Chapter 22

14.5K 1.7K 19
                                    

Sesuai janji double update hehe
HAPPY READING 💕

°•°

Christopher, Edward, dan Marcello sama-sama berdiri tegap dengan kesunyian menyelimuti mereka.

Kesunyian ini bukan kesunyian yang membawa ketenangan dan kesejukan, tetapi kesunyian karena perasaan tegang dan gugup yang melanda mereka karena sikap dingin Pangeran Xavier yang sebenarnya sudah biasa mereka lihat jika pangeran itu sedang diliputi amarah.

Entah karena permasalahan yang disebabkan oleh para faksi bangsawan, atau masalah dari akademi, dan juga keluarganya. Namun, untuk yang satu ini, mereka tidak tahu kemarahan Pangeran Xavier disebabkan oleh apa. Karena di akademi dan di kekaisaran tidak ada masalah serius.

Malam telah menjemput sejak dua jam yang lalu, ketiga kesatria Pangeran Xavier itu sepakat bertemu di ruang kerja pangeran untuk melaporkan penyelidikan yang mereka lakukan beberapa hari terakhir ini.

Namun, selepas mereka sampai di ruang kerja pangeran, ketiganya malah kompak terdiam. Sejak mereka datang, atmosfer di ruangan itu sudah sangat dingin. Mungkin bagi mereka yang belum terbiasa dengan sikap Pangeran Xavier, akan merasa seperti berada di padang salju tanpa mengenakan pakaian tebal. Apalagi mata hijau pangeran telah berganti menjadi emas, ketiga lelaki itu hanya bisa bergeming tanpa berani menegur.

Marcello yang berdiri paling kanan mendekatkan diri pada Christopher yang berdiri di tengah. “Bukankah Yang Mulia Pangeran baru saja menemui adikmu?” tanyanya berbisik.

Christopher mengangguk kecil. “Benar.”

“Lalu, kenapa suasana hatinya buruk? Apa mereka bertengkar?" tanya Edward berbisik yang juga ikut mendekat pada dua rekannya. Sesekali melirik pada Xavier yang masih bergeming di dekat jendela, lelaki itu hanya memandang ke luar jendela.

“Aku tidak tahu.” Christopher menyahut.

“Kau itu kakaknya, harusnya kau lihat keadaan Lady Cassandra.” Edward menimpali.

“Sejak kemarin aku belum pulang, bodoh! Aku 'kan bersamamu terus!” Chris mencerca.

“Kalian.”

Teguran dingin itu membuat ketiga lelaki itu kembali berdiri tegak. Entah mereka lupa atau bagaimana, Xavier mendengar semua percakapan mereka. Tentu saja, indra pendengarannya ini sangat tajam dan mampu mendengar suara dalam jarak radius yang sangat jauh kalau Xavier mau. Bisikan yang mereka lakukan tepat di depannya, dapat dengan mudah Xavier dengar.

“Ya, Your Highness.” Marcello dengan berani memecah keheningan yang sempat terjadi lagi.

“Apa yang kalian temukan?”

Ketiganya saling berpandangan sejenak, sebelum akhirnya sepakat Chris dan Edward duluan yang melaporkan.

“Saya dan Edward telah mengunjungi Hutan Florence sesuai yang Anda katakan, tetapi ada yang aneh, Your Highness. Di tempat wilayah pertarungan yang Anda maksud termasuk sekitarnya, kami tidak menemukan satupun jejak yang tertinggal. Hutan itu bersih, tidak ada sisa-sisa pertarungan atau benturan sihir di wilayah itu. Seolah memang tidak terjadi apapun di sana.”

Xavier menoleh, menatap Chris dengan dahi berlipat serta pandangan menajam. “Bagaimana dengan kesaksian warga sekitar? Aku yakin setidaknya mereka mendengar suara ledakan sihir.”

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang