Chapter 40

9.5K 1.1K 28
                                    

HAPPY READING 💕

°•°

"Astaga, kapan ini semua selesai? Kenapa kertas ini terus muncul dan tidak ada habisnya, sih?!" keluh seorang pemuda berambut hijau lemon. Dia menatap sengit padahal tumpukan kertas yang ada di hadapannya. Dengan kesal, dia memukul-mukul tumpukan kertas itu hingga menimbulkan suara gaduh di ruangan itu.

Sungguh, punggungnya seperti akan retak jika lebih lama lagi mengurus dokumen setinggi gunung ini.

"Marcello! Kau ini berisik sekali, sih!" sembur seorang gadis berambut pink fanta berdiri di depan meja pemuda itu. Kedua tangannya terlihat sibuk karena membawa gundukan kertas lainnya.

Marcello mendelik sebal. "Kenapa kau datang lagi, Isla? Berhenti datang kemari sambil membawa kertas menyebalkan itu! Seharusnya kau datang membawa cemilan! Sesuatu yang bisa dimakan, bukan kertas-kertas ini!"

Tepat setelah Marcello mengakhiri perkataannya, sebuah piring yang menyajikan beberapa potong tart coklat diletakkan di mejanya. Dia mendongak, menatap bingung pada gadis yang meletakkan piring itu.

"Kupikir Anda bisa mengambil minum sendiri, Lord Marcello."

Ekspresi Marcello berubah haru, dengan gaya berlebihan dia mengusap sudut matanya seolah-olah sedang menghapus air mata yang sama sekali tidak ada. "Lady Cassandra."

"Seharusnya kau tidak perlu repot-repot, Lady Cassandra. Dia memang selalu seperti ini setiap tahunnya," beber Isla membuat drama Marcello terhenti.

"Tidak apa-apa, Lady Isla. Kebetulan aku membuat banyak kue. Aku juga menyiapkannya untukmu, kau bisa lihat di mejamu," ujar Sandra dengan senyum tipis.

Isla balas tersenyum manis. "Terima kasih, Lady Cassandra. Padahal kau lebih sibuk mengurusi data murid baru, tapi masih sempat membuat tart ini."

"Aku tidak membuatnya sendiri. Xander juga ikut membantuku."

Isla mengangguk paham. "Apa kau tidak ke kantor Profesor Leon? Chris, Bryant, dan Lady Xavia sudah lebih dulu pergi ke stadion untuk peninjauan pertandingan besok."

"Aku menunggu Xavier. Dia bilang ingin pergi bersama." Sandra menjawab, lalu melirik pada tumpukan kertas yang masih berada di pelukan Isla. "Siapa yang akan mengerjakan ini?"

"Marcello." Isla membalas dengan santainya.

Sandra jadi menatap pada Marcello yang sudah berwajah masam, lantas tawanya sedikit pecah. "Itu akan sangat melelahkan."

"Lady Cassandra."

Sandra mengerutkan dahinya. "Ya?"

"Apakah Anda bisa membantu saya?" Marcello memasang ekspresi melas. "Seperti yang Anda katakan, ini sangat melelahkan. Bisa-bisa keluar dari akademi bukannya menjadi kesatria Pangeran lagi, tetapi profesi saya berubah menjadi sejarahwan akademi."

"Itu ide bagus. Aku bisa memecatmu dengan alasan itu."

Atensi ketiga orang itu beralih pada seorang laki-laki yang baru saja masuk ruang kerja dewan. Dengan santainya, dia merangkul bahu Sandra hingga membuat gadis itu sedikit tersentak.

"Apakah aku baru saja mendengar bahwa kau menyuruh tunanganku untuk mengerjakan tugasmu dan membuatnya kelelahan?" tuding Xavier memicingkan matanya.

"Tidak, Your Highness. Anda salah dengar." Marcello mengelak dengan senyum meyakinkan.

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang