ada yang ingin kau tanyakan soal peninjauan nanti?"

Sandra tersenyum canggung. "Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Lord Armand. Tetapi, saya rasa itu tidak perlu."

Tanpa disangka, Armand tertawa kecil. "Kau bisa bicara santai padaku, Cassandra. Tidak perlu seformal itu. Apa lidahmu tidak pegal bicara sekaku itu?"

Sandra tersenyum masam, tidak bisa membantah perkataan Armand. "Bagaimana mungkin saya bicara santai pada Putra Mahkota dari negeri seberang? Saya yang hanya anak Archduke, tidak pantas memiliki hak istimewa itu."

"Apa memanggil namaku termasuk istimewa? Aku tidak menyangka kau memiliki kesan seperti itu padaku." Armand tersenyum lebar, sikap yang sangat ramah menurut Sandra. "Selama aku mengizinkan, maka tidak apa-apa. Toh, kau juga bicara santai pada Putra Mahkota dari tanah kelahiranmu. Kami sama saja."

Sandra menahan diri untuk tidak mendelik. Kenapa kesannya lelaki ini ingin melakukan pendekatan dengannya? Bukannya merasa senang, Sandra malah merasa situasinya semakin canggung.

"Baiklah, Armand. Sesuai keinginanmu."

Armand tersenyum puas. Lelaki itu kemudian memiringkan kepalanya. "Tapi, kenapa kau bisa bicara begitu santai dengan Xavier? Bahkan Chris atau Edward yang sudah bertugas menjaganya lebih dari lima tahun tidak berani memanggil namanya. Michelle yang juga pernah melamar Xavier pun tidak seberani itu. Kenapa kau bisa bicara dengannya dengan sangat santai?"

Apa-apaan itu? Apa Armand sedang menginterogasinya? Sandra tidak habis pikir. Namun, belum sempat menjawab pertanyaan Armand, sebuah suara sudah lebih dulu menyela.

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang